Belum tahu sebabnya, mengapa orang-orang yang baru kukenal, akhir-akhir ini lebih sering memanggil dengan sebutan Pak. Padahal, biasa-biasanya sich Mas.
Mulanya bangga, jangan-jangan apa cara bicara dan perilaku ini sudah mendekati gaya bos. Biasanya, orang-orang muda berpendidikan tinggi, dengan posisi kunci di suatu perusahaan, merasa kurang pas bila dipanggil Mas.
Tak mau ambil pusing, pada akhirnya sebutan Pak, lapang dada diterima, dengan segala konsekuensi-nya, harus tak boleh cengengesan, agar tampak berwibawa.
Cara jalannya pun, harus menghadap ke depan, tak boleh terlihat menunduk, seperti orang susah yang belum menemukan jatidiri. Apa boleh buat, demi memantapkan hati, bicara pun hemat kata-kata.
Di kantor, meskipun tak pegang kunci, beberapa kawan setingkat, mulai beralih ke panggilan Pak, dari yang sebelumnya menyebut nama. Mungkin saja kita-kita yang sudah senior, merasa canggung bila saling memanggil nama.
Dulu, sewaktu baru masuk kerja, sebagai pengawas yang masih kinyis-kinyis atau muda, kebanyakan anak-buah yang lebih senior menyebut dengan panggilan Mas.
Apa pun alasannya, sudahlah tak perlu dibahas, biarkan sesuai alamnya. Nyata di rumah, sewaktu baru menikah, istri biasa menyebut Mas atau sebaliknya suami menyebut istrinya Dik.
Tak ada perjanjian khusus, begitu buah hati mereka telah hadir, bertahap dan hampir pasti, ada pergeseran menjadi sebutan Pak atau Bu, yang seolah mengajarkan anak cara memanggil orangtua-nya.
Ada yang tak berubah, adik-adik yang terikat tali kekeluargaan, biasa memanggil Mas atau Mbak, atau sesuai dengan sebutan di daerahnya masing-masing.
![https://pixabay.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/06/28/jk02-man-4840265-340-ihjulc-jkjkjktops-5ef77d96d541df4b442bca92.jpg?t=o&v=770)
Senangnya dipanggil Mas, merasa dihormati dan tak ada kesan berjarak, pada akhirnya dibagikan kepada orang-orang yang kita merasa itu panggilan sopan.
Kebanyakan sich buat orang-orang baru, dan belum tahu namanya, rasanya lebih nyaman dengan sebutan Mas, meskipun lebih muda.
Kebiasaan yang mungkin lebih akrab, tak ada kesan merasa lebih tua atau lebih  hebat, nyata-nyata telah digunakan sebagai sebutan pertemanan, dalam sebuah komunitas, di awal sebelum menyebut namanya. Semisal Mas Amir, Mas Joko atau kalau wanita Mbak Yul, Mbak Ceriwis dan lain-lainnya.
Namun tak semuanya mulus, dalam situasi dan kondisi tertentu, adakalanya tak cocok dan merasa kurang hormat dengan panggilan Mas atau Mbak, mencoba dengan sebutan lainnya seperti Pak, Bu atau Abang.
Celoteh ringan yang singkat dan tak begitu ilmiah ini, menyadarkan diri bahwa sebutan itu seperti apa orang lain memandang kita. Mau panggil Mas, atau Pak dipersilahkan, selama itu nyaman dan pantas, atau bisa jadi karena kita sudah semakin tua dan berwibawa.
Bandung, 28 Juni 2020