Mohon tunggu...
Tomson Sabungan Silalahi
Tomson Sabungan Silalahi Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pembelajar!

Penikmat film dan buku!

Selanjutnya

Tutup

Film

Pelajaran Hidup di Balik Film Crazy Rich Asians

30 September 2018   19:42 Diperbarui: 30 September 2018   20:36 986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Apa yang membuat film ini istimewa adalah, setting tempatnya kabanyakan di Singapura. Negara yang memiliki salah satu bandar udara tersibuk di dunia, satu-satunya bandara yang memiliki taman kupu-kupu. Selain itu sebenarnya banyak taman terdapat di sana, termasuk taman bunga matahari. Juga ada bioskop gratis yang memanjakan penumpang menghabiskan waktunya di bandara kala menunggu penerbangan selanjutnya. Ada banyak fasilitas lainnya, tapi kita harus fokus kembali ke judul di atas.

Crazy Rich Asians, film yang langsung menjadi trending topik, actor dan aktrisnya banyak diundang di tv show tidak hanya setelah filmnya tayang di bisokop, tapi jauh sebelumnya.

Film ini menceritakan hal yang sama dari cerita novel dengan judul yang sama karnagan Kevin Kwan (2013) yang disutradari oleh Jon M. Chu. Ceritanya berdasarkan pada masa kecil Kwan di Singapura.

Film drama komedi yang berhasil mencuri perhatianku ketika pertama kali melihat trailer-nya di YouTube. Seperti drama-drama lainnya, film ini mengisahkan perang dingin dari seorang calon menantu perempuan dan calon mertuanya.

Dari awal Rachel Chu (diperankan oleh Constance Wu) tidak tahu kalau Nick Young (diperankan oleh Henry Golding seorang keturunan Dayak Iban) adalah anak dari orang kaya tujuh turunan dari Singapura. Perang dingin yang terjadi antara Chu dan calon mertua perempuannya itu berawal ketika Nick membawa Chu ke Singapura untuk menghadiri pesta sahabatnya, yang tidak kalah kaya dengan dia.

Sepertinya semua orang di film itu kaya semua, tidak satupun yang miskin, Peik Lin saja yang dikisahkan sebagai orang yang biasa-biasa di Singapura memiliki rumah yang super besar, tergambar ketika Chu terheran-heran saat pertama kali menginjakkan kaki di halaman rumahnya.

Memilih pasangan hidup bagi anak pewaris kekayaan keluarga haruslah mempertimbangkan bibit, bebet dan bobot. Chu yang belakangan diketahui adalah anak "haram", hasil perselingkuhan ibunya memberikan alasan yang kuat bagi ibu Nick untuk melempar Chu dari kehidupan anaknya, yang sebenarnya tidak diinginkannya sejak dari awal mereka bertemu.

Semua bukti hasil investigasi detektif sewaan ibunya diserahkan kepada nenek Nick yang sebaliknya menyukai kehadiran Chu sejak dari awal bertemu hingga keadaan menjadi berputar 180 derajat. Kesimpulannya Chu benar-benar tidak cocok menjadi pasangan Nick karena menyembunyikan identitas aslinya, yang bahkan Chu pun tidak tahu sama sekali, namanya orang kaya, semuanya bisa dilakukan.

Selain kisah Chu yang mengharukan, cerita Astrid tidak bisa disepelekan. Perselingkuhan suaminya dengan wanita lain dengan alasan bahwa dia selalu merasa inferior di rumahnya sendiri, merasa tidak dianggap. Semua kekayaan Astrid membuatnya tidak berarti apa-apa bagi Astrid, istrinya sendiri. Kebutuhan untuk "dianggap" ternyata penting baginya, ya sebagai laki-laki. Begitulah kehidupan sosial di sekelilingnya membentuk pola pikirnya, harus selalu di atas perempuan, istrinya. Laki-laki harus di atas, dengan cara-cara masyarakat membentuk pola pikirnya, misalnya, laki-laki harus menafkahi istrinya dari segi materi, bagaimana perselingkuhan tidak terjadi jika perasaan dibutuhkan dan berada di atas perempuan dapat dirasakannya dengan selingkuh.

Pelik memang, begitulah drama, hidup ini pun kan memang drama, banyak drama, Nicky Astria sudah mengingatkan kita dengan lagunya "Panggung Sandiwara".

Sebenarnya banyak scene yang menarik dalam film ini. Namun sebelum kalian bosan membacanya harus disudahi sampai di sini. Film ini sebenarnya mau mengingatkan bahwa reaksi yang kita lakukan dari prasangka-prasangka yang kita buat sendiri sering mengecoh kita dan cenderung membuat kita melakukan hal-hal yang merugikan kita sendiri. Chu mengingatkan di akhir film ini: "I just love Nick so much, so I just wanted you to know that one day, when he marries another lucky girl who is enough for you, and you're playing with your grandkids while the Tan Hua's are blooming and the birds are chirping, that it was because of me." Saya yakin, Anda tahu artinya, kalau tidak tahu, silahkan buka Google Translate, jangan malas, hehehe. Mungkin juga tidak nyambung, Anda akan mengerti setelah menonton filmnya, tontonlah! Semoga Anda selain terbahak-bahak juga mendapat pelajaran hidup yang penting dari film ini.

Terakhir, mereka akhirnya menikah! Then end!

NB: Tulisan ini pertama kali terbit di katakanlah.com dengan link sebagai berikut http://www.katakanlah.com/2018/09/pelajran-hidup-di-balik-film-crazy-rich.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun