Soal ke-halal-an uang yang akan di putar dan di investasikan dalam pengumpulan dana ini pun lebih terjamin dibandingkan menitipkan ke bank konvensional. Boleh dibandingkan ke Bank tabung haji-nya Malaysia yang sudah duluan berdiri, mereka menginvestasikan dana yang tersimpan ke pembangunan 1 juta hektar kebun sawit di Indonesia (duh!).
Dan dalam hitungan Prabowo dan Dr. Ahmed, setidaknya akan terkumpul dana Rp. 40 trilyun. Dana yang sangat besar dan bisa untuk membeli pesawat khusus haji Indonesia serta membangun pemondokan/hotel untuk jemaah haji Indonesia yang tidak terlalu jauh dari Masjidil Haram.
Jikalau pembangunan ini sulit karena faktor lahan yang tidak memungkinkan, setidaknya bisa menyewa/booking hotel sekitar Mekkah dengan waktu yang panjang. Boleh juga disewakan untuk peserta umrah negara lain yang ujung-ujungnya kembali ke jemaah Haji Indonesia dengan kehalalan investasi yang tetap terjamin.
Itu dari sisi ekonomi, secara pribadi saya juga berharap Prabowo mampu bernegosiasi untuk menambah kouta Haji Indonesia minimal menjadi 2% sd 5% agar kesempatan rakyat Indonesia menunaikan ibadah ini semakin besar.
Karena jika masih berkuota 1%, dengan jumlah penduduk (misal) 200 juta muslim dan semuanya terpanggil ke tanah suci untuk berhaji, setidaknya butuh 1000 tahun antrian untuk menyelesaikan antriannya. Untung saja--panggilan Allah yang satu ini, hanya sebagian saja yang mendengarnya.
Dan terakhir, semoga konsep Bank Tabung Haji yang menjadi cita-cita Prabowo segera terwujud sehingga rakyat Indonesia semakin seimbang antara urusan dunia dan akheratnya yang bisa membuat negara kita menjadi negara yang “Baldatun thoyyibatun wa robbul ghofur – negeri yang baik dan penuh pengampunan dari Tuhannya”. Amiin.
Sekian dan Wassalamu alaikum ya alnas Indonisi...
MERDEKA...!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H