Mohon tunggu...
Hazmi SRONDOL
Hazmi SRONDOL Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis/Jurnalis

Jika kau bukan anak Raja, bukan anak Ulama. Menulislah...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Prabowo, Antara Bushido & Tuduhan Fasis

2 Juni 2014   01:30 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:50 2623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14016221441666595520

Ada beberapa kawan yang benar-benar bertanya kepada saya kenapa saya terang-terangan mendukung Prabowo. Sebuah pertanyaan yang ketika saya jawab karena dia satu-satunya capres yang menjalankan prinsip "bushido", prinsip "jalan ksatria" yang saya anut, barulah mereka yang gantian benar-benar tidak mengerti.

Ya, saya tidak bercanda soal ini. Saya serius. Saya terpaksa membuka rahasia paling dalam dari lubuk hati saya yang paling dalam yang sebenarnya sungkan saya sampaikan. Bukan sekedar akan sulit dijelaskan dalam waktu yang singkat, namun saya tahu, masih banyak yang belum bisa membedakan apa itu "ksatria" dan apa itu "tentara".

Mungkin karena setelah lahirnya Republik ini, tentara dan sipil seakan-akan ada dikotomi. Ada pemisahan, khususnya secara kelembagaan. Bisa jadi ini karena standar ketentaraan dunia era baru (modern) ala KNIL Belanda yang dipaksakan masuk dalam khasanah kebijaksanaan lokal ala orang Nusantara.

Bahkan dari beberapa ocehan di sosial media, konsep bushido yang dilakukan Prabowo Subianto adalah bentuk lain dari "fasisme"--sebuah gerakan radikal ideologi nasionalis otoriter politik yang konsepnya berujung pada pembentukan "kesatuan" ala tentara modern.

Kesan fasisme ini semakin diperparah citranya dengan munculnya beragam ocehan lain soal latihan baris-berbaris untuk kader partainya di Bukit Hambalang.

Halooooow, apa kita lupa kata guru SD dulu saat berlatih paskibra? Bukankah para guru mengatakan bahwa latihan PBB adalah dasar kedisiplinan dan kepemimpinan? Dasar pengertian perbedaan--setidaknya tinggi badan agar ketika bergerak bersama tetap kompak? Atau coba cek saat kita sholat, apa yang pertama kali kita cek sebelum melakukan ritual ibadah tersebut? Cek barisan kan? cek shaft kan?

Saya tahu, selama ini di Indonesia baris-berbaris masih dianggap hal yang menyebalkan, membosankan dan kesannya diatur-atur. Namun, pernahkah iseng melihat youtube dengan keyword "precision walking". Lebih lengkap lagi ditambah kata "japanesse" dan silahkan kita malu bahwa budaya baris-berbaris ini sudah sangat mendarah daging dalam kehidupan warga Jepang. Bahkan menjadi salah satu seni yang di perlombakan.

contoh : https://www.youtube.com/watch?v=jINuX_Hort8

Jadi jangan kaget saat ada bencana retaknya reaktor nuklir Fukushima tahun 2013. Para korban tampak rapi mengantri dalam pembagian bantuan, pengobatan bahkan pendataan. Dan apakah semua warga Jepang itu tentara atau negara fasis? Mohon maaf, tidak.

Jadi, "ksatria" itu tidaklah identik dengan "tentara". "Jalan Ksatria" itu lebih kepada etika dan tata cara sikap serta sifat yang terhormat dalam berinteraksi dengan sesama manusia/kehidupan. Lebih sederhananya, ksatria itu karakter.

Kalau pun ada keterkaitan spirit ksatria dengan para tentara modern--tetap terlihat perbedaannya. Ksatria ibarat software dan tentara itu hardware. tak heran banyak yang berseragam tentara tetapi kelakuannya nggak ksatria banget. Seperti ada yang error atau kemasukan bug dalam softwarenya. hehehe...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun