Wajahnya sumringah, ketika jumpa dia di Sabtu siang. Maklumlah cuma bekerja setengah hari saja, katanya ingin segera pinjam gitar adiknya sepulang bekerja.
Tulus (25 tahun), bertanggungjawab atas kebersihan lorong sepanjang 100 meter, dan beberapa ruang kantor. Tugasnya tiap hari mondar-mandir mengepel lantai, dan membersihkan kaca pintu dan jendela, termasuk gagang-gagang pintu agar tidak menjadi transit penularan virus.
Kejenuhan melanda, berkaitan rutinitas harian yang dikerjakan Tulus, telah mendapatkan penghiburnya di akhir pekan dengan cara bermain gitar. Meski gitar pinjaman, cukuplah sementara, karena sudah tujuh bulan berlalu sejak dimulainya tekad menabung tiap bulan seratus ribu, nyatanya belum terkumpul.
Bahagia itu sederhana, dan tak sama tiap-tiap orang. Beberapa kawan sempat bilang ingin beli sepeda, yang pasti jutaan, dan ada juga yang mau ganti TV datar yang lebih canggih, di akhir minggu.
Bagi Tulus, cukuplah sudah menghibur diri, dengan cara bernyanyi dan bermain gitar. Kebetulan kalau malam minggu, gitar adiknya tak sedang dipakai.
Tiga bulan terakhir ini, Tulus memboyong keluarganya, bersama istri dan anak semata wayangnya, bayi 2 tahun-an, ke rumah mertua yang masih satu kota. Sebelumnya, di rumah orangtua, hatinya lebih merasa plong dan lepas, bila dibandingkan saat ini yang perlu penyesuaian.
Untuk penyemangat, diri ini sudah memberi janji, kalau dia bisa kumpulkan uang senilai 800 Ribuan, akan diberi subsidi 300 Ribu, agar supaya dapat gitar yang lebih mumpuni.
Getirnya pendapatan belum mampu menuntaskan keinginan, kebutuhan bayi dan makan sehari-hari tak menyisakan uang senilai yang diharapkan.
Terpancing lagu-lagu kenangan masa lalu, yang sempat kulantunkan saat Tulus membersihkan ruang kerja, ternyata mendapatkan sambutan sangat baik dari tetangga-tetangganya, beberapa lansia bapak-ibu perantauan dari tanah seberang.
Bahagia hatinya Tulus, karena bisa menyalurkan kesukaannya bermain gitar, dan juga menyanyikan tembang-tembang lawas.
Menghibur para tetangga yang menantikan kehadirannya, bagi Tulus merupakan kebanggaan tersendiri, karena dia mendapatkan pula energi bahagia yang terpancar dari wajah-wajah penggemarnya.
Bahagianya Tulus makin berasa, karena ternyata ada beberapa tetangganya yang menyelipkan sejumlah uang di sudut-sudut senar gitarnya.
Memiliki gitar sendiri nampaknya makin mendekati jalan nyatanya. Niat Tulus membahagiakan orang lain, berbuah manis, meski tak berharap imbalan.
Bila esok bertemu, inginnya kusampaikan pesan! Awetkan bahagiamu, bawalah ke tempat kerja agar rutinitas bersih-bersihmu berlangsung mulus dan disukai banyak orang. Siapa tahu beberapa kawan lain ada yang ingin berpartisipasi untuk mempercepat kepemilikan gitarmu.
Bandung, 07 Sept 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H