Selamat malam pembaca kompasiana, malam ini penulis igin menulis tentang harga ikan yang semakin naik akibat bbm naik seperti  solar dan bensin.
Dikepulauan notabene nelayan sangat tergantung pada harga solar maupun bensin.
Harga bensin pada pom mini per liter nya Rp.12.000 ada pula harga diatasnya. Jika berfikir sebagian besar sektor industri perdagangan dan  perbelanjaan didaerah kami menggunakan transportasi  kapal laut tujuan ke kota dewata bali, kota banyuwangi dan kota sumenep  yang akhirnya pun akan mengalami  biaya  angkut baik bongkar dan muat barang, efeknya pun jelas berdampak pada penjual ecer.
Walaupun hal mendasar dirasakan seperti harga ikan, sudah melambung naik. Sudah sejak bulan mei tahun 2022 terjadi kenaikan harga ikan perkg, biasanya perkilo Rp.7.500 sampai Rp.8.000, sudah melonjak mencapai harga Rp.15000 sampai harga Rp.20000 perkg, lumayan fantastis ya, padahal jika dilingkungan pesisir berbicara harga, seharusnya lebih murah untuk harga jualnya, namun bagaimana lagi ikan  dipesisir langka.
Berbicara ikan laut langka disekitar warga pesisir,disebabkan oleh banyak faktor pendukung, baik cuaca ekstrim, faktor angin maupun adanya kapal porsing yang membuat, terjadinya pemotasan atau racun ikan dimana-mana, peledakan terumpu karang oleh para penyelam, ya begitulah fenomena yang ada, ini realita tanpa menyudutkan siapapun. Nelayan kelas bawah mengalami kendala dalam menangkap ikan. Jika BBM naik lagi maka harga ikan akan melonjak drastis, ongkos transport antara pulau akan dikenakan biaya kenaikan, otomatis biaya sembako dan snack aneka camilan akan merasakan dampaknya.
 BBM NAIK LAGI membuat Demo dimana, mana,apakah ada solusi bijak pak menteri selain kenaikan BBM ini. Kasiani para penduduk negeri ini yang mengandalkan hasil laut, alam pertanian akan mengalami dampak secara langsung. Sebagian penduduk negeri tercinta ini masih hidup dalam kemiskinan.
Jika anggaran disalurkan pada BLT tiap daerah diindonesia , mohon maaf tidak  akan tepat sasaran, pendataan dan survei yang ada belum jaminan tepat sasaran  kepada masyarakat miskin yang  menerima bantuan ini, kususnya pelosok terpencil, yang didatapun semua keluarga para pengurus desa, masih banyak para pengusaha, para pekerja wiraswasta yang didata dan terpilih sebagai penerima BLT dan BLT dd.
Banyak sekali penyaluran bantuan langsung tunai tidak tepat sasaran, lantas jika tidak tepat sasaran seharusnya perlu dipertimbangkan kenaikan bbm ini.  Kenaikan BBM bukan solusi, Penyaluran BLT pun lebih tidak tepat lagi, kemaren  u- ibu sibuk membicarakan bantun es ai. Sedang lainnya hanya mencibir dan berkata, "aku kaya jadi pemerintah tidak kasih jatah" sering sekali perkataan itu terdengar ditelinga, yang kayapun bahagia dapat bantuan beras dengan senyuman merekah, yang miskin hanya mencibir dengan penuh dengki, sempat penulis tanyakan, jawabnya sudah didata , tapi dimintai kelengakapannya saja, kita berharap, ehh ggak datang juga,terlihat wajahnya memerah.Â
ya begitulah fenomena.
Semoga  pemerintah melakukan kebijakan ulang, walau sudah ketok palu  alias final.
Semoga  penulisan kali ini bermanfaat
salam sehat sahabat kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H