Mohon tunggu...
Sri Widari
Sri Widari Mohon Tunggu... Diplomat - Mahasiswa

Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara, peserta KKN DR 2020 (Kelompok 65)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Globalisasi bagi Kebudayaan Lokal

14 Agustus 2020   09:07 Diperbarui: 7 Juni 2021   11:43 11744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dampak Globalisasi bagi Kebudayaan Lokal. | Kompas

Dampak negatif globalisasi bagi kebudayaan di Indonesia

  • Gaya hidup yang kebarat-baratan. Tidak semua budaya barat baik dan cocook diterapkan di Indonesia. Misalnya saja sekarang anak-anak sudah tidak lagi hormat dengan orang tuanya, pergaulan bebas, remaja perempuan yang sudah kehilangan mahkota paling berharga miliknya, hingga para remaja yang sudah berani menggunakan obat-obatan terlarang (narkotika).
  • Semakin sedikit generasi muda yang melestarikan musik, tarian, dan budaya tradisional kita. Bahkan mereka dengan bangganya bergaya ala kebarat-baratan.
  • Para remaja mengikuti cara berpakaian yang cenderung tidak sopan. Remaja perempuan menggunakan pkaian yang mini seolah itu adalah trend dan terlihat lebih modern.
  • Lebih tertarik mempelajari kebudayaan luar negeri dibanding kebudayaan dalam negeri.
  • Budaya-budaya tradisional tergeser oleh budaya dari negara lain.
  • Lunturnya nilai-nilai budaya lokal.
  • Mudah terpengaruh oleh hal-hal yang berhubungan dengan budaya barat.
  • Terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa.

Baca juga: Kecerdikan Masyarakat Semarang dalam Memajukan Kebudayaan Lokal

Dilihat dari sikap dari para remaja yang tingkah lakunya kurang sopan dan juga sudah mulai kehilangan moral. Mereka tidak ada rasa perduli lagi terhadap lingkungan sosial karena pengaruh globalisasi yang menganur kebebasan dan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati.

Disinilah pemerintah dituntut untuk bersikap aktif dan bukannya cuek melihat perkembangan remaja Indonesia. Menghimbau dan bila perlu melarang berbagai aspek yang bisa membawa pengaruh bagi remaja. Misalnya dengan KPI menyarankan agar televisi tidak lagi menayangkan hal-hal yang dapat membawa pengaruh buruk bagi remaja dan tidak mendidik.

Dan bukan berarti pihak pemerintah saja yang harus memperhatikannya, tetapi kita sebagai warga Negara Indonesia harus ikut andil dalam melestarikan kebudayaan kita. Kita tidak perlu menyalahkan suatu pihak. Hanya perlu memulainya dari diri sendiri, bagaimana cara kita dapat tetap menjaga dan melestarikan kebudayaan kita. Begitu juga dengan orang-orang yang melihatnya, secara tidak langsung mereka akan tergerak untuk ikut andil ke dalam bagian dari Negara ini. Dengan cara mencintai kebudayaan lokal yang kita miliki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun