Mohon tunggu...
Johanes Krisnomo
Johanes Krisnomo Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Penulis, YouTuber : Sketsa JoKris Jo, Photografer, dan Pekerja. Alumnus Kimia ITB dan praktisi di Industri Pangan.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

YouTuber, Berbagi Pengalaman Merangkai Video

29 Januari 2021   12:36 Diperbarui: 29 Januari 2021   12:39 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berawal dari sebuah impian, aktualnya perlu diperjuangkan. Tak bisa dipungkiri, salah satu alasan niat jadi YouTuber adalah ingin mendapatkan penghasilan plus-plus. Targetnya seperti para YouTubers yang telah punya nama, berpuluh hingga beratus juta rupiah penghasilan tiap bulannya mengalir.

YouTuber Unyu-unyu, sering menyebut diri demikian, karena masih pemula dan tertatih-tatih, demi target impian yang masih jauh dari sukses. Namun, bolehlah berbagi sedikit pengalaman, jerih-payahnya mengambil dan mengolah potongan video menjadi video yang siap tayang.

Sebelum segalanya dimulai, haruslah ditentukan pesan apa yang ingin disampaikan kepada penonton YouTube. Setelahnya, dibuatlah video-video pendek yang rencananya akan digabung menjadi satu kesatuan lengkap.

Untuk lebih jelasnya, akan diulas mengenai video kisah sukses yang telah ditayangkan di YouTube beberapa waktu lalu. Judulnya : Wa Umi, Lotek Rujak Gang Sempit, Omzet Per Hari Bisa Satu Juta.

Sebenarnya, dengan hanya membaca judul, sudah bisa ditebak pesan yang ingin disampaikan. Kemudian, keingintahuan kisahnya, dan bagaimana hal itu bisa dicapai, akan menarik lebih jauh penonton untuk melanjutkan klik tayangan videonya.

Diawali dengan survei atau mencari aktivitas yang sekiranya menarik dan bermanfaat. Dalam hal ini, Wa Umi penjual lotek dan rujak, yang berlokasi tak jauh dari rumah, usahanya laris dan menghasilkan omzet hampir satu juta rupiah perhari-nya.

Persiapan dimulai, memberikan informasi tentang maksud dan tujuan pembuatan video, dan Wa Umi setuju, kemudian menyiapkan segala sesuatunya, termasuk latihan dan beberapa pertanyaan inti yang akan ditanyakan.

Saat awal pengambilan video, ramai sekali pembeli, khususnya dari aplikasi online, dengan dua cobek dipakai mengulek bumbu. Wa Umi saat itu dibantu anaknya dengan cobek kedua, agar pesanan cepat dituntaskan.

Video berikutnya, pesan khusus buat dibawa pulang sambil tanya-tanya mengenai asal-mula jualan lotek dan rujak, dan mencoba cari tahu infonya langsung, berapa sebenarnya omzet perhari.

Selain itu, pengambilan video saat mengulek lotek dari jarak dekat, menaruh bahan-bahan dan mencampurnya dengan sayuran atau rujak buah-buahan.

Tentunya, sukses Wa Umi masih menyisakan pertanyaan, lokasi yang jauh dari jalan raya, haruslah digambarkan dengan jelas. Video terakhir dilanjutkan, dimulai dari jalan raya, dengan spanduk Wa Umi, kemudian masuk gang sempit sejauh lebih dari 200 Meter hingga lokasi.

Sumber: Jalan Masuk Warung Wa Umi. Dok Pribadi.
Sumber: Jalan Masuk Warung Wa Umi. Dok Pribadi.
Sumber: Wa Umi sedang di warungnya. Dok Pribadi.
Sumber: Wa Umi sedang di warungnya. Dok Pribadi.
Sumber: Terlalu Laris, pakai dua cobek. Dok Pribadi.
Sumber: Terlalu Laris, pakai dua cobek. Dok Pribadi.
Sumber: Tampilan Tayang YouTube. Dok J.Krisnomo
Sumber: Tampilan Tayang YouTube. Dok J.Krisnomo
Setelah pengambilan video berakhir, saatnya merangkai potongan-potongan video, sesuai dengan pesan keseluruhan yang ingin disampaikan.

Tak selamanya, video diambil berurutan, tergantung situasi dan kondisi, asalkan tahu perkiraan bahwa apa yang dilakukan bermanfaat dan bisa menjadi bagian dari kisahnya.

Video YouTube Wa Umi, dibuka dengan kata pengantar, jalan masuk melalui jalan raya dan gang, kemudian pesan lotek, dan kesibukan melayani pesanan online, dan sebagai daya tarik tayangan penggunaan dua cobek. Omzet yang semula ragu-ragu diceritakan, pada akhirnya dinyatakan jelas bahwa 100 bungkus yang bernilai satu juta rupiah bisa didapat.

Jelaslah bahwa apa yang kita ambil gambar videonya, tak selalu harus berurutan, bisa dibolak-balik dan jangan abaikan pernyataan penutur asli agar lebih menguatkan kisahnya.

Menjadi YouTuber rupanya tak seindah apa yang terlihat. Monetisasi atau saatnya video terdaftar dan dihitung penghasilannya, harus punya 1000 subscriber dan 4000 jam tayang dalam kurun waktu 12 bulan.

Konsisten buat video, dengan topik spesifik dan terarah, itu kata para senior yang berbagi pengalamannya.

Pantaslah, di awal kisah menyebut diri sebagai YouTuber Unyu-unyu, dengan 300 subscriber dan jam tayang kurang dari 1000, layak disematkan.

Utamanya belajar dan konsisten, yang salah satu di antaranya adalah keahlian merangkai dan mengolah keping-keping video pendek menjadi utuh, hingga tercipta tontonan YouTube yang menarik dan mengandung pesan bermakna.

Salam Perjuangan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun