Mohon tunggu...
Hazmi SRONDOL
Hazmi SRONDOL Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis/Jurnalis

Jika kau bukan anak Raja, bukan anak Ulama. Menulislah...

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Gibran Sebagai Cawapres, Meritokrasi ala Prabowo

29 Oktober 2023   20:07 Diperbarui: 29 Oktober 2023   20:13 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, dalam perjalan waktu-- secara pribadi saya akhirnya mengakui bahwa yang disampaikannya benar. Rentang usia 36 sampai dengan sekarang, hampir seluruh kebijakan, keputusan dan pengambilan keputusan-- adalah hasil dari pembelajaran hidup dan pendidikan yang saya jalani di usia dibawah 35 tahun.

Perihal batasan usia ini ternyata juga dibahas oleh almarhum Mbah Moen (K.H. Maimun Zubair) yang dalam salah satu ceramahnya terkait rahasia kelipatan usia 7 tahun, menempatkan usia 35 adalah titik atau fase laki-laki berkerja.

Lebih tegasnya, Mbah Moen mengatakan, "Setelah usia seseorang sudah 28 tahun--usia menikah--  maka jika ditambah 7 lagi jadi sudah 35 tahun, diumur segitu dia harus punya pekerjaan,".

"Namun jika ternyata di umur segitu masih belum mendapat pekerjaan, berarti mungkin orang tersebut belum bisa bekerja." kata Mbah Moen lagi memperjelas.

Jadi-- suka tidak suka, memang usia Gibran saat ini sudah memang umur fase berkerja. Pengalaman dan pembelajaran menemukan karakter pribadinya sudah selesai.

Hal yang sebenarnya juga membuat saya tidak mau nyinyir saat AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) memutuskan pensiun dini dari kedinasan militer dengan pangkat terakhir Mayor TNI. Disamping memang secara karakter sudah benar-benar terbentuk dari ukuran kepangkatan terakhir, toh memang soal karir dan pangkat selanjutnya adalah pilihan.

Tidak jaminan juga bisa tembus ke pangkat bintang Jenderal jika memang meneruskan karir militernya, kan? Secara banyak juga lulusan Akabri yang akhirnya mentok di pangkat Kolonel karena gagal masuk Seskoad (Sekolah Komando Angkatan Darat). Ya, kalau memang passion dan minatnya ke bidang politik, kenapa tidak? Soal saat ini belum beruntung menduduki jabatan publik yang diinginkan, ya itu hanya soal nasib baik atau waktu saja.

Kembali ke perihal tolak ukur Prabowo sebelumnya, setelah melewati satu fliter berupa karakter di usia 35-- Prabowo memang memakai prinsip yang lazim kita kenal dengan "sistem meritokrasi."

Meritokrasi sendiri berasal dari bahasa latin merit-- atau lebih tepatnya : mere; dan -krasi, dimana akar katanya dari bahasa Yunani Kuno: kratos, 'kekuatan, kekuasaan') yang boleh diartikan adalah sistem yang memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memimpin berdasarkan kemampuan atau prestasi, bukan kekayaan atau kelas sosial.

Oh, ya-- merit di kata meritokrasi ini bukan dari kata married yang artinya pernikahan loh, ya. :-)

Bagi yang sering memperhatikan komposisi pengurus partai Gerindra, atau sosok-sosok disekeliling Prabowo-- bisa dilihat bagaimana banyaknya anak muda dan sosok senior bercampur dalam aneka posisi dan penugasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun