Jikalau ada orang yang bilang bahwa orang tersebut selama menikah tidak pernah “berkelahi” dengan pasangannya maka ada 2 kemungkinan dari cerita orang tersebut. Yang pertama adalah orang itu bohong dan kemungkinan yang kedua, orang itu menikahi 'dirinya' sendiri. Demikian pula dengan pasangan Raja dan Ratu dari Negeri Ngotjoleria, Baginda Wiliasa dan Permaisuri Katinge. Pasangan ningrat tersebut sudah 3 bulan ini uring-uringan tidak karuan. Konon bisik-bisik dari para emban kerajaan, Baginda sangat marah dengan sifat istrinya yang tidak pernah bisa memasak. Apapun yang dimasak, jurusnya selalu itu-itu melulu. Padahal Baginda tipikal orang yang suka makan. Mosok gara-gara istrinya tidak pinter masak, Baginda harus sampai jajan begitu. Disamping boros, tentu saja tidak dijamin kebersihannya. Sedangkan Permaisuri, mulai komplain dengan ukuran perabot suaminya yang terasa mengecil karena faktor umur serta elastisitas perabot permaisuri yang mulai kendor karena sudah turun mesin 7 kali melahirkan putra dan putri mahkota mereka. Nah, untuk meredakan perselisihan yang sangat pribadi ini, mereka berdua menemui ahli sexsologi kerajaan. Setelah bertemu dengan Nyai ML, akhirnya ditemukan jalan keluarnya. Yaitu mesti diselesaikan melalui urusan 'dapur' dan 'kasur'. Baginda dan Permaisuri pun pulang dengan hati riang. Malam itu, mereka sepakat akan mencari jalan keluar masing-masing dan bertemu nanti malam jam 8 untuk makan malam sekaligus dilanjutkan prosesi 'makan malam' yang lain di dalam kamar. …..... Jam 20:00 WNN (Waktu Negeri Ngotjoleria), Di Meja Makan “Istriku, apa masakan mu malam ini yang istimewa?” tanya Baginda penuh harap dan penasaran. “Ini suamiku...” sodor istrinya sambil membuka tutup lauk di meja makan. “Hah! Kok telor ceplok lagi? Kirain mau masak ayam bakar?!” kata Baginda dengan sewot. “Eh! Jangan sewot dong! Mau telor atau dagingnya, Yang penting kan ayam-ayam juga!!!” balas Permaisuri tidak kalah tingginya. Baginda diam saja, lalu menarik nafas dalam-dalam. Walau sedikit tersendak dan mesti dibantu dengan meminum air putih sedikit demi sedikit, akhirnya menu makan malam itupun akhirnya dapat habis juga. …..... Jam 22:00 WNN (Waktu Negeri Ngotjoleria), Di Atas Kasur “Ehm, suamiku. Bagaimana perabotmu? Apakah ukurannya sudah berubah setelah bertemu Mak Kerot?” tanya Permaisuri dengan mata berkedip-kedip manja. “Sudah Istriku, lihatlah ini...” sodornya setelah membuka resleting celana. “Hah! Kok telornya saja yang membesar? Kirain batangnya yang mau digedein?” kata Permaisuri gantian sewot. “Eh, jangan Sewot dong! Mau telur atau batangnya, Yang penting kan perabot-perabot juga!!!” Selanjutnya, silahkan diperkirakan sendiri-sendiri episode perang dunia ketiganya. [Bekasi, 2 Juni 2011]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H