Mohon tunggu...
Johanes Krisnomo
Johanes Krisnomo Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Penulis, YouTuber : Sketsa JoKris Jo, Photografer, dan Pekerja. Alumnus Kimia ITB dan praktisi di Industri Pangan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Lupa, Jurus Alasan Tak Pakai Masker

22 Juni 2020   21:29 Diperbarui: 24 Juni 2020   06:16 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lumrah, bila ternyata masih ada karyawan yang tidak pakai masker saat bekerja. Lupa, katanya ketika ditegur, padahal di saku celananya ada.

Beda lagi, ketika ada kawan yang rambutnya panjang, ditanya mengapa tak cukur, jawabnya kuatir terkena virus Covid-19.

Masker dan Rambut Panjang, keduanya serupa tapi tak sama. Menyoal takut tertular virus kalau pergi ke tukang cukur, nampaknya lebih berkesan daripada tak pakai masker.

Tak bisa potong rambut jarak jauh, karena pasti kepala kita dijamahnya.  Ada kecurigaan, bukannya lupa, siapa tahu guntingnya tak bersih, dan lain-lainnya.

Waspada terhadap ritual cukur rambut, mampu disiati ketika beberapa waktu lalu nekat mencoba pergi ke tukang cukur.

Syaratnya telah terpenuhi, tersedia tempat cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, tukang cukur pakai masker, gunting dan peralatan lainnya bersih disanitasi alkohol, dan pisau siletnya telah diganti baru. Sirkulasi ruang udaranya pun baik, tidak lembab dan terkena pantulan sinar matahari.

Selayak tatanan kenormalan baru, New Normal, mau sampai kapan tak bercukur, ataukah hanya menanti tanpa kepastian sampai Covid-19 berakhir.

Bebas-bebas saja, apa pun pilihannya, asalkan tahu bagaimana kita mencegah. Beberapa kawan justru mandiri, melengkapi dengan alat-alat gunting dan saling bantu mencukur, meski ada yang peang karena terpotong.

Beda banget sama masker, tak kasat mata bila ada semburan butiran ludah atau batuk, dari kawan yang tak pakai masker.

Kasus belum sempat bercukur, tak mengatakan lupa, karena masih belum sepenuhnya paham. Sedangkan tatanan kenormalan baru tak membatasi ruang gerak, asalkan memenuhi syarat protokol  kesehatan.

Kawan yang bilang lupa, ketika diingatkan harus pakai masker, dapat diartikan bahwa yang bersangkutan baru menyadari sebatas takut aturan, karena nyatanya masker hanya disimpan di saku.

Sumber : AntaraNews/Data:SETGAB.GO.ID/Riset:Bayu/Grafis:Erie/Editor:Heppy
Sumber : AntaraNews/Data:SETGAB.GO.ID/Riset:Bayu/Grafis:Erie/Editor:Heppy
Telah pula disosialisasikan kewajiban pakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan dalam bentuk poster-poster di beberapa area kerja.

Dalam pelaksanaannya pun selain diberikan masker yang harus diganti tiap hari, tersedia pula garis-garis silang dan tanda-tanda agar selalu menjaga jarak, serta sarana cuci tangan dari mulai masuk hingga di sekitar tempat kerja.

Belum lagi, pada saat istirahat makan di kantin, diberikan pula suguhan tayangan TV monitor, video mengenai pentingnya penerapan New Normal.

Termasuk di antaranya penggambaran bagaimana mekanisme butiran-butiran ludah ketika berdehem atau batuk mampu menjadi peluang penularan virus Covid-19.

Semua harus pakai masker, tanpa kecuali, seiring dengan berlalunya waktu, sosialisasi jalan terus. Teguran ramah harus dijalankan tanpa mengenal lelah dan bosan.

Berharap kesadaran akan pentingnya pemakaian masker segera dipahami dan dilaksanakan tanpa ada yang beralasan lupa.

Demi kesehatan bersama, mencegah penularan Covid-19, jangan sampai terpaksa dikeluarkan peraturan ketat yang mengharuskan karyawan pulang bila tak mematuhinya.

Bandung, 22 Juni 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun