Mohon tunggu...
Siti Aminah
Siti Aminah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Pendidikan Indonesia

Seorang bijak berkata, “Daripada mengutuk kegelapan malam, lebih baik menyalakan lilin kecil peradaban”, ya begitulah seharusnya. Alih-alih terus mengeluh atas setiap permasalahan yang terjadi, bukankah mencari solusi adalah pilihan yang lebih bijak untuk dilakukan?

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Eksistensi Tatali Paranti Karuhun sebagai Adat Istiadat Kasepuhan Sinar Resmi di Era Modernisasi

30 Juni 2022   13:30 Diperbarui: 30 Juni 2022   22:21 2297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lahan persawahan di Kasepuhan Sinar Resmi, Dokpri

Kasepuhan Sinar Resmi sebagai kampung adat yang di dalamnya terdapat banyak aturan dan pantangan atau larangan masih mempercayai pantangan tersebut untuk kesejahteraan hidup mereka. Selain itu, pantangan juga menjadi dasar aturan-aturan adat yang menyiratkan sebab akibat apabila dilanggar. Tatali paranti Karuhun menjadi pedoman hidup masyarakat di Kasepuhan Sinar Resmi sehingga mesti dijalankan sebab apabila terjadi pelanggaran maka akan mengakibatkan kabendon, kualat atau malapetaka yang merugikan.

Era modernisasi, tidak menjadi alasan runtuhnya kepercayaan dan adat istiadat yang diterapkan, faktanya masyarakat sinar resmi masih menerapkan beragam pantangan di kampung mereka. Padahal biasanya di tengah arus modernisasi, aturan dan pantangan seringkali dianggap sebagai hal yang tidak masuk akal. Namun, hal tersebut tidak berlaku di Sinar Resmi sebab masyarakatnya percaya bahwa setiap pantangan memiliki maksud yang baik bagi kehidupan mereka. 

Meskipun begitu, tidak dipungkiri bahwa adanya modernisasi tentu saja membawa perubahan kepada masyarakat di Kasepuhan Sinar Resmi dan dampaknya terlihat begitu jelas. Kini, sudah ada listrik dan mulai menggunakan alat-alat elektronik. Namun, Abah sebagai pemimpin adat menuturkan bahwa ia percaya apabila masyarakat kasepuhan tetap memegang teguh kepercayaan, maka modernisasi tersebut tidak akan menghancurkan nilai-nilai luhur serta adat istiadat kasepuhan sinar resmi

Hal tersebut terjadi karena semodern apapun kemajuan zaman, masyarakat kasepuhan tetap punya akar budaya dan akar tradisi. Kembali ke negara, apabila budayanya kuat, tradisi kuat, maka negaranya pun akan kuat tetapi ketika adat tradisinya buruk maka negara pun akan ikut buruk.

Pada akhirnya, tatali paranti karuhun yang diyakini oleh masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi tetap eksis, di satu sisi karena tetap mempertahankan adat istiadatnya tetapi di lain sisi mereka juga melakukan inovasi yang tidak merusak lingkungannya atau menghilangkan kekhasan dari kasepuhan Sinar Resmi itu sendiri. 

Hal ini sebagaimana istilah "Nyaindung ka waktu, mibapa ka jaman". Walaupun hidup mengikuti zaman bukan berarti harus secara keseluruhan mengikuti budaya luar. Tidak menolak terhadap modernisasi, namun tetap memfilter agar dapat menjaga keseimbangan, menjadi pilihan masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi yang menjadikan adat istiadatnya masih tetap menunjukkan eksistensinya hingga saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun