Mohon tunggu...
fanky christian
fanky christian Mohon Tunggu... Full Time Blogger - IT Specialist, DCMSolusi, DCMGroup, EventCerdas, StartSMEup, JesusMyCEO, IndoBitubi, 521Indonesia

IT Specialist, khususnya infrastruktur, aktif di beberapa Asosiasi IT, suka mengajar dan menulis, fokus kepada IT , enterpreneurship, content marketing. Mengembangkan Daya Cipta Mandiri Group, EventCerdas, 521Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money

Masuk Dunia Digital Economy

21 Februari 2016   15:41 Diperbarui: 21 Februari 2016   17:02 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Digital Economy, apalagi ini, sebuah istilah baru yang mulai akrab dan kita lihat dimana-mana. Menurut Amir Hartman "the virtual arena in which business actually is conducted, value is created and exchanged, transactions occur, and one-to-one relationship mature by using any internet initiative as medium of exchange” (Hartman, 2000). 

Intinya, bisnis yang menggunakan Internet. Dan memang, sekarang makin banyak bisnis yang menggunakan media Internet, entah sebagai media pemasarannya, sebagai media penghubung, sebagai media informasi (ini yang paling banyak), dan terlebih lagi, menjalankan bisnisnya via Internet.

Kita akan semakin akrab dengan model seperti ini, dimana tidak diperlukan lagi keberadaan fisik, seperti toko untuk menampilkan produk atau barang yang dijual. Melainkan cukup mengakses via website, via Internet dan bahkan bertransaksi pun semua melalui Internet. 

Lalu apa yang harus kita persiapkan dalam memasuki era digital economy ini:

1. Pengetahuan / Knowledge. Mungkin semua orang bisa menjual, tapi tidak semua bisa menjelaskan produk dengan tepat. Pengetahuan kolektif inilah yang merupakan value dari perusahaan dalam proses penciptaan produk dan jasa. Kita harus memiliki pengetahuan yang cukup terkait produk dan jasa yang ditawarkan melalui media Internet ini. 

2. Pendigitalisasi / Digitization. Dengan kata lain, jika produk dan jasa yang ditawarkan dapat direpresentasikan dalam bentuk digital, maka perusahaan dapat dengan mudah dan murah menawarkan produk dan jasanya ke seluruh dunia. Electronic publishing, virtual book store, internet banking, dan telemedicine merupakan contoh berbagai produk dan jasa yang dapat ditawarkan di internet.

3. Virtualisasi. Proses menjalankan bisnis dalam dunia Internet tidak memerlukan aset fisik, kita bisa memulainya secara virtual. Yang diperlukan adalah proses pertukaran data dan informasi secara virtual, tanpa kehadiran fisik, si pembeli bisa melihat produk, berkomunikasi dengan penjual, tanpa batasan tempat dan waktu. Bahkan secara online, 24 jam.

4. Molekulisasi / Molecularization. Perusahaan yang akan bertahan dalam era ekonomi digital adalah yang berhasil menerapkan bentuk molekul. Bentuk molekul merupakan suatu sistem dimana organisasi dapat dengan mudah beradaptasi dengan setiap perubahan dinamis yang terjadi di lingkungan sekitar perusahaan. Ingat, yang dihadapi persaingannya bukan hanya lingkungan sekitar, tapi mendunia. Perilaku mereka setiap hari akan sangat mempengaruhi struktur pasar dan industri terkait yang seringkali akan merubah berbagai kondisi. Hal ini tentu saja merupakan manifestasi dari persaingan bebas
dan ketat yang terjadi disamping merupakan strategi untuk memenangkan rivalitas. 

5. Saling bekerjasama / Internetworking. Tidak ada perusahaan yang dapat bekerja sendiri tanpa menjalin kerja sama dengan pihak-pihak lain,
demikian salah satu prasyarat untuk dapat berhasil di dunia maya. Berdasarkan model bisnis yang dipilih, perusahaan terkait harus menentukan aktivitas inti-nya (core activity) dan menjalin kerja sama institusi lain untuk membantu melaksanakan proses-proses penunjang (supporting activities).

6. Disintermediation. Ciri khas lain dari arena ekonomi digital adalah kecenderungan berkurangnya mediator (broker) sebagai perantara terjadinya transaksi antara pemasok dan pelanggan. Termasuk dalam hal ini adalah wholesalers, retailers, broadcasters, record companies, dan lain sebagainya. 

7. Konvergensi / Convergence. Kunci sukses perusahaan dalam bisnis internet terletak pada tingkat kemampuan dan kualitas perusahaan dalam mengkonvergensikan tiga sektor industri, yaitu: computing, communications, dan content. Persaingan sesungguhnya terletak pada industri content yang
merupakan jenis pelayanan atau jasa yang ditawarkan sebuah perusahaan kepada pasar di dunia maya. Ketiga hal di atas merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki dan dikuasai pemakainnya untuk dapat berhasil menjalankan bisnis secara sukses.

8. Inovasi. Inovasi yang terus menerus sangat diperlukan agar perusahaan dapat bertahan. Apalagi dalam dunia Internet yang sangat cepat berubah. Perusahaan harus memperhatikan inovasi yang dapat dihasilkan dari waktu ke waktu.

9. Prosumption. Dalam ekonomi digital batasan antara konsumen dan produsen yang selama ini terlihat jelas menjadi kabur. Hampir semua konsumen teknologi informasi dapat dengan mudah menjadi produsen yang siap menawarkan produk dan jasanya kepada masyarakat dan komunitas bisnis.

10. Immediacy. Di dunia maya, pelanggan dihadapkan pada beragam perusahaan yang menawarkan produk atau jasa yang sama. Dalam memilih perusahaan, mereka hanya menggunakan tiga kriteria utama. Secara prinsip mereka akan mengadakan transaksi dengan perusahaan yang menawarkan produk atau jasanya secara cheaper, better, dan faster dibandingkan dengan perusahaan sejenis. Perusahaan harus peka terhadap berbagai kebutuhan pelanggan. 

11. Globalisasi / Globalization. Esensi dari globalisasi adalah runtuhnya batas-batas ruang dan waktu (time and space). Pengetahuan atau knowledge sebagai sumber daya utama, tidak mengenal batasan geografis sehingga keberadaan entitas negara menjadi kurang relevan di dalam menjalankan konteks bisnis di dunia maya.

12. Discordance. Ciri khas terakhir dalam ekonomi digital adalah terjadinya fenomena perubahan struktur sosial dan budaya sebagai dampak konsekuensi logis terjadinya perubahan sejumlah paradigma terkait dengan kehidupan sehari-hari. Semakin ringkasnya organisasi akan menyebabkan terjadinya pengangguran dimana-mana, mata pencaharian para mediator (brokers) menjadi hilang, para pekerja menjadi workoholic karena persaingan yang sangat ketat, pengaruh budaya barat sulit untuk dicegah karena dapat diakses bebas oleh siapa saja melalui internet, dan lain sebagainya merupakan contoh fenomena yang terjadi di era ekonomi digital. Ketidaksiapan sebuah organisasi dalam menghadapi segala kemungkinan dampak negatif yang timbul akan berakibat buruk (bumerang) bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Pasarindo menyediakan platform, dimana semua orang, semua perusahaan bisa menjual, menawarkan produk dan jasanya dengan mudah. Hanya dengan klik, hanya dengan jepret, semua akan naik masuk ke web, bisa diakses via web atau mobile. Semua akan mudah. Kita bisa melihat kesuksesan dan rating iklan yang diberikan via Pasarindo.com. Semua mudah untuk masuk ke dunia Digital Economy.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun