Mohon tunggu...
Slamet Riyadhi
Slamet Riyadhi Mohon Tunggu... -

mendambakan Indonesia yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Siapa sesungguhnya Marzuki Alie?

6 April 2014   04:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:01 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapa sesungguhnya Marzuki Alie? Banyak orang mengenal dia sebagai Ketua DPR RI tapi prestasi yang menonjol selain ide pembangunan gedung DPR yang baru, tidak banyak orang yang tahu.

Perkenalan saya dengan seorang sosok Marzuki Alie bermula ketika saya bersama beberapa teman diundang menghadiri Rapat Pansus DPR untuk dengar pendapat dengan Ketua DPR Bapak Marzuki Alie yang waktu itu menerima perwakilan dari warga ITC Mangga Dua dan apartemen Cempaka Mas.

Karena saya sendiri sedang menghadapi konflik di rusun tempat saya membuka usaha sekolah, maka saya dan beberapa teman memutuskan untuk hadir di sana. Disanalah perjumpaan saya pertama kali dengan sosok Marzuki Alie. Tidak seperti di majalah, sosoknya dingin, senyum pun hanya simpul sedikit. Tetapi ketika bersalaman dengan peserta rapat, sorot matanya tajam memandang satu persatu orang yang dia temui.

Rapat pertama tersebut di luar dugaan saya memakan waktu 4 jam lebih, dan dengan sabar Bapak Marzuki Alie memberikan kesempatan satu-satu kepada warga untuk mengemukakan permasalahannya. Sungguh menguras energi dan kesabaran, rapat yang memakan waktu 4 jam lebih. Sungguh saya tidak habis pikir, bagaimana orang ini bisa tahan setiap hari duduk di rapat berjam-jam membahas masalah yang seakan tiada akhir. Dari satu rapat ke rapat berikutnya dan masalah yang berganti-ganti dari Sabang sampai Merauke sudah merupakan makanan harian di DPR.

Pertemuan saya kedua dengan Marzuki Alie adalah saat rapat lanjutan dari rapat pansus pertama. Yang saya salut, selama rapat berlangsung suasana cukup ricuh, emosi tegangan tinggi sangat terasa, tetapi Marzuki Alie sama sekali tidak terpancing. Beliau tetap tenang dan melontarkan kata-kata yang tegas. Jelas sekali keberpihakan Marzuki Alie terhadap warga.

Rasa salut saya mulai timbul akan kepiawaian beliau dalam berkata-kata dan ketegasannya dalam memutuskan sesuatu. Akibat keberpihakan Marzuki Alie terhadap warga,  pihak developer melakukan aksi “walk out” sambil berteriak-teriak menghujat Marzuki Alie. Disinilah letak kedewasaan dan kematangan politik seorang Marzuki Alie terlihat jelas. Beliau tetap tenang, senyum simpul khas nya mengiringi kata-kata yang tidak memperbolehkan warga balas menghujat developer yang “walk out” tersebut. Sungguh pemandangan yang menyejukkan hati.

Sebagai seorang pelatih senior nasional untuk guru dan kepala sekolah SMA dan SMK di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud),  saya berkesempatan keliling kota-kota besar di Indonesia untuk melatih Kepala Sekolah yang rata-rata pendidikannya Magister S2, sampai level Doctor.

Tetapi karena pendidikan saya dari luar negeri, sulit untuk memuaskan “ego” saya yang haus untuk berdebat dan berdiskusi dengan tokoh Indonesia yang mempunyai kualitas “isi otak” yang saya kagumi. Saya sangat “geregetan” apabila lawan bicara saya menyandang titel berderet tetapi dangkal pemikirannya.

Tipikal pejabat dan birokrat ! Akan tetapi ketika saya berkesempatan berbincang dengan Marzuki Alie saya langsung menangkap kesan “smart” dan “care”, suatu kombinasi yang tidak pernah saya temukan di pejabat dan birokrat, namun banyak saya temui di guru-guru lapisan bawah yang biasanya menunggu seumur hidup mereka untuk dipromosikan ke jabatan tinggi karena faktor “hati nurani”. Guru-guru lapisan bawah yang mempunyai hati nurani yang memegang teguh prinsip dan belum terkontaminasi inilah yang sekarang makin langka dan hampir habis di Indonesia. Saya menyebutnya “golongan akademisi nurani”.

Pertemuan saya berikutnya adalah ketika saya diundang oleh teman-teman untuk menemui Marzuki Alie di salah satu rumahnya yang menjadi Posko tim kampanye Beliau. Ketika saya mengingatkan beliau bahwa saya yang menjadi reporter paling kritis pada saat Rapat pansus di DPR, beliau segera mengenali saya dan memberikan sinyum simpul khas nya.

Pada pertemuan tersebut yang sifatnya lebih pribadi, Marzuki Alie lebih terbuka dengan bercerita tentang pandangan beliau akan kebenaran dan keadilan serta komitmen nya yang akan terus membela rakyat. Beliau pun menyebut cukup tahu diri dalam menghabiskan dana kampanye yang baru ukuran ratusan juta sementara calon lain sudah jor-joran sampai puluhan bahkan ratusan Milyar. Luar biasa energinya hingga agenda kegiatan Beliau baru selesai jam 12.30 dini hari pagi tersebut. Rombongan kami pun meminta foto bersama dan dilayani tanpa wajah muram. Beliau tetap kelihatan fresh di foto. Entah apa rahasianya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun