Mohon tunggu...
Johanes Krisnomo
Johanes Krisnomo Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Penulis, YouTuber : Sketsa JoKris Jo, Photografer, dan Pekerja. Alumnus Kimia ITB dan praktisi di Industri Pangan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hebatnya Profesi Tukang Cukur

13 Maret 2018   06:49 Diperbarui: 13 Maret 2018   08:35 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hilman (29 thn) Rapih,Tukang Cukur di Jalan Kalidam Kota Cimahi, Senin (12/03/18) Foto Dok Pribadi J.Krisnomo

Penasaran! Kebanyakan tukang cukur asalnya Garut. Ada tanya ketika berkesempatan cukur sama Mas Hilman (29 thn), Rapih, di Jalan Kalidam, Kota Cimahi, Senin (12/03/18).

Anak ke 2 dari 4 bersaudara, bapak dan paman-paman atau saudara se-kampungnya hampir semuanya tukang cukur. Dia pun, menurut ceritanya sejak SD sudah bisa mencukur dengan objek sesama teman. Saling cukur. Istilahnya tak ada cukur berbayar.

Maka dari itu, terobsesi hebatnya profesi tukang cukur, akhir kata malas-lah belajar, tak mau lanjut ke jenjang SMA. Tahun 2004, merantau ke Kota Cimahi, mengikuti jejak kakaknya sebagai tukang cukur.

Agak aneh juga, saat ditanyakan bagi para wanita-nya, apakah ada yang berprofesi sebagai tukang cukur. Jawabnya tidak. Bisa saja kerja di tukang salon, potong dan perawatan rambut, wajah dan badan seperti yang diinginkan para wanita jaman kini. Kebanyakan wanita di kampungnya kerja di kebun atau merawat anak dan suami.

Adik terkecilnya nya juga bercita-cita jadi tukang cukur, meski masih kelas 2 SMP. Kecuali adik ketiganya, yang terbebas karena wanita, ikut suaminya yang juga tukang cukur.

Tukang Cukur Foto Dok Pribadi J.Krisnomo Senin (12/03/18)
Tukang Cukur Foto Dok Pribadi J.Krisnomo Senin (12/03/18)
Foto Dok Pribadi J.Krisnomo Senin (12/03/18)
Foto Dok Pribadi J.Krisnomo Senin (12/03/18)
Foto Dok Pribadi J.Krisnomo Senin (12/03/18)
Foto Dok Pribadi J.Krisnomo Senin (12/03/18)
Hebatnya, profesi tukang cukur. Mas Hilman, setelah merintis 13 tahun, saat ini berhasil mendapatkan penghasilan dalam kurun nilai 5 sampai 10 juta rupiah, bahkan bisa lebih di saat hari-hari besar.

Sederhana saja, cita-cita terbentuk dari kentalnya profesi di lingkungannya. Bahkan katanya, saat berlibur ke Jakarta, dan beberapa kota besar lainnya, ternyata saudara-saudaranya juga tukang cukur.

Cukup terjamin kehidupannya kelak, khusus untuk keluarga kecilnya, satu anak umur 3 tahun.  Dan yang pasti anaknya tak lagi melanjutkan profesi sebagai tukang cukur, karena perempuan!

Cimahi, 13 Maret 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun