Sejak kurikulum 2013, banyak yang mempertanyakan dan memperjuangkan mengenai mata pelajaran Informatika. Kami di industri memahami tidak mudah mengubah kurikulum ini, tapi syukurlah pandemi membuat semua orang melek digital secara mendadak.Â
Maka ada kebingungan terjadi selama ini karena tidak adanya mata pelajaran informatika di sekolah-sekolah kita. Padahal dalam pemahaman 6 C yang sangat penting abad ini, adalah  Critical Thinking, Collaboration, Creative Thinking, Character Education, Citizenship, and Communication. Dimana ada dan sangat erat dengan dunia informatika dan komputer.Â
Lalu bagaimana dengan nasib target Talenta Digital yang ditentukan pemerintah selama ini ? Apakah hanya akan menjadi tambahan program, program kilat yang dibuat kementrian kominfo, tanpa menyentuh dunia pendidikan yang seharusnya mendidik mereka sejak dini .Â
Permasalahan yang tidak akan pernah selesai adalah tidak cocoknya lulusan kita dan dicoba diakselerasi dengan program Talenta Digital yang durasinya pendek, tambal sulam dan sekarang mungkin mengarah ke pendekatan teknologi vendor. Padahal apabila kita bisa, seharusnya kita benar-benar menggerakkan fokus kita ke digital di seluruh lini pendidikan sekolah kita, mulai dari yang paling bawah.Â
Sejak pandemi, anak-anak kita belajar dengan tablet, program nya pengadaan Chromebook hingga luar biasa besar angkanya, infrastruktur jaringan internet dikebut di semua wilayah, semua belajar pakai video, youtube menjadi makanan sehari-hari. Anak-anak kita mengakses komputer, laptop, tablet dan smartphone hampir siang dan malam, tapi tidak ada mata pelajaran informatika di sekolah.Â
Saya beruntung dulu bisa belajar komputer otodidak, ikut kursus mendalami banyak kemampuan komputer di usia muda. Kalau sekarang ini tidak ada mata pelajaran informatika, maka tidak heran tenaga talenta digital kita sangat rendah. Karena selama ini kurikulum menganggap mata pelajaran komputer, informatika ini bukan hal yang utama.Â
Pandemi mengajarkan kita bahwa kita harus berubah. Dalam Standar Isi  kita seharusnya memasukkan mata pelajaran informatika. Sehingga semakin banyak tenaga guru yang mau dan siap menjadi tenaga pengajar informatika. Saya miris, di BLK tidak ada mata pelatihan komputer, sekalinya ada, belajarnya masih visual basic, karena gurunya hanya mengerti itu. Sesuatu yang saya pelajari di 90an, apakah masih valid diperlukan industri sekarang.Â
Kalau kita tidak berupaya agar mata pelajaran informatika menjadi bagian penting, maka mimpi talenta digital kita sia-sia belaka. Program talenta digital yang sifatnya pembelajaran mandiri dan short program tidak akan mampu membuat skill 6 C, termasuk yang penting seperti Critical Thinking dan Creative Thinking bisa berkembang.Â
Akan sulit mengejar India, Pakistan dan mungkin Srilanka, yang sangat bagus talenta digitalnya. Ribuan programmer mereka sedang mencoba masuk ke Indonesia, karena kosongnya kemampuan programmer kita. Sekalinya kita punya programmer bagus, mereka dengan mudah pindah ke Singapur dan Malaysia, karena lebih dihargai baik disana.Â
Target talenta digital harus dibangun dari bawah, dari PAUD atau TK kalau perlu, dan ini artinya kita harus punya mata pelajaran informatika. Target Digital Nation itu harus dipersiapkan dengan baik, kalau tidak, kita akan terlambat, dan tenaga IT kita akan diisi oleh tenaga asing juga. Kita tidak punya kemampuan di hardware, apa jadinya kalau software juga disikat orang asing.Â
Ayo semangat, masih bisa kita pertajam dan rubah kurikulum agar memasukkan mata pelajaran informatika dan mengembangkan tenaga ajar , para guru TIK kita.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H