Mohon tunggu...
sspraditya
sspraditya Mohon Tunggu... Lainnya - Penghuni Alam Semesta

Penyuka petualangan dalam pemikiran. Sering menulis untuk memahami dan membagikan ide-ide baru. Percaya bahwa pembelajaran adalah kunci untuk pertumbuhan pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Musik dan Nasionalisme Eropa: Musik di dan di Luar Garis Bangsa-Negara

7 Januari 2025   12:54 Diperbarui: 7 Januari 2025   12:54 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Diskusi tentang musik dan nasionalisme seringkali berfokus pada golongan elit maupun golongan pinggiran, musik dan nasionalisme diasumsikan lebih membumi, dan orang-orang menggunakannya untuk mengekspresikan identitas nasional. Artikel ini membahas musik didalam nasionalisme Eropa pasca perang dunia II, argumennya ialah nasionalisme tidak lagi mempengaruhi musik melalui ideologi negara pasca Perang Dunia II, nasionalisme masuk dari segala sudut pandang kedalam musik, jika kita menikmati musik dan nasionalisme dalam suara rakyat, tidak hanya dalam jiwa, tetapi juga menyusun kembali cara di mana musik berpartisipasi dalam membentuk Eropa modern. Musik bukan produk dari sebuah ideologi tetapi musik dapat menceritakan sejarah kebangsaan dan mengubah masyarakat menjadi lebih nasionalis, menyatukan masyarakat didalam dan diluar garis bangsa-negara, menyatukan Eropa tanpa negara.

Revolusi Prancis yang terjadi akhir abad ke-18 dan Perang Dunia 1 pada tahun 1913-1918 mempunyai pengaruh yang besar bagi berkembangnya paham nasionalisme di Eropa. Perkembangan paham nasionalisme di Eropa dipicu oleh berbagai hal seperti, Revolusi Industri, Revolusi Prancis, dan juga Revolusi Amerika. Secara garis besar nasionalisme dapat diartikan sebagai suatu paham atau kesadaran rasa kebangsaan sebagai bangsa, yang didasarkan atas adanya rasa cinta kepada tanah air dan bangsa dalam mencapai, mempertahankan mengabdikan identitas dan integritas kekuatan bangsanya.

Musik telah menyatukan Eropa, mencapai kesatuan yang bahkan Uni Eropa sendiri belum mencapainya. Perkembangan sejarah musik di Eropa pada awal abad ke-19 dan awal abad ke-20 adalah zaman yang paling banyak mengalami perubahan. Pada masa itu aliran romantik di Prancis dan Jerman mulai berakhir, yang sekaligus menjadi sebuah transformasi dari gaya romantik menjadi suatu bahasa musik yang baru, khususnya di Jerman. Selama ini Jerman dan Austria menjadi pusat musik Barat sejak masa Joseph Haydn dan Wolfgang Amadeus Mozart. Kemudian pendapat itu mulai berubah karena dua hal. Hal pertama yaitu kebangkitan musik Prancis dan hal yang kedua adalah perkembangan gerakan nasionalisme dalam musik.  

Pada abad ke-19 muncul suatu kebangkitan dan kesadaran identitas musik nasional diantara bangsa-bangsa di Eropa. Komponis-komponis mulai memasukkan unsur-unsur dari musik rakyat tradisional setempat. Hal ini disebabkan oleh melodi-melodi cocok dengan irama dan intonasi dengan bahasa mereka. Melodi-melodi tersebut sudah dikenal oleh bangsa mereka sendiri sehingga musik mereka menjadi lebih bisa diterima oleh masyarakat dan mereka dapat menciptakan musik yang lebih khas, yang tidak meniru gaya Jerman atau Italia pada masa silam. Pengaruh musik Jerman ini juga terasa di Inggris dan Amerika sehingga menimbulkan reaksi yang bersifat nasionalis.  

Musik klasik di Eropa tidak kurang terancam karena adanya kontak dengan gerakan nasionalis. Pertama ada keengganan untuk menerima kenyataan bahwa musik dapat digunakan dalam pelayanan negara-bangsa. Dalam sejarah budaya modernitas, musik harus memiliki otonomi yang lebih, terutama di Eropa modern, dimana sejarah musik telah ditafsirkan bebas dari belenggu politik. Musik dan Nasionalisme menarik perhatian negara dalam mendukung tujuannya sebagai "senjata ideologi' pada masa Perang Dunia I dan II. Kedua, musik dapat mewakili individu, lokalitas atau tradisi daerah, ketika musik dihimpun dalam pelayanan negara, mobilitasnya akan sangat berbahaya. Musik nasionalis membantu melayani negara pada saat ketika terjadi kekerasan yang sering terjadi dalam perang bahkan genosida, musik nasionalis berperan dalam menghapus pengaruh dari bangsa asing. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan musik nasionalis di Eropa secara terbuka disertai momen yang paling mengerikan, bahkan musik banyak digunakan sebagai 'alat pencuci otak' dan pembersihan etnis yahudi.

Paruh kedua abad ke-19 musik telah memulai sebuah perjalanan yang menyebabkan timbulnya negara-bangsa, perjalanan itulah yang menjadikan nama "Musik Nasional". Musik nasional adalah bersifat imanen dalam kehidupan masyarakat Eropa dan musik dari masyarakat itu sendiri. Di satu sisi musik nasional hanya diperlukan untuk menemukan kehadiran sebuah bangsa. Di sisi lain musik nasionalis mempunyai tugas yang hampir patriotik, menjelaskan kepada semua orang pentingnya membela negara.

Sejak tahun 1989 dan revolusi velvet yang melahirkan Eropa Baru, telah terjadi kebangkitan lagu terhubung dengan kebangkitan agama, banyak yang diartikulasikan oleh peziarah yang melintasi perbatasan antara dua Eropa, yaitu antara Kristen di Barat dan non-Kristen Timur (Islam, Yahudi). Lagu baru yang menggambarakan kebangkitan agama dan pemersatu antara Eropa Barat dan Eropa Timur bermunculan, sebagai contoh "lagu Medjugorje" menandakan situs ziarah di Medjugorje, Bosnia-Herzegovina. Lagu "European Anthem" yang merupakan  aransemen dari Simfoni kesembilan Ludwig van Beethoven menjadi pemersatu Eropa berkat sejarahnya dan keputusan komite. Simfoni kesembilan dari Beethoven yang digubah oleh Friedrich Schiller menjadi sebuah karya yang berjudul "European Anthem" dianggap oleh banyak kalangan sebagai karya monumental dari abad ke-19, menjadi sebuah ideologi yang menghubungkan antara pencerahan dan mewujudkan semangat cita-cita Eropa abad ke-20 setelah kehancuran pasca Perang Dunia. Musik dan Nasionalisme di Eropa merupakan satu kesatuan, dimana musik menggambarkan apa yang terjadi di Eropa, bahkan tujuan simbolis dari persatuan Eropa adalah Uni Eropa itu sendiri, yang diadopsi menjadi Hymne Uni Eropa dan menjadi bendera dengan bidang berwarna biru dan bintang yang membentuk lingkaran.

Musik merupakan sarana yang sangat mudah untuk membentuk citra suatu bangsa, tetapi yang membentuk negara dan musik nasionalis terkadang tumpang tindih tetapi juga di sisi lain memiliki perbedaan yang tajam. Di setiap kasus di Eropa, musik digunakan untuk membentuk citra sebuah bangsa karena kesadaran akan kekuatan musik untuk meningkatkan dan memobilisasi kekuatan bangsa. Perbedaan antara negara dan musik nasionalis diungkapkan dengan sejumlah cara, termasuk cara negara memanfaatkan musik untuk menggerakkan rakyatnya, dan musik nasionalis sering memobilisasi budaya untuk mempertahankan wilayahnya. Dengan kata lain musik dan nasionalisme saling berkaitan dan menghasilkan apa yang disebut dengan musik nasionalis.

Musik nasionalis membantu negara bersaing dengan negara lain, dan ini adalah hal paling mendasar yang membedakannya dengan nasionalisme. Musik nasionalisme muncul ketika negara menghadapi persaingan antar bangsa, selain itu musik nasionalis juga berkontribusi atas perebutan wilayah atau konflik perbatasan. Jadi musik nasionalis berfungsi seperti negara itu sendiri, struktur berkembang dan hirarki menyerupai orang-orang di negara. Musik telah menjadi suatu budaya yang sangat dihargai di Eropa, musik nasionalis membentuk sekelompok masyarakat yang menyebut dirinya sebagai "The Nationless". Mereka mencita-citakan masa depan Eropa tanpa negara. Sebagai sayap politik untuk membentuk sebuah kawasan yang bebas dari pengaruh kekerasan. Hal ini dianggap sebagai gejala yang tidak menyenangkan oleh sebagian kalangan negara-negara anggota Uni Eropa dan dianggap dapat menimbulkan konflik. Banyak negara-negara di Eropa menganggap bahwa kehadiran "The Nationless" dapat membahayakan persatuan Eropa karena dianggap memicu banyak negara keluar dari Uni Eropa.

Orang-orang yang tergabung dalam "The Nationless" menyebut bahwa musik mencerminkan sebuah budaya persatuan. Tidak ada satu eropa bisa bertahan dari sebuah kompetisi dan kebutuhan untuk memilih satu sisi kesatuan politik dalam satu kawasan regional karena politik sudah di cengkram oleh ideologi budaya dan efeknya kepada penggunaan musik sebagai alat ideologi tersebut. Pada tahun 2002, musik telah menarik perhatian terhadap keutuhan persatuan Eropa. Musik dan nasionalisme secara bersama membentuk sebuah sejarah dimana pembentukan negara berdasarkan nasionalisme dan tradisi rakyat yang di akomodasikan oleh musik nasionalis. 

Dalam studi baru-baru ini dari "Dying Europeans" Karl-Markus Gauss menunjukkan studi kasus, masyarakat tanpa negara (The Nationless) telah bertahan di perbatasan antara negara dan kekerasan. Namun hal ini menjadi keadaan yang paling rapuh dimana ketika nasionalisme berkembang dan memicu kekerasan yang paling menakutkan. Politik dimanipulasi yang menciptakan pembersihan etnis di Balkan terutama di Yugoslavia dan negara penggantinya akibat nasionalisme yang tidak jelas. Sebenarnya sebagian besar masyarakat Eropa menghendaki "Eropa tanpa negara" melalui gerakan The Nationless, apa yang tertinggal dari semangat romantisisme Eropa telah dilucuti dengan kerapuhan Nasionalisme mereka. Dan akhirnya semangat romantisisme yang masih tersisa lah yang akan mengembalikan Eropa dengan Nasionalismenya. Musik Nasionalis merupakan sisa-sisa dari peninggalan romantisisme, dan akan membentuk sebuah "Eropa Baru" yang merefleksikan kejayaan dimana Eropa bersatu dengan nasionalismenya dan harapan akan terciptanya Eropa tanpa negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun