aih, aroma kopi ini
membawa lamunanku jatuh padamu
memaksa kakiku untuk menyusuri ruang kosong itu
aku termangu,
kenangan seolah tertawa
melihat ketidakberdayaanku
tak mampu menghapus jejakmu dari ingatan
"hei, kenapa diam? kemarilah pungut aku?"
aku tersentak
suara itu menggema di telinga
pelan pelan kuayunkan kaki
memungut satu persatu kenangan
berserakan di lantai
dadaku panas, api rinduku semakin menyala
biar saja kukantongi semuanya
akan kujadikan pemanis
saat menyeduh kopi di malam hari
barangkali kepulan asapnya
mampu membawamu kembali ke pelukku
"ah, rupanya rindu ini masih milikmu"
Sumenep, 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H