Sedangkan pada zaman pendudukan Jepang, perkembangan radio mengalami kemunduran. Pemerintah pendudukan Jepang mengatur penyelenggaraan radio siaran secara ketat. Penyelenggaraan radio siaran diatur oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, dan merupakan radio siaran yang berkedudukan di Jakarta. Cabang-cabangnya dinamakan Hoso Kyoku, terdapat di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Pada waktu itu semua siaran radio diarahkan untuk kepentingan militer Jepang. Akan tetapi, selama pendudukan Jepang kebudayaan dan kesenian mengalami kemajuan yang sangat pesat. Rakyat mendapat kesempatan yang sangat banyak untuk mengembangkan kebudayaan dan kesenian, inilah yang menyebabkan munculnya seniman-seniman pencipta lagu-lagu Indonesia baru.
Pada masa Indonesia merdeka, perkembangan radio mendapati kemajuan yang sangat pesat. Orang-orang yang berkecimpung di bidang radio menganggap penting untuk mengorganisasikan radio siaran. Pada tanggal 10 September 1945 para pemimpin radio dari seluruh Jawa berkumpul di Jakarta untuk membicarakan masalah tersebut. Pada tanggal 11 September 1945, para pemimpin radio sepakat untuk mendirikan radio siaran yang bernama Radio Republik Indonesia (RRI). Ketika didirikan, RRI memiliki 8 stasiun radio siaran yang terdapat di delapan kota di Jawa (bekas Hoso Kyoku).
Kesimpulan
Perkembangan teknologi radio mempengaruhi pola kehidupan masyarakat. Begitu juga masyarakat iindonesia yang dipengaruhi oleh radio pada masa kolonial Belanda. Banyak aspek kehidupan masyarakat yang berubah karena teknologi radio, seperti lebih mudah memperoleh informasi dan komunikasi yang pada masa itu sangat sulit untuk diperoleh. Penyiaran radio juga mempunyai pengaruh yang sangat besar pada masyarakat dengan menjelaskan status mengenai isu-isu, tokoh, organisasi, dan pergerakan-pergerakan yang bisa diudarakan. Penyiaran radio juga berfungsi sebagai sumber informasi utama untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Selain hiburan dan musik, acara berita dan informasi adalah jenis program yang disukai oleh masyarakat. Penyiar radio memiliki kemampuan untuk menyiarkan berita-berita resmi atau kejadian aktual, yang disusun dari beberapa narasumber, bisa dilakukan dengan siaran langsung atau siaran tunda, dan kemasan acara dibuat menarik agar lebih jelas.
Di Indonesia pada masa kolonial peran radio juga bisa dikatakan sangat memiliki posisi yang penting bagi kemerdekaan Indonesia. Bisa dikatakan berkat radio inilah kita bangsa Indonesia mendapatkan berita bahwa jepang telah menyerah kepada sekutu dan bisa memproklamasikan kemerdekaan kita bangsa Indonesia. Memang perjalanan perkembangan radio di Indonesia sendiri tidaklah singkat. Perjalanan mengembangkan radio tersebut telah banyak menghasilkan persatuan diantara sesama bangsa Indonesia, hal ini di buktikan ketika di bentuknya persatuan radio timur atau Perikatan Perhimpoenan Radio Ketimoeran (PPRK). Radio ini jugalah salah satu penyebab timbulnya kesadaran nasionalisme pada diri bangsa Indonesia dengan adanya musik keroncong yang melambangkan semangat perjuangan bangsa.
Sebagai penutup dari kesimpulan ini saya ingin mengemukakan bahwa sekarang ini radio agak meredup “kebintangannya”. Radio sudah dianggap kuno dan kalah dengan media-media lainnya. Radio sudah tidak terlalu popular seperti di masa jaya nya. Alih-alih mendengarkan siaran radio orang zaman sekarang lebih suka melihat televisi atau membaca koran. Bahkan keberadaan internet menambah satu “musuh” lagi bagi radio. Setidaknya pemanfaatan radio harus lebih optimal lagi. Bagaimanapun juga radio pernah berjasa dalam “melahirkan” Negara ini. Atau mungkin ada usaha pengembangan terbaru lagi dari radio.
Daftar Pustaka
Mrazek, Rudolf., Engineers of Happy Land, Jakarta: yayasan obor, 2006
Alexander Russo. 2010, Points on the Dial: Golden Age Radio Beyond the Networks.
Mills, J. 1917, Radio communication, theory and methods, with an appendix on transmission over wires
Lauer, H., & Brown, H. L. 1920, Radio engineering principle
Sawyer, Stacey C. & Williams, Brian K. 2001, Using Information Technology, New York: McGraw-Hill Company.
Radio Siaran (Teori dan Praktik) Onong Uchyana Effendy, MA. Bandung. Tahun 1978;