Seorang teman mengajak Tompel untuk bekerja sebagai buruh harian lepas di Hutan Tanaman Industri di Kalimantan Barat, bersama 8 orang Tompel berangkat ke Kalimantan. Pekerjaan Tompel dan tim nya dalah melakukan pembersihan lahan untuk ditamani sengon. Setiap satu hektar upah yang didapatkan adalah 1,2 juta, yang bisa diselesaikan selama 4-6 hari tergantung kesulitan lahan.
Di daerah tempat Tompel bekerja tinggal penduduk asli yang masih memegang teguh budayanya. Salah satu teman Tompel ternyata menjalin asmara dengan salah satu gadis. Celakanya teman Tompel tersebut tertangkap penduduk ketika sedang memadu asmara di pondok dekat lahan tempat mereka bekerja. Akhirnya sidang ada terpaksa dijalani dan membayar dendan ada yang cukup besar.
Tompel dan teman-temannya mulai keteteran dengan upah yang minimal ditambah dengan membayar denda adat. Konflik pun mulai muncul dengan penduduk asli dan akhirnya mereka kabur dari daerah tersebut. Mereka kembali ke kampung tanpa uang sedikitpun, bahkan beberapa barang yang di bawa dari Jawa termasuk pakaian habis sudah terjual di perjalanan melarikan diri.
Kehidupan di Kalimantan ternyata sangat keras, tetapi tidak semua mengalami pahit getir kehidupan seperti di atas. Banyak juga orang-orang yang datang ke Kalimantan mengalami sukses yang luar biasa. Ini biasayanya dialami oleh para pekerja tambang atau perkebunan di level staff ke atas. Seorang manager muda di pertambangan dengan usia 30 tahun bisa mendapatkan pendapatan 18 juta per bulan bersih dan fasilitas tiap 6 minggu kerja mendapatkan cuti 2 minggu. Di sektor perkebunan untuk level Assisten ke atas yang banyak didominasi sarjana-sarjana dari Jawa dan Sumatera, kehidupannya juga cukup lumayan. Dengan gaji tiap bulan antara 5-8 juta, mereka bisa hidup layak. Di perkebunan biasanya karyawan level assisten ke atas tinggal bersama keluarga di mess yang layal. Kebun menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang cukup bagus.
Tetesan keringat Pak Raden, Ayu, Sugiri, Joni dan Tompel ternyata menggambarkan betapa berat bekerja di Kalimantan, walau nasib mereka berlainan. Berpikirlah seribu kali jika ingin bekerja di Kalimantan jika tidak punya modal pendidikan, tekad bekerja yang teguh, keuletan, dan iman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H