Mohon tunggu...
Stanislaus Riyanta
Stanislaus Riyanta Mohon Tunggu... -

Wildlife Traveler

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kombinasi Tepat Capres-Cawapres 2014

26 Mei 2013   12:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:00 1651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dinamika politik menuju 2014 semakin memanas, tokoh politik yang merasa dirinya potensial sebagai capres-cawapres mulai tebar pesona. Situasi yang menguntungkan media masa karena mendapatkan banyak iklan-iklan pencitraan tokoh politik ini tentu saja menarik untuk dicermati sebagai proses sosialisasi dan pengenalan diri kepada para pemilih. Namun tidaks emua tokoh politik yang sudah mencitrakan dirinya lewet media masa dianggap potensial sebagai capres-cawapres karena masyarakat sebagai pemilih sudah mulai cerdas melihat kebutuhan kepemimpinan dan kapasitas masing-masih tokoh tersebut.

Tokoh-tokoh politik yang sudah aktif mengenalkan diri menuju 2014 baik secara langsung maupun tidak langsung sudah terlihat dengan jelas, mulai dari Aburizal Bakrie yang mematenkan inisial ARB sebagai Calon Presiden, Prabowo Subianto dengan postur militer dan gaya khas yang melekat dengan petani-nalayan-pedagang , Wiranto yang sudah mendapat akses khusus mencitrakan diri lewat MNC juga tidak ketinggalan.

Hatta Rajasa dengan kendaraan PAN tidak mau ketinggalan untuk melakukan pencitraan ke masyarakat Indonesia, tentu saja dengan keuntungan sebagai pejabat negara dan besan SBY akan membawa keuntungan tersendiri. Megawatidengan pengalaman sebelumnya yang gagal maju ke RI-1 terlihat juga masih mau untuk bertarung menuju RI-1. Tokoh lain yang agresif menampilkan diri akhir-akhir ini selain tokoh-tokoh edisi periode lalu adalah Irman Gusman, Ketua DPD, namun jika dicermati kans Irman Gusman untuk menandingi tokoh edisi periode lalu masih sangat kecil.

Selain itu ada beberapa tokoh populis yang sudah siap-siap untuk ikut serta di 2014 sepertiMahfud MD, Dahlan Iskan dan Gita Wiryawan. Ada pula tokoh yang diduga bisa menjadi kuda hitam walau belum menampakan diri dalam pencitraan lewat media seperti Sri Mulyani. Joko Widodo Gubernur DKI yang terkenal dengan gaya humanis-populis walaupun didorong oleh banyak kalangan untuk maju di 2014 berulang kali justru menyatakan akan lebih fokus menangani Jakarta terlebih dahulu, kemungkinan besar langkah ini untuk menabung tiket 2019 yang lebih pasti.

Djoko Suyanto, Menkopolkan termasuk salah satu calon potensial walaupun saat ini masih belum mempunyai “perahu” untuk menuju 2014, kecuali Partai Demokrat menjatuhkan pilihan kepada orang kepercayaan SBY tersebut. Hal serupa juga dialami oleh Pramono Edhie Wibowo, mantan KSAD yang baru saja menyandang status Jendral Purnawirawan, saat ini sudah mulai dilirik dan diperbincangkan sebagai salah satu tokoh potensial menuju 2014.

Pencitraan lewat media jika dianggap sesuatu yang penting maka akan sangat menguntungkan bagi tokoh politik yang menguasai media. Aburizal Bakrie dengan televisinya, Wiranto yang didukung kuat oleh pemilik grup media, dan Dahlan Iskan tentu saja dengan korannya akan menjadi tokoh yang mudah mencitrakan diri lewat media.

Selain kepemilikan dan akses yang mudah ke media tentu saja tokoh politik yang mempunyai peluru berlimpah bisa juga dengan mudah mengusai pencitraan di media masa, Prabowo Subianto, Hatta Rajasa bahkan Irman Gusman termasuk tokoh yang royal dengan pencitraan lewat media masa. Keuntungan tersendiri akan diperoleh oleh tokoh yang humanis-populis seperti Mahfud MD, Dahlan Iskan bahkan Joko Widodo karena kinerjanya sering tersorot media yang mempunyai tempat tersendiri di hati masyarakat.

Susilo Bambang Yudhoyono tentu juga mempunyai kepentingan sangat besar dengan 2014 walaupun sudah tidak bisa lagi ikut bertanding. Tentu saja SBY akan lebih aman jika Presiden yang terpilih bisa meneruskan tradisinya dan mengamankan SBY dan keluarga agar tetap terjaga wibawanya setelah menjadi masyarakat biasa. Kekuatan SBY tidak bisa dikesampingkan begitu saja, Hatta Rajasa dan Djoko Suyanto akan lebih bersahabat dengan SBY dibandingkan dengan Megawati yang sudah ada luka lama. Selain dua tokoh dekat SBY tersebut kemungkinan dengan arahan-arahan tertentu Prabowo bisa menjadi tokoh yang dijagokan SBY.

Partai Demokrat yang sudah medeklarasikan pemilihan capres melalui mekanisme konvensi justru terlihat sebenarnya tidak ada tokoh potensial yang siap dari internal partai. Walaupun akan ada konvensi tetapi dapat diduga bahwa campur tangan SBY akan sangat kuat untuk memilih siapa tokoh yang maju dengan perahu Partai Demokrat. Tentu saja ini akan membuat resah para elit partai demokrat karena akan muncul persaingan-persaiangan menuju Capres atau bahkan muncul keresahan lain karena yang maju dan terpilih menggunakan perahu Demokrat adalah tokoh bukan kader Demokrat.

Dengan banyaknya tokoh politik yang menjadi calon potensial menuju 2014 maka akan sangat menarik dilakukan analisis kebutuhan kepemimpinan yang bisa membawa bangsa Indonesia lebih baik lagi. Kepemimpinan SBY selama ini yang dianggat sangat berhati-hati dalam membuat keputusan sehingga terlihat lemah justru menciptakan kondisi di masyarakat bahwa pemimpin ke depan yang diperlukan untuk membawa RI adalah pemimpin yang tegas dan berani. Jika situasi ini terus tercipta hingga 2014 maka akan sangat menguntunkan pemimpin yang berlatar belakang militer.

Calon Presiden yang sangat kuat dengan kebutuhan pemimpin yang tegas dan berani tentu saja akan merujuk pada Prabowo Subianto. Ada dua kendala yang akan menghambat Prabowo Subianto, yang pertama adalah tiket menuju 2014, apakah Prabowo mampu menyiapkan tiket 2014 secara mandiri melalui partainya dengan kata lain apakah partainya akan memenuhi batas minimal prosentase jumlah pemilih yang bisa mengajukan capres-cawapres, atau harus berbagi tiket dengan partai lain. Kedua tentu saja lawan-lawan Prabowo Subianto dengan senang hati menghembuskan isu pelanggaran HAM yang masih sangat menarik untuk dijadikan ganjalan menuju RI-1 bagi mantan Danjen Kopassus tersebut.

Wiranto kemungkinan akan sepi peminat mengingat usia yang sudah cukup senior dan anggapan Wiranto sebagai bagian dari orde baru masih sangat kuat. Sementara Djoko Suyanto belum mempunyai perahu walaupun sebenarnya yang mempunyai perahu dengan layar biru merupakan orang dekatnya. Tokoh-tokoh lain seperti Megawati dan Aburizal Bakrie akan kesulitan melawan Prabowo nantinya jika citra pemimpin yang kuat dan tegas sangat dibutuhkan di Indonesia.

Kehadiran Joko Widodo sebagai Gubernur DKI ternyata banyak membuat masyarakat membentuk pilihan bahwa pemimpin harus humanis-populis dan mau turun ke bawah. Tentu saja kriteria ini sangat cocok jika mendampingi Capres dari Militer yang tegas dan berani. Jika Joko Widodo masih mau fokus untuk membenahi Jakarta maka tokoh-tokoh potensial yang mempunyai kans besarsebagai cawapres adalah Mahfud MD, Dahlan Iskan, atau tokoh populis baru seperti Gita Wiryawan. Sayangnya tokoh-tokoh humanis-populis tersebut tidak mempunyai perahu. Analisis lebih lanjut adalah sifat kehumanisan dan kepopuleran tokoh-tokoh tersebut karena memang kinerja mereka tidak bersentuhan langsung dengan partai politik sehingga lebih lugas dan pro rakyat.

Situasi politik di Indonesia bisa berubah dengan sangat cepat, bahkan peta “pertemanan” politik di negeri ini susah dibaca, namun harapan-harapan masyarakat tentu saja ada. Jika selama ini kepemimpinan dianggap kurang tegas, kurang berani dan lambat maka wajar jika nantinya masyarakat menginginkan pemimpin yang lebih tegas, lebih berani dan lebih cepat. Jika kepemimpinan yang humanis-populis dan mau turun ke bawah seperti Joko Widodo Gubernur DKI memang sangat diharapkan masyarakat maka sah-sah juga jika masyarakat mengingkan gaya tersebut sebagai pemimpin bagsa.

Kombinasi yang sangat bagus Jenderal yang tegas pemberani dan cepat -tokoh humanis populis dan turun ke bawah untuk menjadi Capres-Cawapres 2014, tentu saja jika perahu mereka bisa membeli tiket untuk maju di Pilpres.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun