Saya jadi sepakat dengan kata kawan sebelumya jika Prabowo sudah beda ‘maqom’ nya. Sudah kelas langitan. Ciri-cirinya sangat mudah dikenali. Salah satunya adalah dari statemenya yang pendek ala bait hikmah para sufi dan terdapat pesan dalam bahasa sanepan atau sanepo/kiasan.
[caption id="attachment_397738" align="aligncenter" width="558" caption="Prabowo dan "]
Pemberian gelar “pendekar” pencak silat saat di Istana Bogor misalnya. Artinya tentu bukan “pendek tapi kekar” tapi isyarat bahwa Prabowo meminta Jokowi agar menjadi ksatria pilih tanding. Kuat dan berani menjaga idealisme dan wibawa jabatan kepresidenan.
Ya, suka tidak suka—boleh dipanggil tim survey saat Pilres sebelumnya untuk mengukut tingkat kelelahan rakyat dengan kondisi ini. Rasanya tak elok jika terus diulur-ulur. Imbas ketidakpastiannya merembet kemana-mana. Jangan sampai nanti rakyat kesal, mereka melempari mobil kepresidenan dengan telur busuk.
Ya, kalau ributnya hanya internal satu bangsa. Bagaimana jika dalam kondisi ini masuk pihak asing yang mengakibatkan kerugian dan kekacauan yang diluar bayangan kita?.
Contohnya tentu statement Tony Abott-- PM Australia, di media ia mengancam akan mengambil respon diplomatik yang cukup keras. Mendompleng kasus eksekusi bandar narkoba.
Apa kita tidak lupa ancaman serupa saat sebelum lepasnya Timor-timur tahun 2000-an?
Siapa nanti yang repot coba? Jokowi, Prabowo atau kita semua sebagai rakyat Indonesia?
Jadi Jokowi, jangan ragu-ragu soal Kapolri baru. Jikalau pun ada apa-apa. Istana Bogor ke Bukit Hambalang tidak jauh tempatnya. Saya rasa Prabowo akan sangat terbuka mendapat tamu seorang Presiden. Sekali-kali coba racikan kopi Prabowo yang terkenal sedapnya. Boleh cek ke semua anak buahnya selama beliau masih aktif di Kopassus.
Kalau masih juga ragu-ragu dengan ketulusan Prabowo, silahkan cek juga wajah Prabowo dan para “ojek payung” pribadinya. Ceria dan tanpa dendam. Walau sambil hujan-hujanan.
Sekian, selamat siang dan tetap MERDEKA!