Cerita selanjutnya anaknya parijan izin pergi beberapa waktu tanpa disebutkan perginya kemana, mungkin beliau menenangkan diri, setelah pamit dan mendapat restu dari sang ibu, pergilah beliau.
Dengan sejut  luka yang dibawa kakekku, dengan  segenap  kekuatannya, dari cerita ini dikisahkan orang zaman dulu itu hebat-hebat alias sakti seperti soekarno.., berbekal bakat ini  banyak yang dilakukan kakek untuk mengecoh  penjajah kala itu.
Singkat cerita kakek sudah menikah melahirkan anak kedua, lahirlah ibuku sedangkan kakaknya sudah meninggal, kala itu indonesia sudah merdeka dan pemerintah lagi gencanya menjadi para tokoh kelas bawah yang banyak membantu melawan penjajah, nah wargapun kenal siapa kakekku. Kakekku malah tidak mau mengisi beberapa data  tentang beliau, untuk mendapatkan uang pensiunan.Â
Apapun alasan kakek dengan menolak dan memutuskan dengan kata tidak, aku sebagai cucu membenarkan pilihannya, mungkin ada alasan khusus.
Kata ibu sich, kakek punya sepupu beliau seorang kiai, dan beliau si kiai ini berkata ndok kamu mau nyurati ,bapakmu punya sepupu  yang punya jabatan tinggi maksudnya mungkin buat memperkenalkan diri, ibupun menolak, bpaknya aja tidak bilang apa-apa, trus buat apa kan begitu pemikiran ibu.
Jika difikir disini rekam jejak digital itu penting, sehebat apapun dirimu , seberjasa apapun dirimu jika tidak terekam secara digital semuanya akan hilang seperti hembusan angin.
Kakekku seorang pejuang, walau namamu tidak disebutkan dalam daftar nama-nama  para pembantu pejuang kemerdekaan, tapi aku coba menorehkan sedikit kisah tentang perjuanganmu, dalam tulisanku, ingin ku pajang wajahmu, tapi aku berubah fikiran surga bersamamu kek, alfatihah.
Sapeken, 26 agustus 2022
Penulis
Sri wulandari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H