Raut wajahnya sumringah, ketika sukses terdaftar sebagai penulis Kompasiana. Sebagai kawan, cukuplah sudah memberi bimbingan, dan motivasi. Antusiasnya ingin menjadi penulis tak diragukan, berbulan sudah, bergeming tanpa berubah status sebagai calon.
Lebih selusin, kawan-kawan tak berdaya melepaskan diri dari hambatan. Umumnya mereka terpesona, dan menikmati nyamannya hati ketika membaca kiriman kisah-kisah yang telah ditayangkan di Kompasiana.
Penulis pun, telah seringkali membuka wacana, adanya K-Rewards, jenjang kepangkatan, dan indahnya pertemanan di Kompasiana.
Berbagai tantangan lomba-lomba, dan juga hadiah jalan-jalan, telah sering dipromosikan. Namun, sia-sialah berbagai upaya belum membuahkan hasil.
Tak dapat dipungkiri, bahwa dalam keseharian, penulis tampak lebih sehat dan muda dari usia sesungguhnya, meskipun sibuk di tempat kerja.
Sebagai karyawan swasta, yang memiliki waktu libur terbatas, sulitlah bila harus meluangkan waktu piknik secara fisik. Nyatanya, sepulang kerja, sore hari setelah menyelesaikan tugas-tugas rumah, dimulailah saatnya piknik.
Kegiatan menulis selayak piknik, menyegarkan psikis atau jiwa yang lelah dengan menghibur diri seperti bermain musik, menonton film, atau membaca dan lainnya. Tentunya berbeda sensasi, bila kita melakukan olahraga sepulang kerja. Kombinasi kegiatan psikis dan fisik olahraga, bisa dilakukan berselang-seling sesuai kemampuan diri.
Bahagianya menjadi penulis, Kompasianer sebutannya, meredakan lelahnya emosi, tidur malam semakin nyenyak, dan  semangat kerja meningkat tajam.
Belum lagi, karya-karya tulisan di Kompasiana, milik diri yang dibagikan melalui aplikasi, selalu di-elu-elu-kan dan mendapat apresiasi ketika kaki menapak pagi di tempat kerja.
Menjadi penulis itu sejatinya sangat mudah. Ketika suatu waktu bertanya kepada penulis ternama, resepnya hanya 3-M : Menulis, Menulis, dan Menulis. Sebegitu mudahnya, seperti apa yang dinyatakan.
Mudahnya nyata, bila dipahami bahwa menjadi penulis itu tak harus banyak alasan, mulailah dengan menulis, titik.
Janganlah berpikir untuk langsung, dan instan menjadi penulis sempurna. Kompasiana telah berbaik hati, menampung tulisan apa pun, asalkan tak bertentangan dengan etika. Tak ada sanksi, atau celaan bila tulisan Kompasianer telah ditayangkan, paling mungkin kurang pembaca.
Mudahnya menjadi penulis, semudah apa yang dilihat dan dialami, tak perlu harus sempurna tanpa cacat. Memperbanyak pengalaman sebagai bahan tulisan, dapat dilakukan dengan cara sering membaca karya-karya kawan di Kompasiana.
Hal lainnya, yang sering menghambat bangkit dari keabadian sebagai calon penulis, adalah berapa bayaran yang akan diterima. Janganlah memupuk pemahaman seperti itu, rejeki akan datang sejalan dengan meningkatnya kualitas tulisan. Lagi pula, jelas-jelas telah terbukti bahwa menulis itu menyehatkan, dan wahana bagi yang ingin berbagi ide buat sesama.
Niat menjadi penulis, perlu segera dinyatakan dengan melakukan kegiatan menulis, bukan sekadar di angan-angan. Tayangkan di Kompasiana atau media lainnya, yang memberi kesempatan pembaca untuk berdialog atau saran komentar.
Mari wujudkan segera menjadi penulis, lepaskan dari sebutan calon penulis, kecuali bila kita hanya ingin menjadi penikmat tulisan saja.
Bandung, 05 Nopember 2019