Mohon tunggu...
Hazmi SRONDOL
Hazmi SRONDOL Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis/Jurnalis

Jika kau bukan anak Raja, bukan anak Ulama. Menulislah...

Selanjutnya

Tutup

Humor

Serial Married Part 6: Puisi Gombalan Itu...

6 Januari 2012   02:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:16 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rika berjalan berduaan dengan Azizah menuju ke toilet sekolah. Azizah yang berbadan bongsor itu tampaknya cocok untuk menjadi bodyguard dadakan di jam pelajaran sekolah ini. Rika masih trauma dengan kejadian pencegatan Anis dan genk nya. Memang posisi kelas Rika sangat stregis untuk di pantau dari kelas lain, khususnya Anis dan gank nya untuk melihatnya berberak. Kelas pojok dilantai 3 yang mau tidak mau melewati tangga di mana Anis dan genk nya mudah melihatnya melalui jendela. Rika sempat heran, bagaimana mereka bisa kompak keluar kelas. Apalagi mereka berbeda kelas. Mungkin slah satu ada yang menjadi mata-mata dan berbagi pesan lewat SMS. Atau memang waktu itu hanya kebetulan saja. Hmm, apapun perasaan Rika, trik ke toilet bareng Azizah sepertinya tok cer walaupun harus berbalas menemani Azizah jika gantian kebeletnya. Sudah 2 hari sejak jadian dengan Andre, Rika sedikit heran. Kenapa itu ke esokan harinya Andre tidak masuk. Padahal Rika sudah menunggu nya untuk mengantarnya pulang dan mengambil box ponsel hadiahnya. Rika bimbang, jangan-jangan Andre hanya main-main dengan dirinya dan hadiah itu akan dimintanya balik? Sampai istirahat kedua hari inipun tampak belum ada tanda-tanda kehadiran Andre. Dikantin, Rika semakin gundah. Rika hanya bisa duduk sendirian dan memegang ponselnya sambil bolak balik melihat layarnya. Apakah ada SMS atau telepon dari Andre masuk lagi? Tidak. Lalu dimasukannya lagi ponsel itu kedalam tasnya. Rika jadi makin manyun. “Rika! Rika! Ke belakang sekolah! Buruaaaaaan!” kata Azizah tergopoh-gopoh menemuinya di kantin “Ada apa?” “Buruaaaan! Cewek-cewek pada geger tuh” katanya sambil menarik paksa tangan Rika. Azizah yang bongsor dan besar itu seperti mempunyai tenaga seperti laki-laki. kata majalah, kalau perempuan dan laki-laki dengan berat badan yang sama bisa mempunyai kemampuan dan tenaga yang sama apabila dilatih dengan porsi yang sama juga. Rika akhirnya berhenti di belakang sekolah. Ada beberapa cewek-cewek tampak saling berbisik-bisik dan melirik ke arah Rika dan Azizah. Termasuk tiga cewek genk Anis yang berwajah sangat sinis. Rika jadi canggung dan heran dengan keadaan di belakang sekolah yang berpagar tembok tinggi itu. “Rika, jangan benggong saja. Lihat ke atas!” perintah Azizah Rika hanya melongo dan terkaget. Pohon mangga yang sedang berbuah itu tampak aneh sekali. Rika jadi tersenyum sendiri sambil menahan rasa gemas. Bukan karena buahnya ranum dan bakalan enak buat di bikin rujak. Tapi, buah mangga yang bergelantungan itu hampir semuanya bertulisakan nama Andre dan…. namanya.

ANDRE LOVE RIKA

Dan tak lama, terasa getaran dari ponsel nya. Rika buru-buru mengambil dan membuka pesan yang sudah dipastikannya dari Andre, kekasihnya.

“aku malu menemuimu sayang. Badanku bentol-bentol digigit semut merah si pohon mangga sialan itu waktu kutuliskan nama kita di buahnya. Aku dibelakangmu”

Rika tertawa sambil memasukan ponsel itu kedalam tasnya lagi. Rika langsung berbalik arah dan berlari kecil kearah kekasihnya yang memang banyak bentol bentol di tangan dan sebagian mukanya. Rika tidak perduli. Cara Andre memproklamirkan hubungan istimewanya di sekolah sungguh luar biasa. Rika bisa melihat wajah cemburu dari para cewek-cewek yang melihat mangga cinta itu. Cuma Azizah yang tampaknya ikut senang dan bahagia dengan hubungan mereka berdua. Azizah bukan tipe cewek yang suka anak SMU, katanya dia lebih suka punya pacar Tentara. Tentara yang lebih gagah dan besar daripada dirinya. “Jangan peluk! Ini masih di sekolah!” teriak Andre saat Rika mencoba memeluk badannya. “Biariiin!” teriak Rika manja. Teriakan yang membuat para cewek lain semakin iri serta panggilan sidang dadakan dari guru BP dan Wali kelasnya.

…………………………. “Kan aku sudah bilang tadi jangan peluk-peluk” kata Andre. “Abisnya…. Kemarin aku cariin nggak ada” sungut Rika manja. Andre hanya tersenyum dan tertawa terkekeh saja. Merekapun saling tertawa saat Andre bercerita betapa susahnya malam-malam menembus pagar sekolah. Untung saja ada pak kebun dan satpam sekolah yang bersedia membantunya menyorot mangga-mangga itu dengan senter dari bawah pohon. Entah rayuan apa yang dipakai Andre untuk membuat pak kebun mau menemaninya. Sedangkan meminta tolong sesama cowok agak sulit. Memang urusnya mahluk yang bening-bening di SMU kadang kala mudah membuat hubungan persahabatan antara pria retak.  Jadi Andre memilih diam-diam saja melakukannya. “Pulang yuk, aku antar” kata Andre setelah dirasa cukup puas berbincang bincang sepulang sekolah itu “Iya” jawab Rika. Lalu merekapun berjalan keluar pagar sekolah. Rika agak binggung. “Motormu mana?” tanya Rika tiba-tiba “Nggak bawa” “lalu, kita pulangnya gimana?” tanya Rika kaget “Jalan kaki lah” jawab Andre datar. Walau sempat kaget, Rika menurut saja. Rika sebenarnya tidak kuat jalan jauh. Kali panjang namun kecil itu sangat ringkih. Walau kata orang tampak indah, tapi gara-gara kaki jenjang kecil ini membuatnya selalu mendapatkan nilai olah raga fisik yang pas-pasan kebawah. Tapi kali ini Rika yakin, kalaupun nanti pinsan di jalan, kan ada Andre yang pasti mau menggendongnya sampai rumah sakit terdekat. Hehehe… “Rika haus, minum dulu yuk” ajak Andre saat mereka berjalan kaki. “Iya” Lalu Andre masuk ke retoran yang berjarak sekitar 200 meteran dari sekolahnya. Andre bilang, kalau dia hanya benar-benar ingin minum, bukan makan. Sudah kenyang katanya. Setelah minum segelas minuman kola, Andre pun mengajak Rika untuk segera pulang. “Andre, kita naik angkot saja ya..” pintanya Andre hanya diam saja. Malah sambil tersenyum. Bukannya segera menuju pinggir jalan untuk mencegat angkot, andre malah menemui petugas parkir dan menberinya uang. Rika hanya bisa terbengong-bengong dan tidak mengerti maksud Andre memberikan uang tersebut. NGIIK, NGUUK! Terdengar suara dari mobil sedan silver dan kedipan kedua lampu sein nya. “Nggak usah naik Angkot, naik ini saja” kata Andre sambil tersenyum. “Maksudmu?” “Iya, aku bawa mobil mama. Mumpung badan lagi bentol-bentol jadi punya alasan buat pinjam” katanya sambil menujukan kulitnya yang masih memerah itu. Rika mendelik. Mendelik senang sebenarnya. Sudah lama sekali Rika tidak naik mobil sedan. Terakhir saat.. hmm, bapaknya masih hidup. “Jangan dilihatin gitu ah” kata andre sambil menyetir. Rika hanya bisa tersenyum dan mencubitnya keras-keras di pinggang Andre. Hadiah balik dari Rika untuk kejutan tambahan di hari itu. …………… Dunia mendadak cerah bagi Rika beberapa bulan ini. Andre kekasihnya sangat perhatian walau kadang dibungkus dengan cara berpura-pura cuek. Mamak Rika juga tidak terlalu mempermasalahkan hubungan mereka. Apalagi mamak nya juga menikah diusia muda. Umurnya baru 17 tahun saat dilamar bapaknya. Dalam beberapa bulan pacaran dengan Andre, Rika menjadi terbiasa dengan kejutan-kejutan Andre. Cuman herannya, walau terbiasa—Rika tetap saja tidak bisa menebak bagaimana kejutan-kejutan selajutnya dari Andre. Semua sangat rapi dan mengagetkan. Seperti beberapa hari yang lalu saat Rika menemuinya seusai ulangan sekolah. Waktu itu muka Andre sangat kusut. “Ada apa? Kok butek banget wajahnya?” tanya Rika penasaran. “Iya neh, aku kayaknya bakal jeblok ujian Matematikanya?” kata Andre lirih. “Loh emangnya nggak belajar?” “Bukan cuman belajar, sudah bikin contekan segala.. eee….” desah Andre dengan wajah galau. “kenapa? Ayo dong cerita” desak Rika semakin penasaran. “Contekannya ketukar. Salah bawa” jawabnya dengan muka semakin ditekuk. “Loh emangnya punya contekan yang lain?” “Bukan” “Aduuuh, apa sih. Rika jadi binggung deh” “Ini neh… ujiannya Matematika, yang dibawa malah contekan bahasa Indonesia” jelasya sambil menyerahkan contekan selebar bon swalayan yang panjang dan di lipat-lipat seperti dudukan obat nyamuk bakar itu. Rika segera mengambil sodoran lipatan contekan itu. Matanya mendelik indah lalu tertawa terbahak-bahak. Andre menatapnya dengan wajah senang. Ternyata contekan itu berisi…. #1 Air bisa menguap Udara bisa menyublim Batu bisa remuk Es bisa mencair Dan  Aku Bisa mabuk oleh cintamu #2 Motorku boleh mogok Bisa aku bawa ke bengkel Hapeku boleh kehabisan pulsa Bisa aku bawa ke konter Tapi tolong ya sayang Kamu jangan minta putus Aku bisa gila Dan rentetan puisi lain yang jumlahnya ada sekitar 20-an berisi gombalan yang diberi judul “Pokok’e Aku Cinta”. Puisi yang sebenernya sangat biasa, tidak puistis. Ngawur secara sastra, namun bagi Rika. Usahanya membuatnya tertawa jauh lebih berharga dari itu semua. Puisi itu pula yang kini di pajang di kamarnya. Puisi yang, walau berbahasa sederhana. Telah terbukti dalam menghujan di hatinya. ….. “Mbak, ada paket di kamr mbak” kata Adik ceweknya yang berkerudung itu. “Paket? Paket apaan? Dari mana?” tanya Rika balik. “Ya dari pak Pos dong mbak, masak dari tukang duren” jawab adiknya asal-asalan. Rika segera masuk ke kamar dan melihat kotak paket yang seukuran dus mie instan itu. Dilihatnya lagi nama yang tertulis di sampul kardusnya. “Bukan buat mbak kali, kok namanya kepadannya Erik?” tanya Rika “Tapi alamatnya bener mbak. Mungkin salah penamaan saja” jelas adiknya Lalu di keluarkannya kardus itu dari kamr dan diletakkannya di meja. Mereka saling pandang. Bimbang apakah mesti membuka atau tidak. Rika sempat merasa, jangan-jangan kiriman ini dari Andre, namun dari cap pos pengirimnya berasan dari luar kota dan tulisan yang berbeda dengan tulisan cakar ayam Andre, membuat Rika menjadi tidak yakin. “Sudah buka aja mbak, terlanjur dirumah ini” kata adiknya penasaran. “Iya mbak, aku juga pengen lihat isinya apa” desak si bontot. Ya sudah, dengan nekad, dibukanya kardus itu dengan hati-hati. Setelah dibuka, ternyata isinya bungkusan lagi dengan surat yang di ketik rapi dengan kop surat sebuah perusahaan makanan terkenal dari Jakarta. “Wah dik, kayaknya bukan buat kita” kata Rika masgul. Sepertinya dugaannya salah. Amplop depan itu ternyata di tujukan kepada Yth. Pemenang Lomba. Rika dengan hati hati membuka amplop itu dan memgeluarkannya. Saat lipatannya dibuka, betapa terkejutnya isinya adalah:

SELAMAT, ANDA TELAH MEMENANGKAN HATIKU.

PAKAILAH UNTUK MENEMUIKU SAAT APEL MALAM MINGGU.

ANDRE

Rika tertawa girang. Ternyata memang paket ini kelakuan Andre kekasihnya. Paket yang isinya ternyata beberapa stel baju untuk Rika dan kedua adiknya. Rika girang, bajunya bermerek dan sangat pas dengan badannya yang langsing namun punya bantalan dada yang besar untuk ukuran badannya. Rika mematut diri sambil tersenyum-senyum sendiri di depan kaca kamarnya. Rika tidak sabar untuk memakainya saat apel malem minggu. [Bersambung ke part 7]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun