Mohon tunggu...
Tomson Sabungan Silalahi
Tomson Sabungan Silalahi Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pembelajar!

Penikmat film dan buku!

Selanjutnya

Tutup

Diary

Merayakan Kehilangan

3 Agustus 2021   18:57 Diperbarui: 3 Agustus 2021   19:52 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tangkap layar pribadi

Semua orang pernah kehilangan, kehilangan apapun itu. Ketika kita kehilangan, kita sangat kesal, kecewa, geram dan perasaan-perasaan negatif lainnya segera menghampiri kita sesaat ketika kita sadar bahwa kita sedang kehilangan.

Daripada berlama-lamaan merasa hal-hal negatif itu, mari berusaha melupakan dan menerima kenyataan bahwa memang apa yang sedang hilang adalah hilang. Berusaha menemukannya boleh saja. Tidak ada salahnya, malah harus. Namun jika apa yang hilang itu tidak (akan) kembali lagi, segera rayakan kehilangan itu.

Mengikhlaskan sesuatu yang hilang boleh membuat kita lebih fokus pada apa yang harus kita kerjakan. Karena tidak jarang orang yang sedang kehilangan sesuatu dan berusaha mencarinya menjadi kehilangan fokusnya sendiri atas pekerjaan-pekerjaan yang harus dikerjakan.

Sebelum kita lebih jauh, mari kita bertolak lebih jauh, melakukan refleksi sebentar, mengapa kita bisa kehilangan?

 Pengalaman saya kehilangan handphone mengharuskan saya menuliskan ini, terutama pengalaman-pengalaman saya setelah kehilangan-kehilangan yang saya alami.

Kehilangan handphone yang adalah bisa dijual lagi, tidak lain tidak bukan karena orang yang mengambilnya sedang mengalami kesulitan, kesulitan ekonomi. Anda mungkin tidak setuju dengan saya karena (sepertinya) dengan gampangnya mengatakannya. Dan ya, tidak seharunya mengambil barang orang "dibenarkan" karena alasan kesulitan ekonomi. Mereka masih bisa bekerja, atau setidaknya meminjam duit kepada seseorang. Ya, itu benar. Namun, kehilangan sudah terjadi. Handphone sudah hilang, mungkin sudah dijual. Daripada berlarut dalam persaan-perasaan negatif tadi? Mungkin, tidak, sudah pasti, orang yang mengambil handphone itu adalah orang yang lebih membutuhkannya daripada kita sendiri.

Mereka lebih membutuhkannya dari kita. Dan ini adalah bagian yang paling penting mengapa saya mengusulkan untuk merayakan kehilangan. Dengan mengingkhlaskannya, dan meyakinkan diri kita bahwa mereka lebih membutuhkannya akan melegitimasi bahwa kita adalah orang yang lebih kuat dari mereka (yang mengambilnya).

Dan bukan tidak mungkin juga bahwa orang mengambil barang kita karena kita tidak lebih membutuhkannya, tetapi ada sesuatu hal yang mungkin ingin dicapainya, misalnya, untuk mengalihkan fokus kita akan sesuatu hal yang harus kita lakukan. Menjatuhkan semangat kita untuk menjalani hidup, melumpuhkan.

Tentu saja saya tidak mau lumpuh karena kehilangan itu, mungkin banyak nomor-nomor penting yang ada di dalam handphone yang hilang itu, namun bukankah banyak jalan menuju Siantar? Manusia tidak hidup karena handphone saja.

Bisa saja kehilangan itu juga adalah teguran bagi saya bahwa saya sudah terlalu tergantung pada handphone itu. Karena banyak orang, akhir-akhir ini, termasuk saya merasa kosong jika tidak memegang handphone sejam sekali bahkan lebih cepat dari sejam.

Refleksi-refleksi inilah yang menyadarkan saya bahwa kehilangan haruslah dirayakan. Ambillah hal-hal postif dari kejadian kehilangan itu.

Dan ini adalah rahasianya, saya sudah membuktikannya, lebih dari tiga kali. Kalau kita kehilangan dan segera mengikhlaskannya, sesuatu yang lebih baik lagi akan segera datang kepada kita.

Sekitar tahun 2013 saya pernah kehilangan handphone di Siantar, 2 sekaligus. Dan lama saya tidak ikhlas akan kehilangan itu. Tidak lama saya akhirnya mengikhlaskannya dan saya diundang untuk mengikuti lomba debat di Medan mewakili Universitas. Di Medan kami diberi uang saku oleh panitia, dan saya bisa membeli handphone jauh lebih canggih dari kedua handphone yang hilang tadi.

Kemudian tahun 2017 saya kehilangan handphone lagi di dalam KRL dari Depok Baru menuju Jakarta. Saat itu masih pukul 6 pagi, dan saya harus ke Kampus karena ada kelas pada pukul 8. Dan keadaan KRL di jam-jam itu sangat padat. Handphone yang ada di dalam saku celana lenyap, seseorang dengan sengaja mengambilnya karena saya sangat sadar bahwa saya masih melihat bahan presentasi sebelum masuk KRL. Sampai di statisun tujuan saya barulah saya sadar bahwa saya sudah kehilangan handphone. Di sore harinya, saya langsung mengajak dua orang teman saya untuk menonton sebuah film di bisokop, makan malam bersama untuk merayakan kehilangan itu. Dan saya mencoba untuk tidak memiliki smartphone selama dua hari hingga saya memutuskan untuk membeli penggantinya di hari ketiga.

Di tahun yang sama, saya juga kehilangan handphone kecil saya, yang khusus untuk sms dan teleponan, bukan untuk mengakses internet. Di hari ketiga, setelah saya mengganti kartunya, saya baru tahu bahwa seseorang telah mengamankannya karena melihat handphone itu tertinggal di suatu ruangan di Margasiswa. Karena sudah tidak ada daya lagi, saya meminjam charger teman dan meletakkannya tidak jauh dari kami duduk. Dan tidak beberapa lama, ketika saya beranjak dari tempat itu, handphone itu hilang lagi. Dan tidak lama untuk bisa mengikhlaskannya. Saya benar-benar sadar dan keyakinan saya bahwa memang kehilangan itu harus dirayakan adalah ketika saya mengikuti World Youth Forum di Mesir, panitia membagikan kepada setiap peserta handphone, handphone yang jauh lebih bagus daripada yang hilang.

Hal ini saya tuliskan tidak lama setelah panitia memberikan handphone yang saya maksud, sebagai souvenir atau lebih tepatnya untuk memperlancar komunikasi selama berada di Mesir.

Hal ini harus juga saya tuliskan karena titik kehilangan juga sering kita alami di dalam hidup ini. Dan setiap titik kehilangan itu harus dirayakan karena hal itu akan memperkaya hidup kita. Dengan kehilangan, setidaknya kita tahu bahwa ada orang-orang yang benar-benar membutuhkan bantuan kita. Bahwa kita adalah orang yang kuat. Bahwa dunia belum selesai dengan pergumulan kesenjangan sosialnya.

Tulisan ini sudah pernah terbit di buku perdana saya yang berjudul .id-Jejak Pencarian yang diterbitkan oleh Jejak Pubulisher tahun 2018. Pada Bab 32, bisa dilihat dengan judul: Pernah Kehilangan? Rayakanlah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun