Mohon tunggu...
Hazmi SRONDOL
Hazmi SRONDOL Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis/Jurnalis

Jika kau bukan anak Raja, bukan anak Ulama. Menulislah...

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

DRC (Disaster Recovery Centre) INDOSAT & Nasib Satelit Palapa C2

18 September 2014   04:18 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:22 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa minggu yang lalu (8/8/2014) saya menghadiri undangan dari divisi public relation PT Indosat untuk berkunjung di salah satu stasiun pengendali satelitnya di Jatiluhur, Purwakarta.

Bagi yang belum pernah berkunjung disini, tentu akan terkesima dengan besarnya antena yang berdiri di sini. Saking besarnya, jika rekan-rekan sedang dalam perjalanan melalui jalan tol Cipularang km 80 an, coba tengok bukit disebelah barat atau kanan jika dari Jakarta dan sebaliknya--kiri jika dari Bandung akan terlihat antena-antena besar tersebut.

Nah, dalam acara tersebut--sebenarnya saya bersama rekan-rekan dari Blogger Reporter Indonesia beserta awak media mainstream sedang menengok ruang fasilitas DRC (Disaster Recovery Centre) atau fasilitas back up data bagi pelanggan jasa satelit Indosat yang dilengkapi dengan koneksi jaringan dari titik gedung pelanggan ke data centre Indosat.

Lokasinya sangat luas--terbesar malah se-Indonesia, sepertinya butuh sepeda atau skateboard untuk bisa menyusuri seluruh ruang. Harap maklum, DRC Indosat ini bukan hanya terdapat instalasi listrik cadangan (USP/Batery/Genset) apabila PLN terganggu tetapi juga fasilitas pendukung seperti working area hingga penginapan bagi yang memang membutuhkan waktu kerja yang panjang. Belum lagi ruang-ruang server besar yang mirip deretan lemari-lemari baju di rumah kita.

Nah, ada beberapa hal menarik diluar DRC yang berkembang setelah mengikuti acara ini. Pertama-tama tentu muncul beberapa pertanyaan seperti berikut:

1. Kenapa posisi Statiun Bumi Jatiluhur berapa di bukit yang tinggi dan antenanya besar-besar?
2. Kenapa satelit perlu dikendalikan? Bukannya sudah diletakkan pada posisi orbit geo stasioner?
3. Nasib satelit Palapa C2 yang orbitnya sudah berpindah tangan.

Nah, dari hasil berbincang-bincang dengan beberapa ahli disana, terdapat penjelasan sebagai berikut:

Posisi stasiun bumi yang tinggi disebabkan pada saat peresmiannya oleh Presiden Soeharto tanggal 29 September 1969--kita belum punya satelit sendiri. Posisi orbit satelitnya juga sangat jauh dari Indonesia sehingga pernah karena saking miringnya, posisi wajan hampir tegak (miring). Sudah begitu daya pancar sinyalnya sangat besar. Mirip sinar laser. Konon, burung yang terbang tepat diatas wajannya pun bisa langsung matang.

Keberadaan stasiun bumi ini berfungsi memang untuk menjaga orbit satelit agar selalu ditempatnya. Sekedar tambahan informasi, satelit geostasioner ini berada pada ketinggian +/- 36.000 km dan berapa tepat di garis katulistiwa (lintang 0 derajat). Sedangkan satelit yang berada di atas angkasa sana banyak sekali.

Contohnya pada orbit yang berapa dia atas wilayah Indonesia yaitu antara 92 derajat - 141 derajat Bujur Timur setidaknya ada 40 satelit geostasioner. Bahkan jarak antar satelit kadang sangat rapat, selisihnya kurang dari 1 derajat Bujur Timur.

http://www.oosa.unvienna.org/pdf/limited/c1/AC105_C1_2012_CRP25E.pdf

Kadangkala, satellit bergeser. Kadang bergeser ke utara selatan (garis lintang), terkadang barat timur (garis bujur). Dan paling bahaya jika bergeser dalam garis bujur, kalau didiamkan akan menabrak satelit lain yang parkir terdekat. Nah, statiun bumi inilah yang akan menyalakan roket pendorong kecil satelit agar kembali ke titik orbitnya. Sedangkan usia satelit ini dihitung dari bahan bakar satelit pendorong/penjaga orbit. Jika sudah menipis atau habis, berarti satelit harus di turunkan dari orbit atau di-kick dari jajaran orbit tersebut.

Untuk satelit Indosat sendiri, berada di dua lokasi (slot) orbit--yaitu PALAPA D pada 113 derajat BT dan PALAPA C2 pada orbit 150,5.

[caption id="attachment_359948" align="aligncenter" width="515" caption="Coverage satelit Palapa D"]

14110561631311817720
14110561631311817720
[/caption]

Dimana satelit Palapa D terdapat 40 transponder denga kapasitas yang sudah tersewa semua. Fungsi DRC ini tentu sebagai tanggung jawab Indosat atas keamanan dan kenyamanan pelanggan yang sudah menyewanya.

Sedangkan satelit PALAPA C2 kini sudah akan berakhir masa operasinya. Pelanggan yang tersisa hanya beberapa. Itu pun mereka menggunakan antena penerima yang mesti bisa mengikuti pergerakan satelit yang sering bergeser ke 3 derajat lintang utara atau selatan.

Sisa bahan bakar pendorong sudah sangat tipis dan slotnya akan di gantikan oleh satelit milik BRI. Semoga perpindahan pemilik orbit kedepannya tidak menimbulkan masalah baru jika terjadi sewa menyewa kanal. Masalah kejelasan regulasi bisnis maksud saya.

Jangan sampai BRI yang bergerak di usaha perbankan juga bergerak di bisnis telko yang bisa mengundang keinginan balik para perusahaan telko untuk bergerak di bidang perbankkan. Hal ini sangat mungkin terjadi dengan sudah munculnya beragam aplikasi e-wallet dari operator telco. Dimana sebelumnya dengan e-wallet, perusahaan telko bisa sebagai alat transaksi. Namun belum bisa sebagai alat penyimpan uang layaknya perusahaan perbankan.

Sebagai penutup, sedikit kuis buat para pembaca. Jikalau satelit Palapa D berada di atas pulau Kalimantan, maka dimanakah posisi satelit Palapa C2?

Yang menjawab pilau New Britain, Papua New Zealand berarti jago pelajaran IPS-nya sewaktu SD. Hehehe...

=====

follow : @hazmiSRONDOL

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun