Kalimantan adalah sebuah pulau yang kaya akan sumber daya alam. Bagi sebagian orang Kalimantan juga suatu citra akan hutan yang lebat, suku dayak, emas, sungai yang panjang dan lebar, serta penghasil kayu.
Tidak kalah menarik dari entitas di atas sebagi citra Kalimantan adalah perjuangan orang-orang yang datang ke Kalimantan untuk menyambung hidup mereka, sebagai penunggu warung remang-remang, buruh di perkebunan sawit, guru, dokter, pekerja tambang dan pekerja-pekerja lain yang tetesan keringat mereka ternyata menjadi andalah hidup utama bagi keluarga di kampung halaman masing-masing.
Berikut adalah beberapa kisah perjuangan para pencari nafkah yang datang ke Kalimantan.
Pak Raden (45 tahun) berasal dari Jawa Timur, namanya yang asli banyak yang tidak tahu. Sebelum ke Kalimantan tepatnya di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat Pak Raden bekerja sebagai buruh tani di daerah pesisir Jawa Timur. Karena tuntutan ekonomi yang membuat Pak Raden harus mencari nafkah lebih banyak dari yang didapatkan sebagai buruh tani maka Pak Raden "mengembara" ke Kalimantan Barat.
Di Kalimantan Barat setelah melalui perjuangan berat, maka Pak Raden bisa bekerja sebagai tenaga harian lepas di perusahaan pertambangan yang masih dalam tahap eksplorasi. Sebagai seorang digger (penggali), Pak Raden bertugas untuk membuat sumur uji dan mengambil sample mineral untuk diuji di laboratoriu. Pak Raden juga bertugas untuk menutup kembali sumur uji tersebut setelah sample diambil dan mengangkut kembali sample nya ke tempat yang sudah ditentukan. Tidak jarang Pak Raden dan teman-teman penggali ada yang mengalami kecelakaan kerja seperti digigit ular, atau kejatuhan batu, walaupun standar kesalamatan kerja yang sudah diterapkan di pertambangan termasuk ketat.
Dengan pekerjaan yang penuh beresiko dan jauh dari keramaian, karena harus berpindah dari hutan satu ke hutan lainnya Pak Raden termasuk beruntung karena pendapatannya lumayan tinggi, Dalam satu bulan Pak Raden bisa mendapatkan penghasilan 4-5 juta.
Nasib Pak Raden masih cukup beruntung, di bawah naungan perusahaan, maka nasib Pak Raden lumayan terjamin termasuh dari sisi kesehatan dan kesalamatan kerja. Asal bekerja dengan rajin (karena hitungan pendapatan berdasarkan jumlah lubang dan kedalaman yang berhasil di capai), dan tidak berfoya-foya dengan minuman keras dan judi maka Pak Raden bisa mengirim wesel ke keluarga di Jawa Timur sekitar 3 juta rupiah tiap bulan.
Ayu (22 tahun) adalah gadis cantik dari daerah Jawa Tengah. Setelah lulus SMP dan tidak bisa melanjutkan sekolah, maka Ayu memutuskan ikut kakak perempuannya yang bersama sang suami menjadi peserta transmigrasi di Kalimantan Timur. Dengan modal beberapa ratus ribu, maka Ayu nekad berangkat ke Kalimantan Timur dengan naik kapal laut. Pengalaman pertama naik kapal laut tidak menyurutkan langkahnya untuk mencari uang di Kalimantan Timur.
Setelah sampai di Kalimantan Timur maka Ayu bekerja di ladang membantu kakaknya. Ladang di Kalimantan ternyata lebih susah daripada di daerah asal Ayu, walaupun sangat mudah mendapatkan lahan karena dengan uang 1 juta maka bisa diperoleh lahan 1 hektar. Panas yang menyengat dan banyaknya binatang buas tenyata menyiutkan mental Ayu, sehingga timbulah rasa malas-malasan.
Atas ajakan dari teman, maka Ayu mulai bekerja sebagai penjaga warung, yang buka 24 jam. Warung yang dijaga Ayu dan 3 temannya ini ternyata menjual minuman keras yang sulit didapatkan di Jawa dengan bebas. Entah bagaimana mereka bisa mendapatkan itu, yang jelas "toke" (juragan) mereka yang tiap 3 hari sekali mensuplai barang dan menarik uang dari penghasilan.
Ayu mulai tertarik dengan pendapatan teman-teman yang suka merayu pembeli untuk minum lebih banyak, bisa dipegang-pegang dan ........
Ternyata tip dari pembeli untuk layanan ini lebih besar dari komisi sang juragan dan akhirnya masuklah Ayu ke dalam dunia prostitusi dengan kedok warung ini. Langganan Ayu adalah para sopir dan kernet truk pengangkut kayu. Ayu tidak lagi tinggal di rumah kakaknya tetapi kost di rumah juragan. Pendapatn Ayu sangat besar bisa mencapai 2-3 juta per bulan. Sebagian hasil pendapatan itu dikirm Ayu ke Jawa Tengan untuk biaya sekolah dan hidup keluarganya.
Sugiri (48 tahun) adalah pemilik truk dari daerah Kendal Jawa Tengah. Dengan keberaniannya maka Sugiri mulai mencari nafkah di Kalimantan. Ketapang adalah daerah yang dituju Sugiri karena dari informasi teman-teman sesama sopir, di daerah ini banyak muatan dengan pendapatan besar. Akhirnya Sugiri melalui kapal dengan rute Semarang-Ketapang berhasil membawa truknya ke Ketapang. Daerah Ketapang adalah penghasil kayu yang sangat besar di Kalimantan Barat, tentu saja hasil dari pembalakan liar.
Hasil yang didapatkan Sugiri memang luar biasa, puluhan juta rupiah berhasil diraupnya. Tetapi hanya sedikit uang yang berhasil dikirimkan ke keluarganya. Uang Sugiri habis untuk mengikuti irama hidup teman-teman yang setelah mendapatkan uang hasil angkutan maka melepas lelah di warung remang-remang, di sini mereka berjudi, minum-minuman keras dan tentu saja bercumbu ria dengan penjaga warung dengan imbalan yang cukup besar.
Beberapa tahun bekerja di Kalimantan akhirnya Sugiri sakit dan kembali ke Jawa, tubuhnya mulai hitam dan perutnya membengkak. Tentangga-tetangga mulai bergosip bahwa itu kena santet, tetapi dari pengamatan dan diagnosa tenaga medis Sugiri kena penyakit di bagian lever. Sugiri akhirnya meninggal dunia setelah uang nya habis untuk berobat.
Joni (28 tahun) adalah lulusan SMK jurusan Geologi, selepas lulus dari SMK Joni langsung diterima di sebuah perusahaan pertambangan di Kalimantan Tengah. Jurusan Geologi memang jurusan yang lulusannya hampir semua terserap lapangan kerja mengingat booming pertambangan saat ini dan sedikitnya sekolah yang mampu mengadakan pendidikan Geologi.
Tahun 2005 pertama kali bekerja Joni mendapatkan gaji sebesar 2 juta , bersih, karena untuk makan dan transportasi sudah disediakan oleh perusahaan. Joni tidak bisa menggunakan uangnya kerena di bekerja di hutan. Gaji dikirm melalui ATM dan tentu saja di hutan tidak ada ATM.
Tiap tiga bulan, Joni mendapatkan cuti periodik 2 minggu untuk pulang di Yogyakarta tempat asal Joni tinggal bersama kedua saudara dan ibunya. Uang Joni "terpaksa" tertabung, dan saat cuti inilah Joni mulai menggunakan uangnya untuk memperbaiki rumah atau belajar investasi.
Sebagai lulusan SMK dengan gaji utuh 2 juta tentu sangat besar dibandingkan dengan lulusan SMK jurusan lain yang bekerja di kota.
Setelah 5 tahun kerja gaji Joni sudah meningkat hampir 5 juta per bulan, uang gaji yang terpaksa "tertabung" tersebut akhirnya terkumpul ditambah bonus-bonus yang besarnya bisa mencapai 5-10x gaji tiap akhir tahun.
Akhirnya Joni menikah dengan teman SMPnya yang telah menjadi PNS setelah lulus kuliah. Joni berkumpul dengan sang istri setiap 3 bulan sekali selama 2 minggu.
Tompel (30 tahun) pemuda yang masih bujang, sudah mengganggur selama 5 tahun luntang luntung di Magelang tempat orang tuanya tinggal. Sebelumnya Tompel menjadi buruh pengangkut sayur, tetapi karena pendapatan dan pekerjaan yang tidak sebanding maka Tompel memilih tinggal diam di rumah sambil menunggu panggilan tetangga untuk pekerjaan-pekerjaan serabutan.
Seorang teman mengajak Tompel untuk bekerja sebagai buruh harian lepas di Hutan Tanaman Industri di Kalimantan Barat, bersama 8 orang Tompel berangkat ke Kalimantan. Pekerjaan Tompel dan tim nya dalah melakukan pembersihan lahan untuk ditamani sengon. Setiap satu hektar upah yang didapatkan adalah 1,2 juta, yang bisa diselesaikan selama 4-6 hari tergantung kesulitan lahan.
Di daerah tempat Tompel bekerja tinggal penduduk asli yang masih memegang teguh budayanya. Salah satu teman Tompel ternyata menjalin asmara dengan salah satu gadis. Celakanya teman Tompel tersebut tertangkap penduduk ketika sedang memadu asmara di pondok dekat lahan tempat mereka bekerja. Akhirnya sidang ada terpaksa dijalani dan membayar dendan ada yang cukup besar.
Tompel dan teman-temannya mulai keteteran dengan upah yang minimal ditambah dengan membayar denda adat. Konflik pun mulai muncul dengan penduduk asli dan akhirnya mereka kabur dari daerah tersebut. Mereka kembali ke kampung tanpa uang sedikitpun, bahkan beberapa barang yang di bawa dari Jawa termasuk pakaian habis sudah terjual di perjalanan melarikan diri.
Kehidupan di Kalimantan ternyata sangat keras, tetapi tidak semua mengalami pahit getir kehidupan seperti di atas. Banyak juga orang-orang yang datang ke Kalimantan mengalami sukses yang luar biasa. Ini biasayanya dialami oleh para pekerja tambang atau perkebunan di level staff ke atas. Seorang manager muda di pertambangan dengan usia 30 tahun bisa mendapatkan pendapatan 18 juta per bulan bersih dan fasilitas tiap 6 minggu kerja mendapatkan cuti 2 minggu. Di sektor perkebunan untuk level Assisten ke atas yang banyak didominasi sarjana-sarjana dari Jawa dan Sumatera, kehidupannya juga cukup lumayan. Dengan gaji tiap bulan antara 5-8 juta, mereka bisa hidup layak. Di perkebunan biasanya karyawan level assisten ke atas tinggal bersama keluarga di mess yang layal. Kebun menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang cukup bagus.
Tetesan keringat Pak Raden, Ayu, Sugiri, Joni dan Tompel ternyata menggambarkan betapa berat bekerja di Kalimantan, walau nasib mereka berlainan. Berpikirlah seribu kali jika ingin bekerja di Kalimantan jika tidak punya modal pendidikan, tekad bekerja yang teguh, keuletan, dan iman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H