Mohon tunggu...
SRIYATI SRIYATI
SRIYATI SRIYATI Mohon Tunggu... Guru - GURU

Hobby membaca, menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengelolaan Program yang Berdampak Pada Murid (Student Agency)

2 Juni 2023   08:17 Diperbarui: 2 Juni 2023   08:17 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3

PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

Oleh: Sriyati, S.Pd. - CGP Angkatan 7

SMPN 2 Panarukan - Kabupaten Situbondo

Pada modul 3.3 ini saya mendapatkan materi tentang pengelolaan program yang berdampak pada murid. Selama ini sekolah khususnya tempat saya, telah melaksanakan program unggulan yang bertujuan untuk menerapkan disiplin dan karakter murid. Program ini digagas oleh kepala sekolah dengan sasaran utama adalah murid, didampingi oleh pendidik dan tenaga kependidikan. Nama program ini adalah SISAYA, akronim dari Sikap, Salam, Budaya. Program ini sudah berjalan selama hampir 2 tahun. Program ini termasuk dalam ko-kurikuler karena mendukung program sekolah, dan dilaksanakan sebelum pembelajaran dimulai, selama 1 jam pelajaran.

Program SISAYA ini  termasuk program ko-kurikuler, pengelolaannya menempatkan murid-murid sebagai objek dari program-program tersebut. Murid melakukan dan menjalankan program-program tersebut, namun kesulitan untuk mengambil makna dari pengalaman mereka tersebut karena hanya merasakan keterlibatan  itu sebagai sebuah keharusan untuk terlibat, rutinitas, kewajiban yang harus dijalankan, atau hanya sekedar sebuah kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan. Padahal, seharusnya murid tahu bahwa pengambilan makna adalah esensi dari proses belajar itu sendiri.

Jika merunut makna pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara (KHD) membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurut KHD, pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009), "pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya."

Sekolah diibaratkan sebagai tanah tempat bercocok tanam sehingga guru harus mengusahakan sekolah jadi lingkungan yang menyenangkan, menjaga, dan melindungi murid dari hal-hal yang tidak baik. Salah satu tanggung jawab seorang guru adalah bagaimana menciptakan suatu lingkungan positif yang terdiri dari warga sekolah yang saling mendukung, saling belajar, saling bekerja sama sehingga tercipta kebiasaan-kebiasaan baik; dari kebiasaan-kebiasaan baik akan tumbuh menjadi karakter-karakter baik warga sekolah, dan pada akhirnya karakter-karakter dari kebiasaan-kebiasaan baik akan membentuk sebuah budaya positif.

Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, sekolah seharusnya mengeksplorasi dan mendorong student agency (kepemimpinan murid) dalam pengelolaan program-program di sekolah. Mendorong kepemimpinan murid dalam program sekolah bukan hanya memungkinkan murid untuk belajar menjadi individu yang lebih bertanggung jawab, berdaya, dan kontributif, namun, pengalaman dan kebermaknaan yang mereka dapatkan dari proses belajar mereka dalam program-program sekolah tersebut sesungguhnya akan memberikan bekal untuk mereka menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat, sehingga, ketika kita berbicara tentang dampak, maka dampak positif dari proses belajar yang dilalui oleh murid-murid kita saat ini tentunya akan dapat terus dirasakan oleh mereka di sepanjang hidupnya.

Saat mempelajari modul ini, saya merasakan bahwa program SISAYA yang dilaksanakan di sekolah selama ini belum memberikan makna secara penuh terhadap murid. Karena memang program ini belum melibatkan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, seharusnya perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga  potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Peran guru, mendampingi murid agar pengembangan potensi kepemimpinan mereka tetap sesuai dengan kodrat, konteks dan kebutuhannya, mengurangi kontrol terhadap murid. Saat murid memiliki kontrol atas apa yang terjadi, atau merasa bahwa mereka dapat mempengaruhi sebuah situasi inilah, maka murid akan memiliki apa yang disebut dengan "agency".  Agency dapat diartikan sebagai kapasitas seseorang untuk mempengaruhi fungsi dirinya dan arah jalannya peristiwa melalui  tindakan-tindakan yang dibuatnya.  Albert Bandura dalam artikelnya,  Toward a Psychology of Human Agency (2006) mengatakan, bahwa menjadi seorang agent (seseorang yang memiliki agency) berarti orang tersebut secara sengaja mempengaruhi fungsi dan keadaan hidup dirinya.

Meskipun program SISAYA, digagas oleh sekolah, namun program ini juga telah melakukan penerapan student agency, adapun indikator kepemimpnan murid dalam program ini antara lain, menunjukkan keterlibatan dalam proses pembelajaran, menunjukkan tanggung jawab dalam proses pembelajaran, menunjukkan inisiatif, membuat pilihan-pilihan tindakan. Saya sebagai guru yang kebetulan juga mendapat mandat sebagai urusan kesiswaan juga telah menjadi mitra bagi murid, dengan melakukan beberapa upaya antara lain; berusaha secara aktif mendengarkan, menghormati, dan menanggapi ide-ide, pendapat, pertanyaan, aspirasi dan perspektif  murid, memperhatikan kemampuan, kebutuhan, dan minat murid-murid mereka untuk memastikan  proses pembelajaran sesuai untuk mereka, mendorong murid untuk mengeksplorasi minat mereka dengan memberi mereka tugas-tugas terbuka, menawarkan kesempatan kepada murid untuk menunjukkan kreativitas dan mengambil risiko, mempertimbangkan sejauh mana tingkat bantuan yang harus diberikan kepada murid berdasarkan informasi yang mereka miliki, menunjukkan minat dan keingintahuan untuk mendengarkan dan menanggapi setiap aktivitas murid untuk memperluas pemikiran mereka.

Yang perlu diperbaiki adalah, memberikan kesempatan pada murid untuk membuat program mereka sendiri, yang sesuai dengan minat mereka. Agar upaya menumbuhkan student agency benar-benar terwujud di sekolah saya. Murid diberi kesempatan untuk memberikan suara (voice), menentukan pilihan (choice), sehingga kepemilikan (ownership) benar-benar dimiliki oleh murid. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri.  Tugas saya sebagai guru sebenarnya hanya menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka.

Sebagai calon guru penggerak, saya mempunyai peran sebagai pemimpin pembelajaran. Saya harus mampu menjalankan filosofi among Ki Hadjar Dewantara: Ing Ngarso Sung Tulada (menjadi teladan, memimpin, contoh kebajikan, patut ditiru atau baik untuk dicontoh oleh orang lain perbuatan-kelakuan-sifat dan lainlainnya), Ing Madya Mangun Karsa (memberdayakan, menyemangati, membuat orang lain memiliki kekuatan, kemampuan, tenaga, akal, cara, dan sebagainya demi memperbaiki kualitas diri mereka), serta Tut Wuri Handayani (mempengaruhi, memelihara, dan memprovokasi kebajikan serta kualitas positif lain agar orang lain bertumbuh dan maju). Saya harus mengadopsi kerangka berpikir inkuiri-apresiatif dalam memimpin perubahan sehingga mampu mengungkap potensi, kekuatan atau aset individu (murid) maupun sekolah demi pencapaian visi sekolah.

Sebagai guru yang diberi mandat tugas tambahan sebagai urusan kesiswaan, saya bisa menumbuhkan kepemimpinan murid (student agency), dengan mengoptimalkan pembinaan OSIS. Saya akan mengajak dialog pengurus OSIS untuk melakukan implementasi student agency. Menggali ide-ide dari mereka, menemukan satu program yang merupakan suara dari murid, menjadi pilihan murid, dan murid merasa memiliki (ownership) terhadap program tersebut. Hal ini sebagai upaya untuk optimalisasi potensi siswa yang selama ini belum tereksplorasi dengan baik. Selama ini murid hanya menjadi objek dari program sekolah, murid melakukan dan menjalankan program-program tersebut, namun kesulitan untuk mengambil makna dari pengalaman mereka tersebut karena hanya merasakan keterlibatan  itu sebagai sebuah keharusan untuk terlibat, rutinitas, kewajiban yang harus dijalankan.

Menurut saya, kepemimpinan murid merupakan hal yang masih tergolong baru, sehingga untuk pemahamannya perlu studi referensi dan literatur yang relevan. Salah satu referensi yang saya temukan setelah mencari di internet adalah sebuah journal: Assessment and Evaluation in Higher Education, dengan judul artikel: Student agency in feedback: beyond the individual, yang dibuat oleh: Nieminen, J. H.; Tai, J.; Boud, D.; Henderson, M. Dalam artikelnya disebutkan:

"Student agency is often mentioned as a key feature of feedback practices.

Commonly, the concept of agency is used to refer to students' active role in the

process of seeking, receiving, generating and acting upon feedback information.

However, the notion of what student agency means is often taken for granted and

rarely elaborated. The feedback literature has also mainly focussed on agency

within individualised and psychological paradigms of feedback. In this paper we

argue that a more sophisticated view of students' role in feedback processes is

needed. We identify four theoretical frameworks of student agency that reach

beyond the individual -- ecological, authorial, sociomaterial and discursive -- as

well as the implications of each of these frameworks for feedback. We further

argue that a deeper understanding of student agency is vital in the 'new

paradigm' of learner-centred feedback. The paper serves as a basis for future

empirical studies on feedback practices to adopt a more nuanced understanding

of student agency."

Kurang lebih dalam artikelnya menjelaskan bahwa student agency merupakan fitur utama dari praktik umpan balik. Umumnya, student agency digunakan untuk merujuk pada peran aktif siswa dalam proses mencari, menerima, menghasilkan, dan bertindak berdasarkan informasi umpan balik. Namun, gagasan tentang apa arti lembaga siswa sering dianggap biasa dan jarang dijabarkan. Literatur umpan balik juga terutama berfokus pada agensi dalam paradigma umpan balik individual dan psikologis. Ada empat kerangka teoritis student agency yang mencapai di luar individu - ekologis, kepenulisan, sosiomaterial dan diskursif -- sebagai implikasi dari masing-masing kerangka ini untuk umpan balik. Penulis bahwa pemahaman yang lebih dalam tentang student agency sangat penting sebagai paradigma baru menggunakan umpan balik yang berpusat pada peserta didik.

            Harapan saya setelah mendapatkan materi modul 3.3 ini, saya bisa melakukan implementasi di lingkungan sekolah saya, sebagai praktik baik yang lebih mengutamakan student agency agar program sekolah yang dilaksanakan di sekolah lebih bermakna terhadap murid dan mendapat esensi dari proses belajarnya.

Sudah saatnya suara (voice), pilihan (choice), kepemilikan (ownership) dimaksimalkan untuk mengembangkan kapasitas murid. Mendorong kepemimpinan murid akan memperbesar peluang guru untuk memberikan kesempatan bagi murid-murid untuk belajar tentang berbagai keterampilan-keterampilan penting, yang dapat digunakan lintas disiplin, dan akan berguna bagi kehidupannya kelak. Keterampilan-keterampilan yang akan membantu mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Mendorong kepemimpinan murid juga akan menumbuhkan efikasi diri yang kuat, sehingga diharapkan mereka akan percaya diri dan mampu membuat perubahan positif bagi dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungan di sekitarnya. Mereka akan dapat tumbuh menjadi warga negara yang bertanggung jawab dengan tetap memegang teguh nilai-nilai profil pelajar pancasila.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun