Mohon tunggu...
Hazmi SRONDOL
Hazmi SRONDOL Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis/Jurnalis

Jika kau bukan anak Raja, bukan anak Ulama. Menulislah...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

"Warangan", Racun Arsenik dalam Sebilah Keris

25 Oktober 2014   11:58 Diperbarui: 4 April 2017   16:25 9877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1414187830363146115

Kalau sekedar untuk dibawa-bawa dan dipakai saat hajatan, cukup keris yang kandungan warangannya paling sedikit dan tidak berbahaya.

Proses jamasan (pencucian) nya pun sangat ketat. Saking ketatnya--hal inilah yang membuat orang beranggapan keris itu penuh mistik dan cenderung syirik.

Padahal, syarat merendam dengan air kelapa muda dan digosok dengan jeruk nipis, dibilas dengan lerak--hakikatnya jelas hanya sekedar teknis pembersihan dari warangan/arsenic yang mungkin rontok akibat gesekan dengan sarungnya atau terlepas bersamaan timbulnya karat.

Sedangkan timbulnya karat sendiri--sangat disarankan untuk dihindari dan mesti diberi minyak. Biasanya sih, minyaknya terdiri minyak wangi cendana agar wangi dan , ehem, minyak warangan tipis-tipis agar keris tetap berwarna hitam yang sangat artistik jika bertemu motif pamor dari batu meteor (watu bintang/lintang). Hehehe....

Soal kenapa mesti dengan diawali puasa dan waktunya tengah malam prosesi pencuciannya--ya alasan paling sederhana adalah keamanan dari ganguan anak-anak dan saat itu adalah saat yang hening dan biasanya sehabis puasa--konsentrasi manusia dalam titik yang paling tinggi.

Sedangkan soal kenapa harus tanggal 1 Suro? Ya sebenarnya tidak mesti tanggal tersebut, kapan saja boleh. Hanya saja, jika dibandingkan dengan mobil yang ada batas kilometer servicenya--keris pun begitu. Para sesepuh dan leluhur telah mensepakati tanggal tersebut karena kalau tidak dibuat kesepakatan umum, kebanyakan orang lupa membersihkan benda "berbahaya" tersebut di rumah. Apalagi dalam masa damai dan penuh kesibukan.

Apalagi 1 Suro adalah tahun baru yang diharapkan, dalam awal perubahan tahun semuanya menjadi titik koreksi dan persiapan untuk waktu selanjutnya. Termasuk persiapan jika mendadak--ada panggilan agama atau negara untuk berperang. Jangan sampai saat-saat genting itu, tiada persiapan sama sekali. Jangankan karatan, jangan-jangan gagang pegangan kerisnya sudah copot. Iya tho?

Terakhir, perihal nama-nama keris seperti Keris Nagasasra, Keris Kyai Sengkelat, Keris Setan Kober dan lain-lain yang sering dihubungkan nengan nama-nama jin pengisi Keris, saya kok jadi mikir, jangankan kita--Rasulullah pun memberi nama-nama benda-benda kesayangannya seperti: mangkuk minum (cawan) = Ar Rayyan; mangkuk makan = Gharra; sebuah tas anyaman = Al Kafur; dan sebuah pedang mashur bernama Dzul Faqqar yang selalu dibawa saat berperang. Boleh dicek deh. Mosok kita mau menuduh Rasulullah menyimpan jin di barang-barang kesayangannya sih? Hehehe...

Nah, selamat merawat Keris peninggalan leluhur. Percayalah, anda termasuk orang yang beruntung. Setidaknya dari sisi ekonomi. Lha bayangkan saja, keris baru dengan kualitas unggul, harganya rata-rata 7-25 jutaan. Kalau beli sendiri sih, saya jamin diomelin istri-istri kita di rumah. Hehehe...

======

CMIIW (Correct Me If I'm Wrong)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun