Mohon tunggu...
sri wulandari
sri wulandari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru sd

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pejuang Itu Kakekku

26 Agustus 2022   00:40 Diperbarui: 26 Agustus 2022   00:46 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Berbicara tentang veteran dan wajah - wajah gagah pejuang bangsa yang semangatnya masih membara memasuki 77 Tahun HUT RI.

Cerita yang mungkin terlihat sederhana dari uraian sederhana sesuai pembedaharaan kata penulis. Teringat wajah kakekku yang menggendongku penuh senyuman yach, masih teringat diingatanku saat masih umur 7 tahun, aku selalu berkunjung merindukan kehadirannya kembali. Sayang hanya kenangan itu yang selalu aku ingat,kakekpun berkata disaat aku balita beliau berpesan sesuatu kepadanya tentangku. 

Tangan suka menggendongku ke sawah disaat becek tanah liat disekelilingku,,suara  binatang sesekali terdengar ditelingaku  di gubuk kecilnya yang tinggi aku melihat dirinya bekerja. 

Andai waktu masih memeprtemukanku sekarang mungkin akulah yang pertama akan bertanya silsilah keluarga kita dan bagaimana kakekku dengan gagahnya membuat kacau tentara tentara penjajah kala itu, akupun hanya mendapatkan cerita dari ibu, tanpa harus mendengar langsung dari beliau.

Nama kakekku Parijan,  dikisahkan dimasa itu, masa muda beliau yang dalam kehidupannya tidak merasakan tidur enak, makan enak bahkan pakaian layak, seperti kami para cucu nya yang telah merasakan kemerdekaan dari perjuangannya melawan penjajah kala itu.

Kakeknya dikisahkan aktif membantu  melawan para tentara penjajajah yang aktif menindas desa ibu nya saat itu.

Suatu ketika dikisahkan uyut perempuanku bernama sarinem tinggal berdua bersana anak satu satunya,walaupun dia punya sodara angkat,kakekku jarang berkumpul. 

Dokpri. sri wulandari
Dokpri. sri wulandari

Suatu ketika mbah sarinem terkejut melihat putranya yang berparas tampan, putih, gagah dan tinggi serta berhidung mancung pulang dengan membawa luka, seketika mbah sarinem menangis, melihat sosok anak satu- satunya berjalan mendekati dengan  membawa tangan yang hampir putus kala itu, spontan mbah sarinem mendadak pingsan. 

Cerita selanjutnya anaknya parijan izin pergi beberapa waktu tanpa disebutkan perginya kemana, mungkin beliau menenangkan diri, setelah pamit dan mendapat restu dari sang ibu, pergilah beliau.

Dengan sejut  luka yang dibawa kakekku, dengan   segenap  kekuatannya, dari cerita ini dikisahkan orang zaman dulu itu hebat-hebat alias sakti seperti soekarno.., berbekal bakat ini  banyak yang dilakukan kakek untuk mengecoh  penjajah kala itu.

Singkat cerita kakek sudah menikah melahirkan anak kedua, lahirlah ibuku sedangkan kakaknya sudah meninggal, kala itu indonesia sudah merdeka dan pemerintah lagi gencanya menjadi para tokoh kelas bawah yang banyak membantu melawan penjajah, nah wargapun kenal siapa kakekku. Kakekku malah tidak mau mengisi beberapa data  tentang beliau, untuk mendapatkan uang pensiunan. 

Apapun alasan kakek dengan menolak dan memutuskan dengan kata tidak, aku sebagai cucu membenarkan pilihannya, mungkin ada alasan khusus.

Kata ibu sich, kakek punya sepupu beliau seorang kiai, dan beliau si kiai ini berkata ndok kamu mau nyurati ,bapakmu punya sepupu  yang punya jabatan tinggi maksudnya mungkin buat memperkenalkan diri, ibupun menolak, bpaknya aja tidak bilang apa-apa, trus buat apa kan begitu pemikiran ibu.

Jika difikir disini rekam jejak digital itu penting, sehebat apapun dirimu , seberjasa apapun dirimu jika tidak terekam secara digital semuanya akan hilang seperti hembusan angin.

Kakekku seorang pejuang, walau namamu tidak disebutkan dalam daftar nama-nama  para pembantu pejuang kemerdekaan, tapi aku coba menorehkan sedikit kisah tentang perjuanganmu, dalam tulisanku, ingin ku pajang wajahmu, tapi aku berubah fikiran surga bersamamu kek, alfatihah.

Sapeken, 26 agustus 2022

Penulis

Sri wulandari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun