Mohon tunggu...
Johanes Krisnomo
Johanes Krisnomo Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Penulis, YouTuber : Sketsa JoKris Jo, Photografer, dan Pekerja. Alumnus Kimia ITB dan praktisi di Industri Pangan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bangganya Nenek Ikut Berperan

11 Maret 2019   22:31 Diperbarui: 11 Maret 2019   22:49 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak mudah dipahami memang! Kasih sayang tercurah lebih banyak pada cucu, daripada mama, alias anaknya sendiri. Berikan nenek sedikit bahagia, meski ada ketidaksesuaian pola asuh mama.

Dalam beberapa hal, nenek ingin memanjakan cucu, semisal memberi tambahan uang jajan yang  telah diberikan mama. Padahal, uang jajan mama tak lebih dimaksudkan agar anak tak membeli apa-apa yang merugikan.

Nenek juga terkadang, tak suka bila cucunya dihukum karena kesalahannya, terlebih saat mama memarahi cucunya.

Dipengaruhi masa muda nenek, saat mama dari cucu, menjadi anak-nya. Bisa jadi, merupakan penebus dosa atas perlakuan nenek yang dulu sering marah dan memukul, dan itu tak ingin diderita cucu-nya. Kemarahan mama terhadap cucu-nya seolah memutar ingatan masa lalu nenek.

Beberapa waktu lalu, saat nenek masih ada, selalu diceritakan betapa mama, semasa anak-anak tak bisa dipenuhi permintaan-nya beli ini-itu, karena kondisi nenek yang tak mampu bersisa uang belanja.

Jelaslah, saat nenek punya uang, pemberian dari mama dan menantunya, dihemat-hemat demi menyisakan uang, bila cucu ingin jajan berlebih atau ada keperluan lain yang tak bisa dipenuhi mama-nya.

Kedekatan psikologis inilah, nenek dan cucunya, terkadang terlihat hangat dan sangat dekat, jauh melebihi rasa sayang yang diperoleh dari mama dan papanya.

Sementara itu, di zaman now, saat memasuki era digital, secara nyata ada jarak yang tak terjangkau. Anak yang sudah mampu membaca, setidaknya, dan hidup di zaman milenial, saat lahir pun sudah dikelilingi berbagai sarana digital, lap-top, HP dan lain-lain.

Nach, di sinilah mama dan juga papanya, dapat mengambil peran, tak perlu antagonis, menyisipkan beberapa pemahaman sederhana, dampak positif dan negatif-nya dari gadget dan sejenisnya, atau lainnya kepada nenek.

Menjadi duta, atau setidaknya sebagai wakil dari mama-nya, menitipkan pesan-pesan penting buat cucu, yang terkadang tak didengar bila disampaikan langsung oleh mama atau papanya.

Nenek-pun akan bangga, dan merasa dihargai oleh anaknya, yang telah menjadi mama dari cucu-nya, karena terlibat dalam menyiapkan masa depan cucunya.

Kasih sayang nenek terhadap cucu, dan sebaliknya, sangatlah individual dan sukar dijelaskan. Berbeda jelas pola asuh mama dan papa-nya, lebih kepada jaminan layak keperluan anak sampai kelak dewasa, dan pola asuh yang sesuai zaman kini.

Pemanfaatan nenek, sebagai duta-nya mama-papa, sangatlah penting sebagai upaya saling melengkapi.

Bangganya nenek, bila itu dirasakan punya peran, selain hatinya bahagia, pastinya akan panjang umur. Hidupnya, tak merasa sia-sia dan disia-siakan oleh anak, yang saat ini telah menjadi mamanya dari cucu tersayang.

Bandung, 11 Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun