Rasanya gak ada dalam rumahku yang bisa dikatakan bekas merana. Bagaimana tidak! Lha wong semua sepertinya terpakai habis, bis! Coba anda simak nih,
makanan
               Pantangan dalam rumah untuk tidak menghabiskan makanan yang telah diambil. Mubadzir! Setiap individu yang telah mengambil makanan, punya tanggung jawab telak untuk menghabiskannya. Jadi hampir bisa dipastikan gak ada sisa dalam hal ini. Dari yang tidak bisa dimakan dan sampah dapur organik, maka unggas kami siap menerima dengan riangnya. Sampah dapur, berkah buat unggas. Lumayan, makanan tambahan bagi mereka.Â
Bungkus makanan, yang berupa kardus dikumpulkan untuk diterimakan pada pemulung yang dengan rajin nyamperin sebulan sekali. Berkah buat dia, rumah kami pun lebih bersih. Bungkus makanan plastik kami kumpulkan, dan biasanya digunakan untuk menghidupkan api pembakar sampah, pot bibit bunga, atau dimanfaatkan untuk pembungkus barang lainnya.
Nyaris tidak tersisa atau terbuang dari makanan hingga bungkusnya.
Â
baju
Bajuku mayoritas dari pemberian. Entah dari saudara atau pembagian dari kantor tempat kerja. Beli sendiri? Kayaknya sayang banget uang dibelikan baju, kalau masih ada yang layak pakai di rumah, meski dengan jahitan di sana sini untuk menutup kebututannya. Asal masih layak gak masalah. Kata suamiku pun aku terbilang kreatif sama baju-baju butut. Kalau sudah gak layak pakai, aku modif ulang baju tersebut menjadi kain keset, yang kalau saudara-saudaraku tahu pasti akan tergeleng-geleng melihat keunikannya.Â
Atau, aku sulap bekas baju tersebut menjadi lamping (bantalan tangan untuk memegang benda/barang panas di dapur). Dan paling jelek nasib bekas baju tersebut adalah menjadi lap tanpa rekonstruksi. Eh, dalam hal ini bekas bajuku jadi berkah buat diriku sendiri. Hehehe, bukan pelit lho, cuma ngirit.
Oh ya, pernah baju pemberian itu seabreg numpuk, sampai aku bingung mau diapain. Ternyata Allah memberi jawaban. Tak lama setelah aku menyadari adanya baju yang menumpuk, terjadi kebakaran yang menimpa dua rumah milik teman kecilku. Dua rumah besar ludes dimakan api, karena kejadiannya di tengah malam. Alhamdulillah, dengan rasa agak sungkan, aku memberikan baju-baju tersebut. Ya Allah, betapa mereka senang menerimanya, gak nyana. Barang bekas yang begini baru berkah buat yang lain.
Ada lagi barang bekas yang terbuat dari kain, yaitu penutup kasur atau sprai. Untuk kain sprai yang sudah butut aku daur ulang untuk sarung bantal, guling atau tas. Biasanya kain sprai tersebut akan habis/tipis di bagian tengah, sedangkan di bagian pinggir masih baik/tebal sehingga bisa didaur ulang lagi. Lagi-lagi berkah buatku.
Untuk kain perca sisa dari menjahit pakaian sendiri juga tak pernah sempat dari eksekusiku, jadikan baju-baju kecil, asesoris jahitan yang lain atau yang lain. Sekali lagi, lumayan guna menyalurkan kreativitas (kalau dibilang kretif) dan mengurangi sampah.
Itulah nasib barang bekas dalam rumahku. Mungkin ada  yang bisa memberi masukan tentang pemanfaatan sisa makanan dan eks baju-baju kita. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H