Mohon tunggu...
Sri Widya Ningsih
Sri Widya Ningsih Mohon Tunggu... -

Blessed with the power of dream, motivation, ambition and perseverance. | You never reach perfection, you just keep striving for it. | A Simple Humanist

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pada Malam Dingin Nan Beku

1 April 2013   11:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:55 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepi . . . . . Malam ini begitu ;engang dan diam Cahaya dewi malam yang selalu tersenyum Kini membisu di balik pekat Serangga yang biasa bercerita rindu Kini hanyut dalam gelora rindu tak berujung Ya . . . . . . Selalu hadir ketika lembayung merah tembaga mencari tepi Malam beku   . . . . Tahukah kau betapa aku selalu merindu ? Kerinduan yang tak sempat ku katakan pada angin Kerinduan yang mengharu biru Kerinduan yang mengalahkan  rinduku akan hujan di masa kecilku Malam beku  . . . . Ini adalah tahun pertama aku kehilangan dia Dia terbang mencari pelabuhan berdermaga emas Semula aku sempat oleng bagai kapal tanpa nakhoda Di tengah ketenangan gelombang dia datang dengan sejuta senyuman Malam beku . . .  . Dia telah banyak mengajarkanku arti hidup Mengajari aku bagaimana tersenyum pada hujan kala malam Bagaimana tersenyum jika bulan tertutup awan Dan . . . . . Dia mengajari aku bagaimana jika kita tiba di ujung sepi Malam beku . . . . Tak perlu jika aku harus menangis Tak pantas jika aku harus mencari Bukankah engkau telah datang kepadaku? Malam beku . . . . Bawa aku terbang ke langit malam Ajak aku menari bersama bias bulan Dekap  aku sehangat langit tujuh bidadari Jangan biarkan aku menangis karena bulan tertutup mendung Malam beku . . . . . Ajari aku melukis indahnya wajah malam di bias fajar Atau . . . . . ??? Ijinkan aku melukis wajahmu di sudut bibirku Karena cinta telah datang dan bersimpuh di bilik hatiku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun