Mohon tunggu...
Hazmi SRONDOL
Hazmi SRONDOL Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis/Jurnalis

Jika kau bukan anak Raja, bukan anak Ulama. Menulislah...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ketika Kompasiana Sudah Boleh Masuk SD

24 Oktober 2015   23:33 Diperbarui: 24 Oktober 2015   23:33 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah 7 tahun Kompasiana hadir di Indonesia. Walau bukan pltform blog UGC (user generated content) pertama, namun secara fakta--kini Kompasiana sudah menjadi platform UGC nomer wahidun di jajaran penyedia lapak untuk para konten creator digital di Indonesia.

7 tahun memang bukan usia yang pendek. Kalau seorang manusia, ia sudah boleh masuk SD Negeri. Pencapaian ini tentu mengundang kompetitornya untuk berbagi kue kesuksesan ini. Disana ada seniornya seperti Blogdetik dan para tetangga baru seperti Vivalog-nya Vivanews, Indonesiana-nya Tempo, Metro Wide, CJ-nya liputan 6 dan lain sebagainya.

Semua banyak kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk kompasiana, kekurangan yang masih susah dieliminir oleh para adminnya adalah soal banyaknya akun-akun anonim yang menumpang SERP (Search engine result pages) kompasiana untuk membuat konten-kontennya nyundul di halaman pejwan google.

Harap maklum, kaidah SEO berupa fastload, heading, struktur halaman berupa H1 di title dan H2 di heading serta inner lingking sudah terpenuhi oleh situs blog keroyokan ini.

Problem kedua, as a videomaker--kebiasaaan utak-atik template dan platform Kompasiana membuat dalam format baru 2015 ini, saya merasa dikucilkan dengan susahnya embed video disana. Walau saya tahu, ini hanya hal teknis yang pasti bisa diselesaikan, namun tetap membuat saya bete karena menunggu waktu perbaikannya.

Nah, para kompetitor harus jeli mencari celah kelemahan kompasiana yang belum atau memang tidak akan diperbaikinya. Kalau tidak, sulit untuk menandingi Kompasiana dalam waktu dekat ini. Kecuali mendadak server Kompasiana overload dan hang. Mirip peristiwa jatuhnya bisnis ponsel cerdas Blackberry beberapa tahun yang lalu.

Nah, kalau sudah begini. Kompetitor hanya punya dua pilihan atau jalan menghadapinya: melawan atau merangkul. Itu saja.

Lalu bagaimana para blogger atau content producer seperti kami-kami ini?

Sebagai penjelajah lautan digital, pasti semua platform dicoba. Dan kemunculan beragam situs UGC ini tentu menambah keuntungan kami untuk lebih mencengkeram dan memahatkan nama kami di dunia digital.

Walau memang, tetap saja ada jebakan berbahaya yang mesti kami sikapi dengan hati-hati. Jebakan ini adalah yang disebut jebakan nafsu untuk ber "spamming" atau menyebarkan konten yang sama ke semua platform. Apalagai sekarang banyak aplikasi untuk mempermudah spamming ini. contohnya imacros.

Hanya saja, google tidak sebodoh yang banyak orang kira. Mbah google cukup tahu mana konten dari blog pribadi dan satu turunan resminya di situs UGC. Jika kebanyakan, alih-alih ingin merajai pejwan di google tapi malah masuh sandbox alias dikubur konten kita dipemakaman digital. Kan jadi repot. Sudah banyak contoh kasusnya seperti ini. Tak perlu saya jabarin satu per satu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun