Sunyi! Ramainya cuma ada di dunia lain. Dunia Maya. Tengoklah di mana-mana, gadget merajalela. Bahkan bayi-bayi, saat mulai bertumbuh balita, anak-anak, remaja hingga dewasa terkungkung dalam permainan asiknya gadget.
Dukanya, tak lagi ada keceriaan di antara kawan, dan keluarga, yang bebas lepas  dari gangguan benda super ajaib ini. Saat makan, misalnya. Tangan kiri gunakan sendok untuk menyuap diri. Sementara itu, tangan kanan sibuk menekan tombol-tombol gadget, seolah tak mau tertinggal.
Beberapa kawan, karyawan di sebuah  perusahaan, saat istirahat di kantin, tak sedikit yang mojok, demi harga diri, bersemangat  membalas tanya dari kawan lain yang terlibat pertemanan.
Beberapa ibu rumah-tangga pun ambil jalan pintas, daripada anaknya merengek dan menangis minta perhatian, diberikanlah gadget canggih yang bisa menayangkan aplikasi untuk bermain game dan lain-lain. Â Berjam-jam anak asik di dunia maya, menyenangkan, meskipun syaraf motoriknya bisa terganggu. Sulit berkonsentrasi dan ada kecenderungan terjadi gangguan emosional.
Hebatnya gadget, selain untuk berkomunikasi, juga sebagai gudang ilmu yang tak terbatas. Bahkan, karena terlalu banyaknya konten yang bisa dinikmati, justru malah kebingungan tanpa arah.
Hebatnya gadget, tak layak dikambinghitamkan. Bijak bersikap, aturlah kapan digunakan dan diistirahatkan. Beberapa dari kita mungkin lebih sayang gadget daripada pasangan hidup atau anggota keluarga. Bangun tidur, gadgetlah yang pertama disapa, sedangkan manusia hanya pelengkap.
Gadget merupakan sebuah keniscayaan, jangan salahkan dia. Berpikir ulang, menata diri dan mengambil manfaat maksimal dari kehebatan gadget, adalah jalan pintas.
Bandung, 03 Feb 2017