Gaya belajar siswa mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dunn dan Dunn (dalam Sugiarto, 2007) mengatakan bahwa gaya belajar adalah sekumpulan karakteristik seseorang yang membuat suatu pembelajaran menjadi lebih efektif untuk sekelompok orang dan tidak efektif untuk sekelompok lainnya. Karakteristik ini bersifat personal dan berhubungan dengan bagaimana seseorang belajar, dan cara apa yang paling disukainya.
David Kolb, seorang ahli teori Pendidikan berkebangsaan Amerika, terkenal dengan penelitian mengenai gaya belajar dan belajar pengalaman. Kolb menjelaskan bahwa ketika seseorang belajar, ia akan memilih suatu gaya belajar yang digunakan selama pembelajaran secara alami. Gaya belajar ini menekankan proses pengolahan informasi. Seseorang mengembangkan pengalaman baru melalui observasi atau merefleksi, hingga tercipta konsep yang baru untuk memecahkan masalah.
David Kolb menjelaskan bahwa proses belajar seseorang dipengaruhi oleh empat kecenderungan, yaitu concrete experience (feeling), reflective observation (watching), abstract conceptualization (thinking), dan active experimentation (doing). Keempat kecenderungan belajar tersebut bila dikombinasikan akan membentuk 4 macam gaya, yaitu: Gaya Diverger, Gaya Assimilator, Gaya Converger, dan Gaya Accommodator.Â
Gaya belajar Diverger merupakan satu gaya belajar yang merupakan kombinasi antara perasaan (feeling) dengan pengamatan (watching). Seseorang dengan gaya belajar ini sangat baik dalam melihat situasi kongkret dari berbagai sudut pandang dan kemudian menghubungkannya menjadi satu dalam satu kesatuan yang utuh.Â
Tak heran jika seseorang dengan gaya belajar diverger cenderung mengamati daripada bertindak. Tugas belajar yang menuntut ide-ide baru sangat disukai oleh orang dengan gaya belajar ini.Â
Bahasa, kesusastraan, budaya, sejarah, dan ilmu sosial lainnya yang mengharuskan mengumpulkan berbagai informasi merupakan hal yang sangat menarik bagi mereka. Â Bagi siswa yang menggunakan gaya belajar diverger, seorang guru berfungsi sebagai motivator bagi mereka.
Gaya belajar yang merupakan kombinasi antara berpikir (thinking) dengan mengamati (watching) disebut dengan gaya belajar Assimilator. Orang-orang dengan gaya belajar ini tertarik pada konsep-konsep yang abstrak dan hal-hal teoritis. Bidang keilmuan seperti IPA dan matematika menjadi bidang studi yang disukai mereka. Â
Mereka cenderung lebih mudah untuk memahami berbagai informasi dan merangkumnya menjadi satu format informasi yang jelas, logis dan singkat. Siswa dengan gaya belajar Assimilator biasanya lebih banyak bertanya berkaitan dengan apa atau apakah (what). Untuk menghadapi siswa-siswa yang bergaya belajar assimilator ini, guru hendaknya berperan sebagai seorang yang ahli (expert).
Gaya belajar Converger merupakan gaya belajar yang merupakan kombinasi antara berpikir (thinking) dengan berbuat (doing). Orang-orang dengan gaya belajar Converger mampu mengambil keputusan dan memecahkan masalah dengan baik.Â
Mereka mampu menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Tak heranlah jika tugas-tugas aplikatif dan teknis sangat disukai oleh mereka. Mereka senang dengan hal-hal yang memiliki jawaban yang pasti, seperti ilmu alam dan teknik. Masalah sosial atau hubungan pribadi cenderung dijauhi oleh mereka.Â
Siswa dengan gaya belajar konverger biasanya lebih banyak bertanya berkaitan dengan bagaimana (how). Guru dianggap menjadi seorang pembimbing (coach) yang bisa memberikan umpan balik yang tepat bagi orang-orang dengan gaya belajar Converger.