Surabaya – Berita mengenai kasus bunuh diri di Indonesia sudah menjadi kabar duka yang terus mengalir di media dan tak kunjung berhenti. Kasus ini tak akan bisa sepenuhnya berhenti karena perbedaan daya juang setiap individu yang berbeda, melainkan angka kasusnya saja yang bisa menurun. Namun, apakah penyebab tingginya kasus bunuh diri benar-benar disebabkan oleh kemampuan berjuang hidup pada setiap individu yang rendah?
Angka Kasus Bunuh Diri di Indonesia
Menurut data yang diterbitkan oleh WHO (World Health Organization), lebih dari 700.000 orang meninggal di setiap tahunnya yang diakibatkan oleh bunuh diri, sedangkan di Indonesia sendiri, terdapat sebanyak 1226 kasus bunuh diri pada tahun 2023 menurut data yang dirilis oleh POLRI. Angka kasus bunuh diri tersebut merupakan sebuah peningkatan dari tahun sebelumnya di Indonesia yang memiliki 826 kasus. Selain itu, banyak kasus bunuh diri yang tidak terlaporkan karena dianggap sebagai aib keluarga.
Kebanyakan dari kasus bunuh diri yang diberitakan, usia produktif yang mendominasi kasus tersebut. Hal tersebut sesuai dengan sebuah laporan yang didapat dari Yayasan Into the Light Indonesia mengatakan bahwa usia 15–29 tahun merupakan kelompok usia yang paling rentan dengan risiko terjadinya bunuh diri, di mana kelompok usia tersebut masih berada pada usia produktif manusia.
Penyebab Tingginya Kasus Bunuh Diri
Pada data yang didapat dari Kepolisian Republik Indonesia (2022), kebanyakan kasus bunuh diri dipicu oleh tekanan konflik sosial, konflik interpersonal, hingga depresi. Sebagai contohnya, pada masa pandemic COVID-19, berbagai masalah sosial seperti PHK massal yang membuat ekonomi banyak orang merosot hingga terlilit hutang telah meningkatkan kasus bunuh diri. Hal ini didukung dengan data dari Informasi Pusat Kriminal Nasional Polri yang menyatakan peningkatan kasus bunuh diri pada tahun 2020 merupakan pelonjakan angka kasus yang tinggi, yaitu sebesar 640 kasus dari 230 kasus pada tahun 2019.
Berbagai pemicu tersebut tentu tidak jauh dari kesehatan mental atau mental health. Rendahnya kesadaran mengenai pentingnya mental health dapat meningkatkan angka kasus bunuh diri karena banyak orang tidak peduli bahkan tidak menyadari bahwa mereka membutuhkan tangan profesional jika suatu masalah mental tersebut mampu mengganggu kehidupan sehari-hari.
Kesadaran Tentang Kesehatan Mental di Indonesia
Meskipun sudah ada penurunan angka kasus bunuh diri dari 1226 kasus di tahun 2023 mejadi 988 kasus di tahun 2024 yang didapat dari data Polri, kepedulian mengenai kesehatan mental di Indonesia masih tergolong rendah. Data yang dirilis oleh Kompas (2024) tentang kepedulian mental health menyatakan terdapat 33,3% responden merasa cukup tertekan dan 24,5% responden merasa sangat tertekan, tetapi hanya 1,6% dari responder yang melakukan konsultasi ke professional.
Kebanyakan dari kasus bunuh diri yang terjadi, korban bunuh diri mulai berpikir untuk mengakhiri hidupnya ketika merasa tidak memiliki solusi dari masalah hidupnya dan emosinya “meledak” karena hanya dipendam pada dirinya sendiri, sehingga bunuh diri dijadikan solusi untuk menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi. Masih banyak dari masyarakat yang menganggap ini adalah perihal daya juang individu yang rendah karena tidak mampu berjuang menyelesaikan masalahnya, padahal edukasi tentang kesehatan mental masih rendah yang menyebabkan tabunya kesehatan mental bagi masyarakat.
Perbedaan Perspektif Mental Health Antar Generasi