Si-Mbah kuingat punya harta karun tak ternilai, bukan karena nilai uangnya namun sejarahnya. Penuh sesak di kamar, baru kutahu maksud nyatanya setelah Si-Mbah pergi menghadap Sang Pemilik.
Cangkir retak bermotif cina, radio rusak karena tali pemutar gelombangnya putus, jam kuno yang sudah tak tepat lagi karena komponen-nya kendur dan berkarat, dan lain-lain.
Baru Kutahu Sekarang, agak mirip-mirip judul lagu jadoel, di kala umur beranjak semi tua, bahwa menghargai nilai sejarah merupakan suatu kebahagian hebat.
Saat berita suara hadir tanpa visual, cuma ada radio, begitu pula saat tulisan tak bisa langsung disimpan di komputer, bermodal mesin ketik  jadoel, maka kenangan bersama orang-orang tercinta sangat melekat kuat di sanubari.
Bersyukur, mengalami dingin-panasnya suka-duka kehidupan masa lalu, terlihat bayang visual ketika mata tertuju pada jadoel-nya harta karun.
Merawat kejadoelan barang-barang, mengantar pengingat pikir bahwa masih ada figur-figur jadoel yang juga perlu diperhatikan. Kesibukan yang terkadang kurang jelas dan monoton, berimbas pada ketidakpedulian menjalin tali silaturahmi dengan keluarga, saudara, dan kawan-kawan lama yang pernah hadir mewarnai kehidupan masa jadoel.
Bijak menyikapi kejadoelan, bersama barang-barang pengingat, dan mulai jalin silaturahmi bersama figur-figur masa lalu, bersyukur dan menjadikan kualitas hidup lebih bahagia dan seimbang. /(stalgijk)
Cimahi, 29 Jan 2016
Catatan : Ilustrasi Foto-foto merupakan koleksi pribadi, saat Festival Bandoeng Baheula, Kab Bandung Barat, 28-29 Mar 2015.
Johanes Krisnomo
www.johaneskrisnomo.blogspot.com
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H