Jagung pernah berjaya pada masanya. Dulu. Itu tak lepas dari gagal panennya tanam padi akibat musim kering berkepanjangan. Hingga kini, di beberapa daerah, nasi jagung masih merupakan makanan khas atau kesukaan sehari-hari. Bahkan, bagi yang ingin langsing atau diet, dan tak mau terlibat urusan diabetes, kiranya tepatlah bila nasi jagung dijadikan sebagai menu pilihan.
Kenyangnya makan nasi jagung lebih awet dibandingkan nasi beras atau nasi putih, karena seratnya dicerna lebih lama. Dampaknya, setelah makan nasi jagung, tak inginlah makan-makanan yang lain, hingga asupan terbatasi dengan sendirinya.
Kandungan serat nasi jagung memperlancar proses pencernaan. Berbagai zat, termasuk lemak, ikut keluar bersama serat hingga terhindarkan dari penumpukan lemak.
Takaran saji yang sama dengan nasi beras, berdasarkan perhitungan kalorinya, lebih besar dari nasi jagung.
Pada 100 gram jagung, setidaknya terkandung 140 kcal, sementara beras putih biasa 175 kcal.
Aktualnya, dalam porsi yang sama, kandungan kalori nasi jagung lebih kecil, seiring dengan program diet yang dijalankan.
Hal lainnya yang perlu diketahui, bahwa kandungan jenis karbohidrat dari nasi beras merupakan karbohidrat sederhana.
Akibatnya, saluran pencernaan akan mencerna karbohidrat lebih cepat, sehingga terjadi penyerapan yang mengakibatkan kadar gula darah meningkat cepat.
Sedangkan, nasi jagung bentuk karbohidratnya adalah kompleks, yang berakibat pada keterlambatan atau sulitnya penyerapan karbohidrat, hingga kadar gulanya di dalam tubuh akan lambat menerima karbohidrat sebagai glukosa.
Bicara mengenai diabetes, tak lepas dari Indeks Glikemik (IG), yang merupakan standar pengukuran seberapa cepat karbohidrat dalam makanan diubah menjadi gula glukosa untuk dipakai sebagai energi. Skalanya dari 0-100.
Contohnya gula pasir yang memiliki angka indeks glikemik 100. Artinya, karbohidrat dalam gula murni sangat cepat diubah oleh tubuh menjadi energi.
Indeks Glikemik disebut tinggi jika berada di atas angka 70. Untuk kategori sedang, jika berada pada kisaran 56-69, dan kategori rendah bula berada di bawah 55.
Indeks Glikemik makanan tak hanya berhubungan dengan diabetes. Seperti dilansir dari Healthline, IG berlaku juga bagi orang sehat yang ingin mengurangi berat badan atau diet.
Makanan dengan indeks glikemiknya tinggi, akan lebih cepat dicerna dan diserap, hingga timbul rasa lapar yang menggagalkan niat diet.
Sebaliknya, makanan dengan indeks glikemik rendah cenderung lebih lambat diserap oleh tubuh, perut terasa lebih lama kenyang dan tak ada keinginan makan berlebih.
Berdasarkan tabel nilai IG dari Harvard Medical School, per 150 gram nasi putih biasa memiliki nilai IG adalah 72. Sementara itu dengan takaran porsi yang sama, nilai IG jagung adalah 48.
Pustaka lainnya, nilai IG pada Daftar Indeks Glikemik Makanan, diabetesmelitus.org memberikan nilai IG nasi beras atau putih 89, nasi merah  50, dan jagung rebus  60
Selain nasi jagung, ada pilihan lainnya, seperti dikatakan pakar Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Dr. Ir. Nuri Andarwulan, Msi, di antaranya nasi beras merah yang punya nilai IG Â 55 dan mie basah 47.
Sedangkan IG nasi putih berada di kisaran 71-80, tergantung jenis berasnya.
Beberapa data tercatat memberikan info IG nasi beras atau putih berkategori tinggi, sedangkan IG nasi jagung berkategori rendah sampai sedang.
Kelebihan lainnya, dikutip dari beberapa sumber, menyatakan bahwa nasi jagung mampu mencegah penyakit anemia, menjaga kesehatan tulang, menjaga fungsi ginjal, menjaga kesehatan mata, menurunkan risiko kanker usus, melindungi dari risiko penyakit jantung, hingga baik untuk pertumbuhan janin dari ibu hamil.
Tak mudah memang, merubah drastis pola makan kebiasaan nasi putih, yang sudah mendarah daging. Berupaya, dan bertahap atau memulainya dengan campuran nasi putih dan nasi jagung, merupakan sikap bijak.
Menilik kemanfaatan nasi jagung yang begitu hebat, selain mengolah kesehatan bagi penderita diabetes, membantu program diet, dan lain-lainnya, kiranya perlu dicoba agar kualitas hidup kita selalu dan semakin terjaga kesehatannya.
Selamat mencoba.
Bandung, 31 Okt 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H