Banyak tawaran menarik, saat pameran buku berbagi diskon. Lengkap dan murah harganya, menyingkap keinginan untuk segera berburu buku. Cerita kawan, banyak pengunjung memborong buku, bahkan ada yang menggunakan troli.
Tentang diri yang pernah terhanyut arus mengumpulkan buku-buku kesukaan, menjadi lebih berhati-hati. Bukan menyoal tentang minat hebatnya membeli buku, tapi sejauh mana kemanfaatannya.
Singkatnya waktu membaca, atau bisa jadi memang tidak menyediakan waktu, menelantarkan buku-buku yang haus mengharapkan dijamah.
Tersirat rasa bersalah, beberapa buku yang telah dibeli dengan semangat hebat, nyatanya masih utuh berbalut kemasan plastik, lengkap dengan harganya.
Pameran buku berdiskon, telah mengingatkan ketidakkonsisten-nya diri, memanfaatkan buku-buku yang seharusnya segera dibaca, dan tidak membiarkannya tetap rapi di rak buku.
Gatalnya tangan, saat uang telah cukup membeli buku yang diminati, disegerakan dimiliki tapi sebatas hanya disimpan. Lain halnya, bila ternyata uang terbatas bahkan minus, minat membeli buku tak tersampaikan.
Budaya memborong buku, apalagi bisa dibilang murah karena diskon, janganlah hanya menyiratkan kebanggaan agar dipuji dan bangga karena mampu.
Bila ada tawaran buku menggoda, tak perlu alergi untuk menutup hati. Belilah buku yang memang sangat diperlukan dan menarik untuk disegerakan dimiliki.
Berkunjung ke toko atau pameran buku tetaplah seperti biasa, dan ingatlah minat atau dengan tujuan apa kita membeli. Berbagai tujuan kita memiliki buku, ada yang ingin sekadar membaca dan memperkaya wawasan berpikir, tapi ada juga yang ingin menjadi penulis. Buat apa kalau cuma hobi berburu buku.
Catatlah buku-buku yang perlu ditunda untuk dimiliki, dan beli yang benar-benar diperlukan. Tekadkanlah mengatur ulang waktu yang baik untuk membaca buku-buku yang telah dibeli sebelumnya sesegera mungkin.