Memang saya akui, saat bergabung di situs blog keroyokan Kompasiana--banyak sekali tulisan yang bergenre humor disana. bahkan saya sendiri sempat mengakui dan terbawa untuk menjaga apa yang dianggap "personal branding" tersebut.
Namun setelah mendadak bisa mendapatkan/menemukan kembali password akses email-email lama yang dahulu dipakai untuk akses blog lain di multiply, friendster, blogspot, forum atau milis-milis lain. Kesadaran semakin terbuka.
Â
Saya menemukan notifikasi komentar atas artikel blog tahun 2006 di blog friendster. Juga ditemukan beberapa notif/reply lain dari artikel/milis lama tahun 1999 atau copy draft blog tahun 2000-an awal. Isinya ternyata tidak hanya humor atau video. Tetapi ada soal reportase lapangan, kisah persahabatan, cinta (ehem), politik bahkan catatan komentar atas peristiwa-peristiwa lampau seperti mudik atau kampanye gubernur zaman dahulu.
Lalu, tanpa mengurangi rasa bersyukur atas "Personal brand" yang telah disematkan semenjak bergabung di Kompasiana, saya memang akhirnya harus mengakui bahwa personal branding hanyalah satu tingkat diatas dari sekedar kerumunan blog dengan tulisan acak (random). Ada satu waktu bermanfaat, khususnya untuk mempermudah memperkenalkan diri kepada kawan-kawan satu komunitas.
Tetapi ada yang lebih tinggi lagi dari sekedar itu. Mungkin kata paling tepat menurut saya sekarang ini adalah : JATIDIRI.
Ya, membuat domain dengan nama sendiri adalah salah satu cara membentuk dan mencatat perjalanan hidup diri saat membentuk jatidiri. Identitas personal sebagai manusia yang lebih apa adanya. Tanpa perlu sok merendah untuk meninggikan mutu atau malah meninggikan dengan menutupi mutu sebenarnya. Istilah sekarang : pencitraan.
Nah, ada salah satu kisah yang menarik soal pentingnya domain sebagai jatidiri adalah saat saya menemukan sebuah meme di social media yang menyatakan bahwa mas Sandiaga Uno pernah di PHK dan lamarannya di tolak di 25 perusahaan.
Â