Mohon tunggu...
SRIYATI -
SRIYATI - Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

CERITA DARI SEBATANG PENSIL WARNA

27 Mei 2015   19:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:32 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Bapak, pensil warnaku dirusak temanku, Alma,”celoteh seorang anak TK sambil memperlihatkan pensil warnanya kepada bapaknya.

“Coba mana, bapak lihat.  Oh, ini bukan rusak, tapi patah isinya.  Sebentar, bapak bisa memperbaikinya dengan meruncingkan,”kata sang bapak.

“Tadi pensil warnanya dipakai bersama teman-teman di kelas, ya?”tanya sang ibu.

“Iya, tapi kalau selesai aku suruh ngumpulkan lagi.  Kalau tidak mau aku nggak pinjami dia,”jawab sang anak.

“Iya, dipakai bersama lebih baik, lebih bermanfaat pensil warna adik, daripada hilang,”kata sang ibu.

“Tapi kalau nakal, mau pakai nggak mau mengembalikan, malah merusak, ya aku gak gak pinjami,”jawab sang anak lagi.

“Kalau dipakai bersama, dirawat bersama, kan lebih baik, daripada hilang gak karuan.  Begitu, lho,”timpal sang ayah.

Si anak diam sambil memperhatikan bapaknya meraut pensil warna yang putus isinya, entah dia mengerti atau tidak nasihat-nasihat yang diberikan bapak dan ibunya.

Itu tadi sekilas pembicaraan santai selepas makan malam.  Sebenarnya kalau dipikirkan , banyak muatan pendidikan pada anak yang telah terjadi di dalamnya.  Di antaranya adalah:

1.    Anak jadi mengerti makna patah dari sebatang pensil.

2.    Anak jadi mengerti bahwa hal yang rusak atau patah untuk sebatang pensil, masih bisa diperbaiki dengan meruncingkannya kembali.

3.    Anak jadi tahu bagaimana cara meruncingkan pensil.

4.    Anak terbiasa berbagi manfaat atas benda yang dimilikinya, sehingga anak tidak pelit.

5.    Anak diberi tanggung jawab atas barang-barang yang dimilikinya.

6.    Mendidik anak untuk tidak menilai jelek teman yang tidak sependapat.

7.    Orang tua jeli dan sesegera mungkin dalam menanamkan hal baik pada si anak, pada saat terjadi suatu peristiwa kecil.  Dalam menasihati tentunya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak (sesuai dengan umur).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun