Mohon tunggu...
Sarah Tsabituddinillah
Sarah Tsabituddinillah Mohon Tunggu... -

Sastra, Alam, Bicara | Rumah Kepemimpinan Jakarta | Biologi, Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Diorama

4 November 2018   11:49 Diperbarui: 4 November 2018   11:59 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Hanya melalui punggung itu, diri ini dapat menatapmu lebih lama." Kalimat itu terus terngiang setiap kali aku hendak memejamkan mata. 

Terkadang, aku benci menjadi peka. Karena dapat berujung pada kandasnya harapan akibat kesalahpahaman. 

Aku tidak yakin "mu" di kalimat itu adalah aku. Tapi aku ingin "mu" di kalimat itu adalah aku.

Serangkaian bahasa tubuh yang semakin menumpuk tanda tanya, tanpa pernah bisa ditanya. 

Kau tetap bisu dengan sikap semaumu.

Aku semakin kaku bahkan untuk sekedar melihat matamu.

Situasi macam apa ini?

 Timbul hanya karena keinginan sebuah rasa yang ntah memiliki makna atau tidak.

Diorama kali ini bukan tentang miniatur yang menggambarkan sesuatu. 

Melainkan tentang kamu dalam irama tanya yang akan kucari tahu.

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun