Mohon tunggu...
Hazmi SRONDOL
Hazmi SRONDOL Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis/Jurnalis

Jika kau bukan anak Raja, bukan anak Ulama. Menulislah...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pengalaman Merasakan Simulator Kokpit F-16 “VIPER” Buatan Lockheed Martin

9 Oktober 2015   18:16 Diperbarui: 10 Oktober 2015   01:03 1279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jepretan Layar 2015-10-09 pada 03.02.03

Belum pernah anak kami seheboh ini ketika saya mendapat undangan liputan untuk blogger. Ya, kali ini memang acara yang akan saya hadiri sangat berkaitan erat dengan cita-citanya. Cita-cita untuk menjadi seorang pilot.

Saking semangatnya untuk meraih mimpinya, beberapa software flight simulator sudah tertanam di PC dan laptop milik bapaknya. Dari Flight Simulator X keluaran Microsoft hingga aplikasi Carrier Landing Flight Simulator yang ada pada perangkat Macbook.

Walau memang saya akui, perbendaharaan informasi mengenai jenis-jenis pesawat dan spesifikasinya termasuk sangat tinggi—namun kadang kala berimbas pada permintaannya sering membuatku kerepotan. Seperti misalnya request untuk masuk dan difoto cockpit (kabin pilot) dari berbagai pesawat seperti di pesawat garuda di TMII atau pesawat-pesawat tua di museum Satria Mandala, Jakarta.

Bahkan pernah juga merajuk masuk ke kabin pesawat tempur kuno yang sudah menjadi tugu hiasan tersebut. Tentu saja permintaan ini sulit diwujudkan.

Nah, ke-geger-an hari itu adalah perihal undangan exlusive dari Lockheed Martin, pabrik pembuat pesawat tempur F-16 yang sangat legendaris ini. Saking legendarisnya, setiap orang Indonesia menyebut pesawat tempur—maka yang disebutnya adalah “F-16”. Tak jauh berbeda ketika menyebut air mineral dan pasta gigi, yang tersebut adalah “akua” dan “odol”.

Nah, semakin membuatnya uring-uringan—ternyata dalam undangan tersebut juga tertulis tentang kesempatan untuk mencoba flight simulator F16 yang disediakan disana.

Sempat beberapa kali ketika sebelum acara, saya meminta diajarkan sedikit tips dan trik menggunakan flight simulator berdasarkan aplikasi di komputer tersebut, ia berucap “Harusnya itu aku. Harusnya aku yang diundang” dengan muka masam. Hahaha…

Simulator mainan anak

Ketika kujelaskan bahwa undangan hanya khusus untuk awak media dan blogger, ia dengan sengit menjawab bahwa ia juga sudah ikut eskul wartawan cilik di sekolah dan sudah mempunyai blog sendiri. Walau memang, baru tiga postingan yang ia buat. “Sabar, nak. Semua ada waktu dan prosesnya” kataku.

Setelah emosinya teredam, beberapa hari kemudian—tepatnya tanggal 7 oktober 2015 saya menuju ke Hotel Grand Hyatt, Jakarta. Monopod dan camera video sudah tersedia rapi dalam tas ransel.

Ketika saya masuk ke Ballroom A Hotel Grand Hyatt ini. Situasi masih sepi dan acara baru dimulai sekitar jam 2 siang karena menunggu Duta Besar Amerika untuk Indonesia yang kabarnya akan ikut hadir dalam acara ini.

Datang lebih cepat dari jadwal memang sangat menguntungkan. Sembari menunggu, cemilan dan minuman dari hotel puas saya cicipin. Bahkan mempunyai waktu lebih banyak untuk melihat cockpit simulator tersebut dengan lebih dekat dan puas. Saat mengetuk badan simulatornya, astaga, ini bukan dari plastik. Sepertinya memang potongan dari badan pesawat F16 Viper yang asli!

Tak lama, Robert O Blake—Dubes Amerika tersebut membuka dengan sedikit pidato mengenai pesawat F16 VIPER secara umum berikut fungsi-fungsi terbaru yang berkaitan dengan sistem pertahanan dan keamanan yang disesuaikan dengan kebutuhan geografis Indonesia.

Ia juga menjelaskan tentang sisi ekonomis dan efektifitas pesawat ini di balik kecanggihannya. Menurutnya, biaya operasional dan pemeliharaannya 30% lebih rendah dari jenis pesawat tempur lain.

Saya menjadi terkejut ketika beliau sempat menyebutkan bahwa khusus seri F-16 VIPER ini adalah pesawat dengan spesifikasi tinggi yang jika Indonesia menggunakannya, maka Indonesia akan menjadi satu-satunya pemakai dan pemilik pesawat tempur ini di dunia. Ya, di dunia.

Kemudian presentasi dilanjutkan oleh Randy HowardDirector Business Development F16 – Lockheed Martin. Presentasi kali ini sungguh menarik. Dimulai dari rekaman video ketika 40 tahun yang lalu pesawat F16 pertama dibuat. Kemudian beberapa penjelasan lain tentang populasi F16 yang sudah mencapai 4500 an unit di dunia.

Randy Howard juga menjelaskan perihal teknis-teknis lain seperti beberapa alat dan upgrade sistem yang sudah ada pada seri F-16 VIPER ini. Agak terkejut ketika tanpa ditanya, ia juga sempat menjelaskan tentang penghapusan istila “block” pada seri terbaru pesawat F-16.

Seperti kita ketahui, dahulu dikenal beberapa jenis pesawat F16 dengan seri “block” khusus seperti : F116A/B Block 1/5/10/15/20; F-16C/D Block 25/30/32/40/42/50/52 atau F-16E/F Block 60. Sekarang hanya disebut F-16 VIPER.Ya, memang lebih enak terdengar dan mudah diingat. Kemudian dijelaskan lagi perihal perangkat yang ditanam di seri ini. Ada empat hal yang bagi saya sangat menarik untuk disimak. Hal itu adalah sbb:

  1. Radar AESA.

Radar jenis Active Electronically Scanned Array (AESA) ini terdapat perangkat APG-83 produksi Northrop Grumman yang termasuk keluarga Scalable Agile Beam Radar (SABR).

Kemampuan deteksi dan pelacakannya sangat luar biasa. Ia mampu memantau 20 target dalam radius pandang 60 derajat yang terdiri dari beberapa object seperti: pesawat terbang, lokasi penyimpangan (gudang) senjata, kendaraan bergerak baik panser maupun alat-alat excavator untuk illegal loging, kapal-kapal perang atau kapal pencari ikan jenis pukat harimau serta fungsi pemetaan tanah.

  1. Center Pedestal Display

Alat ini sejenis layar televisi yang berada di selangkanagan pilot agar memudahkan untuk memonitor peta, sistem aviasi atau gambar video lokasi yang berada dalam area pandang pesawat. File video yang terekam di alat ini bertipe MPEG yang sangat jernih dan mudah untuk di transfer ke perangkat komputer.

CPU alat ini juga sudah berspesifikasi IPDG (Improve Programmable Display Generator) yang sudah termasuk prosesor grafis 3D (tiga dimensi) didalamnya untuk perprosesan videonya.

  1. Advance Mission Computer

Wah, sudah tidak perlu ditanya bagaimana sistem data link taktisnya. Sistem komputerasinya terintegrasi dengan markas komandao dan pesawat tempur lainnya. Misi-misi akan sangat tinggi akurasinya.

  1. Helm JHMCS II

Nah, bagi yang suka menonton film Iron Man. Alat ini bolehlah disebut wujud nyata dari film tersebut. Dari helm ini, semua data, informasi dan grafis sistem aviasinya bisa dilihat dalam layar kaca helmnya. Ini sangat membantu pilot ketika dalam kondisi per sekian detik harus melihat informasi tanpa perlu menunduk ke atau terpaku pandangan ke monitor di dashboard kokpitnya. Semua sudah terlihat dilayar helm ini. Kalau dibanding Googgle Glass, waduh, jauh sekali kelas perbandingannya. Hahaha…

Terkait pembahasan soal mesin jet tunggal yang terpasang di pesawat jenis F-16 dibanding pesawat tempur bermesin jet ganda memang sangat seru jika kita sedikit meluangkan waktu membaca forum-forum militer di luar negeri.

Menariknya, Charles Albert “Chuck” Horner, seorang pensiunan Jenderal bintang empat dari USAF kelahiran 19 Oktober 1936 pun sampai ikut berkomentar mengenai perbandingan pesawat tempur bermesin jet tunggal atau ganda. Jenderal yang merupakan veteran perang Vietnam dan Perang Teluk ini mengatakan:

“Saya telah menerbangkan kedua jenis pesawat tempur ini. Baik bermesin jet tunggal atau ganda. Keduanya itu tidak terdapat banyak perbedaan kemampuan – selain ukuran, biaya dan jumlah anggota awak saya harus diangkut”

“Perdebatan mengenai keandalan mesin modern (tunggal atau ganda) harusnya bukan lagi menjadi isu. Perdebatan baru harusnya membahas soal biaya/kinerja dalam sudut pandang ekonomis dan faktor keterpercayaannya terhadap keselamatan penerbangan.”

Nah, jika memang dilihat soal sisi ekonomis dan keselamatan penerbangan—harus diakui F-16 memang lebih hemat. Jarak tempuh lebih jauh dengan kapasitas bahan bakar yang sama serta populasinya yang sudah ribuan membuat spare partnya tersebuar diseluruh dunia. Termasuk kini, sudah ada 28 negara yang membuka “bengkel” perawatan dan penyediaan spare partnya. Jadi tidak harus ke Amerika untuk pemeliharaannya.

Belum lagi, dalam duel tempur di udara—F-16 sudah tercatat menang 72-0. Alias 72 kali menang dan belum terkalahkan, bahkan sampai saat ini.

Nah, akhirnya sampailah pada saat yang paling ditunggu-tunggu. Akhirnya saya pun mencicipi F-16 Fighting Falcon Cockpit Demonstrator ini. Namun entah kenapa, mendadak di telinga saya bergaung lagu dalam film Armagedon yang hits ketika masih bujangan dulu ketika pintu digeser saat membukanya.

“…cause, I’m leaving on a jet plane. I don’t know when I’ll be back again. Oh babe I hate to go..”

😀
😀

Didampingi oleh Paul Randall, F-16 Chief Test Pilot dari Lockheed Martin Aeronautics saya pun mendapat penjelasan awal mengenai instrumen yang ada dalam simulator ini.

Dugaan saya benar, simulator ini memang berisi part-part asli dari pesawat F-16. Bukan berbahan plastik yang banyak dijual di ebay untuk para pemain simulator pesawat. Paul Randall sendiri juga menyatakan memang khusus simulator ini, semuanya aktual dan sesuai yang terpasang pada pesawat tempur. Glek!

Bahkan kursi pelontar dan alat penarik kursi lontarnya juga asli. Hanya saja, roket pendorong kursinya dicabut. Kalau tidak dicabut, saya bisa terkena efek tolakan momentum gravitasi 10G yang kalau aslinya, leher bisa patah kalau tdak bersandar dengar benar. Jadi aman katanya sambil tertawa.

Saya pun iseng mencoba menarik tali tersebut yang berada di selangkangan, tepat didepan layar CDP (Center Pedestal Display). Wah, walau simulasi, tetep deg-degan juga. Khawatir roketnya diganti pegas buat ngagetin peserta simulatornya. Untungnya, tidak. Hehehe…

Kemudian, ketika pesawat simulator terbang. Beberapa kali pesawat saya miring dan jungkir balik. “Joy Stick” kontrolnya sangat sensitif. Beda sekali jika memakai keyboard seperti di rumah. Hal inilah yang membuat saya semakin terkagum dengan atraksi pesawat akrobatik, itu kan hitungan atraksi per sekian detik. Pasti sulit sekali.

Setelah beberapa waktu, akhirnya usai sudah saya mencoba simulator ini. Saya turun dari kokpit sambil menyalami dan mengucapkan terima kasih kepada instruktur bule ini.

Agak sedih karena tidak sempat mencoba helm JHMCS II ala Iron Man tersebut. Kata instrukturnya, helm tidak diperlukan di simulator, karena sudah disediakan banyak layar di depan untuk gambaran penerbangan dan layar pembaca sistem aviasi.

Ya sudah, kalau memang di simulator ini tidak ada helmnya, saya tunggu undangan bonceng pesawat F-16 VIPER versi aslinya dari Lockheed Martin. Biar puas merasakan sensasi jadi Iron Man di kabin F-16 Viper. Iya, kan?

VIDEO REPORTASE: https://www.youtube.com/watch?v=Z1Rg7RqSfHg

[Hazmi Srondol]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun