Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. (Ayub 1:1)
Sungguh luar biasa sikap positif Ayub. Dia memiliki karakter yang sempurna yang dicari dan diinginkan orang. Saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.Â
Salah satu poin penting dalam tiap kali kami melakukan review atas masa percobaan karyawan baru adalah JUJUR. Dengan jujur ini, apapun pekerjaan dan tanggungjawabnya, maka kami yakin, ini adalah MODAL dari suatu pengembangan karir.
Dalam perjalanan karir usaha kami, kita akan melihat ada orang-orang yang memang JUJUR dalam bekerja, dan cenderung LEBIH dibandingkan rekan setingkatnya. Menjadi jujur ini tidak pernah mudah.Â
Saya tahu, mungkin dalam berbagai kesempatan, banyak orang dalam perusahaan yang berusaha mencari keuntungan untuk dirinya sendiri. Kita tetap berusaha 'memagari' hal tersebut dengan berbagai prosedur yang harus diikuti. Tapi tetap ada selalu CELAH yang bisa dimanfaatkan. Di sinilah kita akan melihat, apakah orang ini bisa dipercaya, bisa diandalkan, dan itu selalu dimulai dengan kejujuran.Â
Kejujuran ini tentu ada dasarnya, yaitu suci, saleh. Menjadi suci dan saleh ini adalah faktor internal tiap orang, apa yang membentuk hidupnya selama ini membuat kita akan melihat hasilnya yang dalam bentuk kejujuran. Orang yang suci, tidak mau macam-macam, berusaha mengikuti aturan yang ditentukan, inilah modal dasar yang membentuk sikap jujur.Â
Kadang kala sikap jujur ini pun tidak disukai oleh banyak orang. Saya seringkali tersingkir dalam komunitas pengusaha / pebisnis tertentu karena tidak mau mengikuti 'cara main' mereka. Tapi inilah pilihan kita sebagai owner, leader, manager, direktur dalam satu usaha yang Tuhan ijinkan boleh terjadi dan berjalan. Ingat semua usaha bukan usaha kita, tapi atas perkenan Tuhan.Â
Ayub pun demikian, semua kekayaan yang diperolehnya adalah semata karena ijin Tuhan. Modal suci, saleh dan kejujurannya inilah yang menjadi dasar mengapa Tuhan mengasihinya. Selanjutnya adalah takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.Â
Berapa banyak kita melihat orang sekitar kita menjadi kaya dalam waktu singkat. Tapi juga 'jatuh' dalam waktu yang singkat juga. Kekayaan menjadi tujuan hidup mereka, bukan takut akan Allah. Padahal kita hidup oleh karena cinta kasih Allah.Â
Jadi apabila sampai sekarang, kita masih hidup di tengah masa pandemi ini, tentu karena perkenan Allah. Allah ingin kita tetap hidup dan takut, turut akan kehendak Allah.Â
Bagi saya sendiri perlu waktu untuk memahami, bahwa tujuan hidup saya adalah MENJADI BERKAT bagi orang lain, dan itu mungkin saja salah satunya adalah dengan menjalankan usaha yang selama ini ada di saya. Demikian juga dengan anda. Bila Tuhan mengijinkan anda menjadi direktur, owner, manager , team leader, karena itu adalah KEHENDAK Allah, dan karena ada RENCANA Allah dalam hidup anda, untuk orang-orang sekitar hidup anda.Â
Takut akan Allah tidak cukup, tapi juga harus ada sikap nyata, yaitu MENJAUHI KEJAHATAN. Menjauhi ini artinya menghindari, kita tahu di depan kita ada batu besar, tapi apakah kita akan menabrak atau menghindarinya. Artinya kita punya kesadaran, kita punya pilihan, dan ini yang akan selalu ada dalam hidup kita. Kita diminta terus untuk WASPADA, karena bentuk kejahatan semakin banyak dan beragam di sekitar kita.
Menjadi seperti Ayub mungkin bukan tujuan utama kita, tapi menjadi dan menjalani hidup suci, hidup takut akan Allah dan terlebih lagi menjauhi kejahatan, itu yang jelas bisa kita lakukan. Pelajaran hidup Ayub sungguh berarti untuk kita semua,Â
Ayub yang memiliki segalanya, lalu kemudian, kehilangan segalanya, semua atas perkenan Tuhan. Bila kita sedang mengalami nya, ingatlah senantiasa cerita Ayub. 4 Sikap positif Ayub ini seharusnya yang kita lakukan, apapun keadaan kita.
 Fanky Christian / JesusMyCEO
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H