Mohon tunggu...
sri yanti
sri yanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga

Ingin menjadi pribadi yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[Kisahku dan Buah Hatiku] Perundungan yang Dilakukan Masyarakat terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

3 Oktober 2022   14:31 Diperbarui: 3 Oktober 2022   14:35 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Hidup di lingkungan masyarakat yang masih kurang memahami tentang ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) merupakan sebuah tantangan bagi orangtua yang dianugeri memiliki anak-anak tersebut. 

Orang-orang yang bekerja sebagai petani, karyawan swasta, dan buruh mungkin belum pernah mendapat pengetahuan tentang ABK. 

Pengetahuan tentang ABK masih minim bagi mereka, sebab di dalam pemikiran mereka, ABK adalah anak atau orang yg memiliki kekurangan baik secara fisik maupun intelektual dan tidak normal.


Kurang lebih lima tahun, saya mendapatkan pengetahuan mengenai  ABK. Untuk memberi edukasi di lingkungan masyarakat dimana saya tinggal tentang ABK, tidaklah mudah.


Menurut pemikiran saya, ABK adalah anak atau orang yang memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh anak-anak lainnya yang mereka katakan sebagai anak normal. Bisa dikatakan ABK adalah anak mahal. Mengapa demikian? Karena memang perawatan, pendidikan, dan terkait kehidupan sehari-hari membutuhkan begitu banyak sarana.


Pengalaman yang pernah saya alami ketika saya mengajak anak saya  yang adalah ABK ke suatu perkumpulan dalam masyarakat, anak saya dijauhi oleh orang-orang, hanya satu dua orang  saja yang  mau menyapa karena pandangan mereka yang sebelah mata.

Saya juga mendapat perkataan jika anak saya kurang 'waras', sehingga anak saya merasa dikucilkan. Sampai saat ini anak saya untuk bersosialisasi dengan orang atau teman-teman yang seumuran masih banyak keterbatasan. Namun, saya selalu melatihnya untuk berbaur dengan teman di sekolah maupun di rumah.


Saat mengikuti kegiatan mengaji di salah satu masjid, anak saya juga mendapat perkataan dari salah satu temannya yang kurang baik. Membuat anak saya jadi berhenti mengikuti kegiatan mengaji tersebut, meskipun anak saya dalam pemahaman bahasa masih kurang,  tetapi dia tahu perkataan yang tidak baik dan membuatnya tersinggung.


Begitu juga di sekolah, ketika berangkat sekolah, tas anak saya diminta oleh kakak kelasnya ,dibuka tas itu, serta dilempar-lempar ke atas. Berhubung anak saya masih kurang dalam mengungkapkan bahasa,dia hanya bisa berkata 'tolong'.  Tas tersebut dikembalikan setelah anak saya berteriak.
Dengan banyak perkataan yang dilontarkan dari lingkungan masyarakat tidak membuat saya berkecil hati. Justru ini adalah penyemangat bagi saya untuk menjadikan anak yang lebih baik dari mereka yang pernah merundung.


Saya selalu mengajak anak saya kemanapun saya pergi, agar anak saya merasa tidak dibeda-bedakan dengan anak yang lain.
Pengetahuan tentang perundungan (bullying) terhadap anak atau bisa terjadi pada orang dewasa sangat dibutuhkan pada era jaman sekarang.

Saya berharap perundungan terhadap ABK tidak terjadi lagi. Bagi orangtua ABK, selalu semangat dan berjuang terus untuk anak-anak kita. Tetap semangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun