Meski terkesan mewah, ruang rumah beralaskan karpet tersebut berbau apek. Maklumlah jarang ditempati karena penghuninya sering berada di luar kota. Tak ada sirkulasi udara yang cukup, apalagi sinar matahari, lembab dan tak sehat bila tak dirawat ulang.
Ruangan rumah yang lembab, serasa sesak dan berbau apek, bisa jadi memiliki sirkulasi udara yang tak berlaku mulus, dan mengandung polutan partikel-partikel  cemaran udara.
Polutan berasal dari dinding-dinding ruangan, dan perabot-perabot yang telah rusak dan tak digunakan, menghasilkan bau-bauan dari berbagai proses biologi akibat jamur dan kuman.
Kondisi ruangan yang lembab dan aliran udara yang lambat akan menebarkan bau karena proses pembusukan. Ruangan bau apek dapat menjadi petunjuk tentang keberadaan suatu zat kimia berbahaya seperti Hydrogen Sulfida, Amonia dan lain-lainnya.
Selain itu masih ada persyaratan lain yang tak kalah pentingnya yaitu kandungan senyawa-senyawa kimia, dan cemaran biologi yang mengatur jumlah kuman dan persyaratan wajib bebas cemaran jamur dan bakteri patogen.
Ruang Rumah sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 1077/MENKES/PER/V/2011 mempersyaratkan ketentuan, Suhu : 18 -- 30 oC, Pencahayaan : Minimal 60 Lux, Laju Ventilasi : 0,15 -- 0,25 m/detik, dan Kelembaban : 40 -- 60 % RH (Relative Humidity).
Secara kasat, suhu, pencahayaan dan laju ventilasi udara mudah terpantau. Ruangan yang dingin atau panas, gelap atau suram karena kurang cahaya, dan sirkulasi udara terhambat pastinya berdampak buruk. Suhu dan kelembaban, secara mudah dapat diukur dengan alat yang disebut Humidity Meter.Â
Namun, kecenderungan tumbuh suburnya kuman-kuman penyakit dapat saja terjadi bila kelembaban di luar nilai standar yang dipersyaratkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No. 1077/MENKES/PER/V/2011, minimal : 40 % RH, sedangkan maksimum : 60 % RH.
Sebaiknya kita perlu mengetahui status kelembaban ruang rumah yang kita huni, apakah sudah memenuhi syarat atau belum. Biasanya alat ukur yang sangat mudah dan praktis, Hygrometer, mencantumkan kelembaban sekaligus suhu dalam satu unit alat. Data terbaca akan memberikan info, berapa suhu ruang, yang menurut standar adalah 18 -- 30 oC, kelembaban 40 -- 60 %.
Bila ada kendala, kesulitan memiliki Humidity Meter, bisa diperhatikan tanda-tandanya. Suhu ruang di bawah 18 oC  akan terasa dingin, sedangkan di atas  30 oC terasa panas. Untuk kelembaban, bila ruangan terasa basah oleh butir-butir uap air, tandanya lembab di atas 60 % RH, sedangkan lembab dan kering di bawah 40 % RH.
Ruang Rumah dengan kelembaban tinggi, lebih dari 60% RH, biasanya terlihat dari tumbuhnya jamur di dinding dan terkelupasnya lapisan cat tembok. Juga, ada kecenderungan serangga dan kecoa dapat lebih cepat berkembang biak.
Kelembaban kurang dari 40 % RH, berasa kering di permukaan kulit, mata dan tenggorokan. Kuman atau virus influenza pun lebih mudah berkembang pada kelembaban rendah.
Rutin membuka jendela rumah, semisal di pagi hari, dan menggunakan genting atau jendela kaca agar sinar matahari memenuhi ruang. Keduanya, buka jendela dan sinar matahari dapat disesuaikan teknis pelaksanaannya, hingga memenuhi persyaratan ideal.
Pengaturan kelembaban dapat pula dilakukan dengan pemasangan humidifier (alat pengatur kelembaban udara), yang dapat berfungsi mengurangi atau meningkatkan nilai % RH agar memenuhi persyaratan.
Ruang Rumah, upaya agar tak lembab dan sehat, merupakan langkah penting, agar penghuninya mampu memahami dan menjadikannya sebagai rumah yang sehat dan nyaman.
Bandung, 22 Oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H