Kasepuhan Sinar Resmi sebagai kampung adat yang di dalamnya terdapat banyak aturan dan pantangan atau larangan masih mempercayai pantangan tersebut untuk kesejahteraan hidup mereka. Selain itu, pantangan juga menjadi dasar aturan-aturan adat yang menyiratkan sebab akibat apabila dilanggar. Tatali paranti Karuhun menjadi pedoman hidup masyarakat di Kasepuhan Sinar Resmi sehingga mesti dijalankan sebab apabila terjadi pelanggaran maka akan mengakibatkan kabendon, kualat atau malapetaka yang merugikan.
Era modernisasi, tidak menjadi alasan runtuhnya kepercayaan dan adat istiadat yang diterapkan, faktanya masyarakat sinar resmi masih menerapkan beragam pantangan di kampung mereka. Padahal biasanya di tengah arus modernisasi, aturan dan pantangan seringkali dianggap sebagai hal yang tidak masuk akal. Namun, hal tersebut tidak berlaku di Sinar Resmi sebab masyarakatnya percaya bahwa setiap pantangan memiliki maksud yang baik bagi kehidupan mereka.
Meskipun begitu, tidak dipungkiri bahwa adanya modernisasi tentu saja membawa perubahan kepada masyarakat di Kasepuhan Sinar Resmi dan dampaknya terlihat begitu jelas. Kini, sudah ada listrik dan mulai menggunakan alat-alat elektronik. Namun, Abah sebagai pemimpin adat menuturkan bahwa ia percaya apabila masyarakat kasepuhan tetap memegang teguh kepercayaan, maka modernisasi tersebut tidak akan menghancurkan nilai-nilai luhur serta adat istiadat kasepuhan sinar resmi.
Hal tersebut terjadi karena semodern apapun kemajuan zaman, masyarakat kasepuhan tetap punya akar budaya dan akar tradisi. Kembali ke negara, apabila budayanya kuat, tradisi kuat, maka negaranya pun akan kuat tetapi ketika adat tradisinya buruk maka negara pun akan ikut buruk.
Pada akhirnya, tatali paranti karuhun yang diyakini oleh masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi tetap eksis, di satu sisi karena tetap mempertahankan adat istiadatnya tetapi di lain sisi mereka juga melakukan inovasi yang tidak merusak lingkungannya atau menghilangkan kekhasan dari kasepuhan Sinar Resmi itu sendiri.
Hal ini sebagaimana istilah "Nyaindung ka waktu, mibapa ka jaman". Walaupun hidup mengikuti zaman bukan berarti harus secara keseluruhan mengikuti budaya luar. Tidak menolak terhadap modernisasi, namun tetap memfilter agar dapat menjaga keseimbangan, menjadi pilihan masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi yang menjadikan adat istiadatnya masih tetap menunjukkan eksistensinya hingga saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H