Yang perlu diperbaiki adalah, memberikan kesempatan pada murid untuk membuat program mereka sendiri, yang sesuai dengan minat mereka. Agar upaya menumbuhkan student agency benar-benar terwujud di sekolah saya. Murid diberi kesempatan untuk memberikan suara (voice), menentukan pilihan (choice), sehingga kepemilikan (ownership) benar-benar dimiliki oleh murid. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri. Â Tugas saya sebagai guru sebenarnya hanya menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka.
Sebagai calon guru penggerak, saya mempunyai peran sebagai pemimpin pembelajaran. Saya harus mampu menjalankan filosofi among Ki Hadjar Dewantara: Ing Ngarso Sung Tulada (menjadi teladan, memimpin, contoh kebajikan, patut ditiru atau baik untuk dicontoh oleh orang lain perbuatan-kelakuan-sifat dan lainlainnya), Ing Madya Mangun Karsa (memberdayakan, menyemangati, membuat orang lain memiliki kekuatan, kemampuan, tenaga, akal, cara, dan sebagainya demi memperbaiki kualitas diri mereka), serta Tut Wuri Handayani (mempengaruhi, memelihara, dan memprovokasi kebajikan serta kualitas positif lain agar orang lain bertumbuh dan maju). Saya harus mengadopsi kerangka berpikir inkuiri-apresiatif dalam memimpin perubahan sehingga mampu mengungkap potensi, kekuatan atau aset individu (murid) maupun sekolah demi pencapaian visi sekolah.
Sebagai guru yang diberi mandat tugas tambahan sebagai urusan kesiswaan, saya bisa menumbuhkan kepemimpinan murid (student agency), dengan mengoptimalkan pembinaan OSIS. Saya akan mengajak dialog pengurus OSIS untuk melakukan implementasi student agency. Menggali ide-ide dari mereka, menemukan satu program yang merupakan suara dari murid, menjadi pilihan murid, dan murid merasa memiliki (ownership) terhadap program tersebut. Hal ini sebagai upaya untuk optimalisasi potensi siswa yang selama ini belum tereksplorasi dengan baik. Selama ini murid hanya menjadi objek dari program sekolah, murid melakukan dan menjalankan program-program tersebut, namun kesulitan untuk mengambil makna dari pengalaman mereka tersebut karena hanya merasakan keterlibatan  itu sebagai sebuah keharusan untuk terlibat, rutinitas, kewajiban yang harus dijalankan.
Menurut saya, kepemimpinan murid merupakan hal yang masih tergolong baru, sehingga untuk pemahamannya perlu studi referensi dan literatur yang relevan. Salah satu referensi yang saya temukan setelah mencari di internet adalah sebuah journal: Assessment and Evaluation in Higher Education, dengan judul artikel: Student agency in feedback: beyond the individual, yang dibuat oleh: Nieminen, J. H.; Tai, J.; Boud, D.; Henderson, M. Dalam artikelnya disebutkan:
"Student agency is often mentioned as a key feature of feedback practices.
Commonly, the concept of agency is used to refer to students' active role in the
process of seeking, receiving, generating and acting upon feedback information.
However, the notion of what student agency means is often taken for granted and
rarely elaborated. The feedback literature has also mainly focussed on agency
within individualised and psychological paradigms of feedback. In this paper we
argue that a more sophisticated view of students' role in feedback processes is
needed. We identify four theoretical frameworks of student agency that reach
beyond the individual -- ecological, authorial, sociomaterial and discursive -- as
well as the implications of each of these frameworks for feedback. We further
argue that a deeper understanding of student agency is vital in the 'new
paradigm' of learner-centred feedback. The paper serves as a basis for future
empirical studies on feedback practices to adopt a more nuanced understanding
of student agency."
Kurang lebih dalam artikelnya menjelaskan bahwa student agency merupakan fitur utama dari praktik umpan balik. Umumnya, student agency digunakan untuk merujuk pada peran aktif siswa dalam proses mencari, menerima, menghasilkan, dan bertindak berdasarkan informasi umpan balik. Namun, gagasan tentang apa arti lembaga siswa sering dianggap biasa dan jarang dijabarkan. Literatur umpan balik juga terutama berfokus pada agensi dalam paradigma umpan balik individual dan psikologis. Ada empat kerangka teoritis student agency yang mencapai di luar individu - ekologis, kepenulisan, sosiomaterial dan diskursif -- sebagai implikasi dari masing-masing kerangka ini untuk umpan balik. Penulis bahwa pemahaman yang lebih dalam tentang student agency sangat penting sebagai paradigma baru menggunakan umpan balik yang berpusat pada peserta didik.
      Harapan saya setelah mendapatkan materi modul 3.3 ini, saya bisa melakukan implementasi di lingkungan sekolah saya, sebagai praktik baik yang lebih mengutamakan student agency agar program sekolah yang dilaksanakan di sekolah lebih bermakna terhadap murid dan mendapat esensi dari proses belajarnya.
Sudah saatnya suara (voice), pilihan (choice), kepemilikan (ownership) dimaksimalkan untuk mengembangkan kapasitas murid. Mendorong kepemimpinan murid akan memperbesar peluang guru untuk memberikan kesempatan bagi murid-murid untuk belajar tentang berbagai keterampilan-keterampilan penting, yang dapat digunakan lintas disiplin, dan akan berguna bagi kehidupannya kelak. Keterampilan-keterampilan yang akan membantu mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Mendorong kepemimpinan murid juga akan menumbuhkan efikasi diri yang kuat, sehingga diharapkan mereka akan percaya diri dan mampu membuat perubahan positif bagi dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungan di sekitarnya. Mereka akan dapat tumbuh menjadi warga negara yang bertanggung jawab dengan tetap memegang teguh nilai-nilai profil pelajar pancasila.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H