Tugas Jokowi memang sangat berat. Beliau juga harus menghadapi manuver para ketua umum partai yang seolah-olah memberikan isyarat kepadanya: Jangan mencolek beruang dengan tongkat pendek. Atau engkau akan menanggung beban yang akan mematahkan punggungmu. Ya, tongkat itu minimum panjangnya harus lima puluh persen plus satu.
"Para mentri harus professional, orang-orang parpol juga banyak yang professional", kata Jokowi akomodatif.
Memang tak ada yang salah  dalam hal ini. Tapi sebagai bangsa yang selalu diliputi oleh prasangka-prasangka dan dominasi-dominasi. Siapa yang punya kekuatan untuk menahan agar rekonsiliasi dan koalisi yang sedang dibangun saat ini tidak akan berubah bentuk menjadi oligarki?
Indonesia menjadi republik keluarga yang dapat diwariskan kepada anak cucu? Siapa menguasai apa dan seterusnya? Dan rakyat Indonesia hanya makan remah-remah sisa makanan bekas pesta keluarga republik?
Ada jutaan ayah yang ragu-ragu menjelaskan kepada putra putrinya., bahwa dia tidak mampu menyiapkan masa depan yang lebih baik buat mereka.
Ada jutaan ibu yang selalu was-was apakah penghasilan suaminya cukup untuk membeli sembako, bayar listrik dan ongkos sekolah anak-anaknya. Saya tidak tahu apakah para politisi mengetahui keadaan ini.
Coba tanya Jokowi, Megawati, Prabowo, dan Surya Paloh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H